God? -2

1.3K 100 0
                                    

Tepukan pelan dipermukaan pipi membuat pria berwajah rupawan itu menggeliat dalam tidurnya. Perlahan matanya terbuka, memerah karna tertutup selama beberapa jam lamanya. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah pria berumur yang ia yakini orang yang telah membangunkannya.

Pria tua itu tersenyum, dengan segera Abi merapikan posisinya yang telah melorot kebawah.
"Sepertinya kau kelelahan hingga tertidur dalam keadaan seperti ini. Siapa nama mu nak?"

Abi mengerjap berusaha meraih sepenuhnya kesadaran.
"Nama ku Abi."

"Kau sudah lebih baik?"

Abi terdiam sesaat. Dia berusaha menyadari kondisinya sendiri, dan tentu! Lebih baik sebelum dia berakhir di tempat ini, mengadu pada tuhan yang tidak dia kenali sama sekali dan akhirnya tertidur.

"Nak?"

"Ah, i-iya?"

"Kau sudah lebih baik?"

"ya! Kurasa aku lebih baik, mungkin!"

"Mari sholat bersama!"

"Sholat?"

Terlihat sekali pria tua itu langsung mengernyit, dia menatap anak mudah dihadapannya dengan aneh.
"Ah, maaf, tapi aku bukan seorang muslim" dan selanjutnya pria itu tersenyum tulus. Abi yang sudah mengira jika pria itu pasti memakinya karna berani memasuki rumah suci ini meski dia bukan penganut muslim, hanya bisa cengo karna pria itu malah melakukan sebaliknya.
Lagi-lagi dia salah menilai islam.

"Kalau begitu tidak masalah, tetaplah disini jika kau ingin."

Kemudian pria itu segera mendirikan Sholatnya. Kali ini Abi tidak lagi aneh melihat ibadah dengan gerakan berulang-ulang itu. Dia sering melihat Khodij melakukannya.

Setelah Sholat, pria tua tadi kembali menghampiri Abi yang masih duduk ditempatnya. Entahlah tapi rasanya Abi tidak ingin kehilangan ketenangan didalam ruangan ini.

"Apa yang membawa mu kesini nak?" tanya pria itu dengan senyuman.

Abi menggeleng. "Mungkin itu hatiku"

Lagi-lagi pria itu tersenyum. "Kau tahu, saat pertama kali aku menginjakkan kaki ku disini, hal yang sama yang menjadi alasanku" abi mengernyit bingung.

"Aku sebelumnya tidak mengenal islam, hingga aku menemukan hidayah kemudian meyakinkan diriku bahwa inilah agama yang benar, inilah yang selama ini aku cari. Islam lah yang seharusnya menjadi landasan dari hidupku. Aku meyakini itu, karna itu aku memutuskan untuk memeluk islam"

"Apa yang membuatmu sangat mudah berpindah keyakinan?" tanya Abi.

"Karna hati ku terpanggil Nak! Untuk pertana kali nya aku memenuhi kemauan hati ini. Ketika untuk pertama kalinya aku merasa tidak nyaman dalam gereja, ketika aku lebih suka menengadahkan tangan dari pada menyatukan ruas jemariku, ketika aku sadar bahwa 'Dia' pertama kali menolong hatiku dengan mengirimkan rasa tidak nyaman itu, disanalah aku tahu bahwa Hati adalah alat komunikasi paling konkrit dengan Tuhan. Dan disana aku tahu, yang kubutuhkan hanya percaya bahwa 'Dia' ingin aku menjadi hambanya."

"Aku- aku bingung. Entahlah, aku tidak mengerti!"

"Kau tidak tahu dan tidak mengerti tapi 'Dia' maha segala-galanya. Lalu kenapa menjauhi 'Dia' yang tahu segalanya tentang mu. Percayalah! Kau bisa mendapatkan ketenangan dimana saja, tapi kau tidak akan mendapatkan sebenar-benarnya ketenangan kecuali dengan Allah!"

Dan itu tamparan untuk kembali menyadarkan Abi. Itu benar, sangat benar. Selama ini Abi bisa menenangkan dirinya dengan Minum, mabuk dan berfoya-foya jika dia sangat kalut. Tapi kali ini. Untuk pertama kalinya dia mendapatkan ketenangan tanpa konsekuensi, tanpa pengorbanan. Jika dengan minum dia tenang tapi dia harus membayar dengan rasa sakit dikepalanya.

KHODIJAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang