perpisahan

1.3K 125 2
                                    

Setiap orang terlihat mulai sibuk menggosok kedua telapak tangannya karna rasa dingin yang menyeruak menembus kedalam pori-pori kulit. Khodij memeluk dirinya sendiri saat rasa dingin itu menyelimutinya.

Hawa dingin di bulan Desember selalu yang terparah, setiap angin yang berhembus tidak lagi dapat dinikmati dengan dihirup, bahkan orang-orang berharap tidak ada angin sama-sekali setidaknya tidak untuk membekukan orang dijalanan.

Ini untuk yang ke 5 kalinya, desember yang terus berputar, lagi-lagi cuaca dingin itu kembali hadir menemani akhir-akhir khodij di polandia. Siapa yang tahu, desember 2010 adalah tahun terakhir Khodij dinegara penuh kehangatan ini, dan bulan ini adalah kali terakhir khodij bisa merasakan pekat dingin yang memenuhi setiap sudut Warsawa.

Khodij mempercepat langkahnya, membuka alas kaki kemudian masuk kedalam masjid. Anak-anak yang sedari tadi menunggunya bersorak kegirangan, mereka semua juga mengenakan jaket tebal hari ini.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam"

"Hah! Cuaca sangat dingin walau salju belum turun. Kalian semua baik-baik saja?"

"Baik kak. Kau sendiri bagaimana?"

"Alhamdulillah, kakak sangat baik. Oh ya, kalian semua sudah mengatakan pada orangtua masing-masing bahwa hari ini kita balajar hingga sholat isya selesai?"

"Sudah kak!"

Khodijah tersenyum bahagia. Rencananya sengaja dia memulai waktu halaqoh setelah sholat ashar dan mengakhirinya setelah sholat isya berjamaah, ini untuk yang terakhir kalinya mereka bersama-sama sebelum Khodij harus bertolak kenegara asalnya besok pagi. Itu benar-benar terjadi besok pagi, dan Khodij sebisa mungkin menata hatinya untuk belajar ikhlas.

Setelah membuka majelis, khodij mulai memaparkan ilmu-ilmu terakhir nya pada anak-anak dihadapannya. Khodij berharap waktu bisa berhenti sampai disini, dia hanya butuh bisa melihat malaikat-malaikat kecil dihadapannya lebih lama lagi. Ternyata serapi apapun khodij menata hatinya, tetap saja masih ada cela untuk ketidakrelaan itu masuk kedalam hati khodij.

"Aku hanya akan sangat bahagia, saat nanti aku akan mendengar kabar bahwa ilmu-ilmu yang kuberikan selama ini benar-benar bermanfaat untuk diri kalian dan untuk agama Allah. Aku hanya berharap bahwa aku tidak sia-sia dalam mengajari kalian, dan kalian tidak sia-sia belajar dengan ku selama ini."

"Dan aku berharap, selamanya kalian akan bahagia. Percayalah, kehidupan akan terus berjalan tanpa atau dengan kalian menoleh kebelakang, kalian harus bahagia baik itu dengan ku, atau tidak. Cukup tetap simpan aku dalam kenangan kalian, apa yang kuajarkan ajarkan lagi untuk orang-orang disekitar kalian..."

"Kenapa kau menangis?"

Khodij berhenti, dia menatap Fatimah yang juga menatapnya. Tangan khodij terangkat untuk menyeka pipinya, dan ternyata benar. Khodij terkekeh, bahkan dia tidak menyadari air mata meluruh begitu saja.

"Aku tidak apa-apa"

Khodij mendongak untuk menemukan jam dinding, sudah cukup malam dan seharusnya dia memulangkan anak-anak ini. Meski hatinya mencegah, khodij tidak boleh egois untuk membiarkan anak-anak ini kedingin diluar rumah.

Khodij menghela napas panjang, mehembuskan sesak disepanjang rongga hatinya.
"Aku akan kembali kenegara ku besok pagi. Mungkin ini pertemuan terakhir kita, aku hanya berharap setiap yang pernah kukatakan, kulakukan, dan semua kenangan kita kalian terus akan mengingatnya, kalian tetap akan menyimpannya dalam hati?"

"benarkah? Kenapa cepat sekali? Kau bahkan tidak mengatakan sebelumnya, kau benar-benar akan pergi?"

"Maaf kan aku, tolonglah jangan bersedih. Tetaplah bahagia tanpa kakak mu ini disamping kalian"

KHODIJAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang