Sebuah foto

1.6K 140 0
                                        

"Apa yang ada pada gadisnya-kah yang harus dipertanyakan, atau bagaimana perasaan sang pria yang harus diketahui?"








Khodij dan Abi kini tengah berjalan bersama menuju taman tempat pertama kali mereka berkenalan. Tiba-tiba saja pria itu mengajak khodij ketaman itu lagi.
Abi sibuk bercerita ini dan itu, sementara Khodij juga sibuk dengan pikirannya yang tidak ada ditempat. Acak namun terasa nyata bahwa saat ini kepala gadis itu dipenuhi dengan bayangan mimpinya dan permintaan abi dicaffe tadi.

Abi menoleh sedari tadi dia bercerita dan tak satupun yang Khodij tanggapi bahkan dengan sekedar kekehanpun tidak. Abi berdecak, bagaimana bisa dia mengajak seorang patung berjalan berbicara? Gadis yang berjarak agak renggang dengannya itu hanya menatap lurus, tanpa berkedip dan hanya melangkah pelan, Abi yakin gadis itu bahkan tidak sadar sudah ada dimana mereka.

"Kho!"

"Kho!"

Lagi, Abi berdecak.
"Khodijah! Sadarlah!" sentaknya agak keras.

Khodijah gelagapan, dia menoleh kanan kiri hingga tatapannya berhenti di manik Abi. Cukup lama keduanya saling bertatapan sebelum abi memilih bertanya pada gadis itu.
"Ada apa? Kau melamun sejak tadi, apa ada sesuatu?"

Ini salah! Tapi faktanya saat ini khodijah masih menatap lurus dan dalam pada mata abi.
.
.

"Kenapa?" tanya khodij ambigu

"Apanya?"

"Kenapa kau tak ingin aku pergi?"

Sejenak abi diam, kemudian tertawa kecil ditempatnya.
"Jadi kau melamun karna memikirkan perkataanku? Astaga sudahlah kho, aku hanya berujar-"

"Jawab saja!"

Lagi-lagi abi diam. Dia memutar tubuhnya dan menghadap pada khodij.
"Karna aku tidak bisa!"

Deg!
Saat ini perasaa khodij berkecamuk!

"A-apa? Kau tidak bisa apa?"

"Maksud ku aku tidak siap jika kau pergi, kau tahu, kurasa kau adalah teman yang baik dan menyenangkan akan sulit menemukan orang sepertimu lagi"

Tanpa sadar khodijah menghela napas lega, entah karna apa, entah kenapa tapi dia merasa sedikit lebih 'bisa bernafas'.  Dengan perasaan itulah kini khodij bisa mendengarkan celotehan abi, menimpali hal yang sekiranya dia bisa, kemudian tertawa atas lelucon yang pria itu katakan.
Ditengah tawa khodij yang menggebu, abi malah memperhatikan wajah khodij, bukan lawakannya tetapi tawa indah yang terpancar dari wajah cantik itu.

Setelah memesan es cream dengan rasa berbeda, mereka kini duduk di bangku taman yang menjadi saksi perkenalan mereka waktu itu. Masih dengan jarak yang renggang, sama-sama duduk di ujung bangku sambil menikmati es creamnya.
"Kau suka es cream nya?" tanya abi.

Khodij mengangguk sebagai jawaban, tangannya masih sibuk menyendokkan sesuatu dingin itu kedalam mulutnya.
Saat mendongak untuk menatap abi yang ternyata juga sedang menatapnya, pria itu terkekeh dengan pandangan tak lepas dari wajah khodij.
"Ada apa abi?" tanya khodij.

"Apa aku ini anak kecil, lihat! Bibirmu kotor dengan es cream"

"Benarkah?"

Dengan cepat khodij mengusapi bibir pada bagian kiri, dan melihat itu abi semakin terkekeh "Bukan disitu" meski agak ragu tangan abi terulur untuk membantu membersihkan bibir khodij namun disaat tangan itu belum mengenai apa-apa, khodij menjauhkan kepalanya.

Tangan abi menggantung diudara tepat didepan wajah khodij.

Tatapan mata abi menyorot dengan kebingungan sementara disisi lain khodijah menatap dengan arti yang tak terpecahkan. Sekilas tatapan itu terlihat kosong tapi sebenarnya tidak, ada banyak rasa yang tidak terdefinisikan kala melihat mata abi. Ada secuil perasaan aneh yang mencul dari titik terdalam hatinya tapi untuk menjelaskannya rasanya tidak ada kata atau kalimat yang cocok bersanding dalam mengartikannya.

"Bi-biar aku, biar aku sendiri yang membersihkannya"

....

Jemari itu tidak hentinya bergerak diatas keyboard laptop, matanya tak berkedip dan fokus pada layar didepannya. Dan ketika satu kalimat terakhir tertera dilayar tersebut dia menghela napas panjang dengan legah.

Setelah hasil pekerjaanya dia save, dia menutup laptop itu dan membiarkannya tercas disana.
Abi kemudian menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur yang empuk. Diraihnya ponsel yang tergeletak dinakas, hanya sekedar mengecek beberapa pesan disana, dan itu bukan hal yang menarik.

Bingung dengan apa harusnya dia lakukan dengan benda pipih itu, dia berakhir dengan membuka galeri fotonya. Satu foto terbaru yang menampakkan punggung seorang gadis yang membelakanginya.
Meski hanya bagian belakangnya tapi foto gadis itu mampu menerbitkan senyuman manis abi. Entah apa yang menarik dari gambar itu tapi menurutnya punggung kecil itu begitu indah.

Kejadian dimana dia berhasil mendapatkan gambar itu kembali teringat. Dimana saat dia tengah mengobrol dengan khodij di taman sore tadi, gadis itu tiba-tiba ingin satu bunga yang tumbuh merambat didepan mereka, saat gadis itu bangkit untuk mengambilnya disanalah muncul ide untuk memotret khodij dari arah belakang.
Dan hasilnya tak buruk meski akan semakin menarik jika wajahnya yang abi bisa foto secara langsung.

Lagi-lagi abi tersenyum membayangkan kejadian itu. Menurutnya gadis itu begitu berbeda, begitu menarik dan sangat baik. Gadis yang mampu membuat abi penasaran dengannya. Dia tertarik!

Sebuah ide lain muncul, abi dengan segera membuka kontak seseorang kemudian mengirimkan foto itu dengan beberapa keterangan dibawahnya. Abi tersenyum dia tidak sabar untuk hari esok sekarang.

Dan dikeesokan harinya, seperti biasa tanpa sarapan dan hanya berpamitan dia membawa mobilnya kembali melaju bersama kendaraan kain dijalan kota.
Tak lama mobil itu berhenti disebuah bangunan yang penuh dengan berbagai foto-foto, bermacam-macam bingkai, dan abi masuk kedalam bangunan itu.
Seorang anak muda seumuran abi menyambut pria itu dengan heboh.

"Sudah selesai?" tanya abi.

Pria itu dengan senyuman mengambil satu foto yang sudah lengkap dengan bingkainya kemudiam memberikannya pada abi.
"Boleh kutau dia siapa?"

Abi mendongak pada Glen, sahabatnya pemilik dari studio foto terbesar diwarsawa. Juga dengan senyuman abi menjawab.
"Seseorang."

"kekasihmu?"

"Aku masih harus belajar untuk itu, jadi jawabannya bukan sekarang, mungkin nanti" jawab abi sambil tertawa

"Maksudmu?"

"Dia itu berbeda, dan misterius, banyak yang harus aku pelajari sebelum memikirkan menjadi kekasihnya"

Glen mangguk-mangguk. Setelah beberapa saat mengobrol, Abi kemudian pamit untuk bekerja. Dan seperti hari-hari sebelumnya, abi bekerja dikantor, menyelesaikan berbagai proyek atau skandal, rapat ini dan itu, kemudian nantinya pulang dengan rasa lelah disekujur tubuhnya. Tapi hari ini berbeda! Bukan letih, bukan lelah yang ia dapat, bahkan saat bekerja tak terlihat senyum meninggalkan wajahnya.

Bukan karna harinya, bukan karna kursi atau mejanya yang jadi lebih nyaman tapi hanya karna sebuah foto berbingkai disisi kanan meja kerjanya, foto punggung seorang gadis yang mengenakan hijab berwarna merah muda yang dipadukan dengan baju terusan senada.

Hanya itu.

Hanya karna foto gadis itu, Abi menjalani harinya jauh lebih semangat dari biasanya.

Bukankah gadis itu semakin mengundang tanda tanya? Bagaimana bisa, hanya sekedar gambar punggung kecilnya membawa sebuah senyuman terbit diwajah Abi. Ataukah sebenarnya perasaan Abilah yang harus dipertanyakan?

Atau keduanya?

Entah!

***








Terimah kasih membaca KHODIJAH.
Salam sayang, love love.

KHODIJAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang