9 tahun

1.3K 116 2
                                    

Desember,  2019
Indonesia.

Mungkin untuk sebagian orang, hujan dipagi hari adalah hal terburuk yang berkelanjutan. Aktifitas terhambat, pakian yang basah dan kotor, dan segala bentuk keburukan yang diakibatkan oleh hujan.

Tapi bagi seorang gadis berusia tepat 30 tahun ini, hujan masih tetap rahmat, hujan adalah posko kenangan, setiap tetesnya terselip kisah-kisah untuk orang-orang yang mengerti. Dan untuk dirinya, hujan adalah kenangan 9 tahun sebelumnya.

"Assalamualaikum bu!"

Gadis itu mendongak tersenyum ramah pada orang yang menyapanya.

"Waalaikumsalam"

Sneakers yang melapisi kakinya terus melangkah, sesekali wajah cantiknya tersenyum tatkala ada orang yang menyapanya. Sebuah lift membawanya menuju ruangan khusu baginya, disana Seorang gadis lebih mudah menunggu dirinya.

"Hujannya cukup lebat pagi ini. Tapi syukurlah ibu tidak sampai basah kuyub"

"Aku baik-baik saja tin. Oh ya, semua dokumen nya siap?"

"semuanya sudah siap!"

Gadis itu segera menduduki kursi hitam miliknya, tangan dan matanya bekerja bersama untuk satu dokumen penting yang disodorkan Tina, asisten nya.

"Apa ibu datang dengan menyetir sendiri lagi?"

"iya, memang kenapa?"

"Huh, aku hanya khawatir, kau begadang setiap malam untuk urusan kantor. Lalu paginya kau harus bangun cepat untuk kembali bekerja, aku hanya takut ibu kenapa-napa saat mengendara sendiri. Kenapa tidak menyewa jasa supir saja."

Gadis itu tertawa. "itu benar-benar ide buruk. Aku tidak akan berdua-duan dengan seseorang yang tidak halal bagiku didalam satu mobil."

"Ah kalau begitu mintalah dia yang halal bagimu untuk mengantarmu kekantor."

Lagi-lagi dia terkekeh karna asistennya yang selalu khawatir untuk hal-hal yang bahkan sudah diluar pekerjaan.
"Sudahlah lebih baik bantu aku menyiapkan materi untuk rapat bersama dewan direksi."

Naimatul Khodijah. Tak banyak yang berubah darinya walau 9 tahun telah terlewati, kali ini entah sudah berapa detik waktu yang berlalu setelah perjuangannya keluar dari rasa sesaknya sendiri. Jika hari ini dia diminta untuk kembali mengenang setiap memorinya 9 tahun silam, Khodij yakin setiap inci dari ceritanya bisa dia ceritakan berkali-kali lagi. Sebelumnya gadis ini sangat khawatir akan kehilangan kisah dan kenangan nya saat dia harus pergi hari itu, tapi ternyata kakak nya benar, kenangan tidak akan hilang jika disimpan didalam hati.

Termasuk kenangan tentang pria itu. Khodij bisa terkekeh sendiri kala mengingat beberapa kejadia bersama pria itu. Seorang pria yang tak sengaja menyenggolnya, yah hanya sekedar menyenggol dan pria itu bisa sampai terbawa kedalam mimpinya. Itu sangat aneh sekali. Tapi memang seperti itulah Allah menginginkan jalan takdirnya.

Siapa sangka? Sampai sekarang otak Khodij masih terus bekerja dalam mengingat wajah tegas nan rupawan itu, suaranya bahkan terkadang terngiang ditelinga Khodij tanpa diminta sekalipun.

Setelah rapat selesai, Khodij kembali keruangannya bersama Tina. Saat pintu ruangannya dibuka, hal pertama yang ia lihat adalah seorang bocah kecil yang duduk di sofa dengan memainkan ujung hijab kecilnya, bocah itu terlihat begitu manis dan menggemaskan saat berekspresi serius.

Mendengar suara langkah yang mendekat, Bocah itu mendongak, detik berikutnya dia tersenyum lebar dan langsung menghabur kepelukan kearah Khodijah.

"Bundaa!"

Khodij terkekeh, dia berjongkok dan merentangkan tangannya. Langsung saja gadis kecil imut yang memanggilnya bunda memeluk dirinya dengan erat.
"Sudah pulang? Bunda gak tahu kamu pulang hari ini?"

"Sengaja gak kasi tahu, biar serprais gituu"

Khodij terkekeh.
"Bunda! Aisyah kangen tauu." rengeknya.

"Sama sayang, Bunda juga kangen banget. Jadi.." Khodij mengangkat tubuh kecil itu kedalam kendongannya. "Hari ini ayo pulang, dan habisin waktu bareng-bareng"

"Serius? Emang bunda udah selesai kerjanya?"

"Udah kok"

Khodij beralih menatap Tina.
"Tin, minta tolong yah, kalau ada apa-apa langsung kabarin aja."

"Siap bu."

Langsung saja Khodij meraih tas kemudian berlalu pergi bersama anak digendongannya.

"Assalamulaikum"

"Waalaikumsalam"

Setelah memastikan Aisyah duduk dengan baik di jok sebelahnya, Khodij mulai menjalankan mesin mobil dan membawanya keluar dari parkiran gadung perusahaan. Tak lama mobil berwarna merah milik Khodijah bergabung bersama kendaraan lain dijalan raya.

"Jadi gimana kemah nya? Terus tadi dijemput siapa sayang?"

"Kemahnya seru, aisyah seneng banget selama kemah. Tadinya Aisyah nungguin bunda, tapi malah ayah yang dateng buat jemput"

"Aah, maaf ya sayang. Bunda soalnya gak tahu Aisyah pulangnya hari ini."

"Gak papa udah ada Ayah juga"

Sebelum kembali berbicara Khodij menghentikan mobilnya saat lampu lalu lintas berubah merah.
"Terus Ayah kemana?"

"Tadi katanya ada urusan lain, jadi Aisyah disuruh duduk nunggu bunda"

"Oh gitu"

Dan bocah itu hanya mengangguk. Khodij terkekeh kemudian mengelusi puncak kepala putrinya dengan sangat lembut, dia begitu bahagia memiliki gadis kecil cantik yang menemani hari-harinya selama ini.
Bahkan dia tidak pernah menyangka bahwa dia ditakdirkan memeliki permata secantik Aisyah dalam hidupnya.

Mereka kemudian terus larut dalam percakapan-percakapan riang, sama seperti obrolan antara ibu dan anak lainnya. Sesekali mereka tertawa, bahkan Khodij sering mencubiti pipi tembem putrinya kala ia merasa sangat gemas dengan boneka hidup itu.

Al-Aisyah Purnama. Kebahagian kecil milik Khodij yang Allah titipkan didalam kehidupannya. Bersama Aisyah, Khodij berangsur membaik dari siksa atas kenangannya yang terus mengikat khodij selama ini, ketika gadis kecil itu hadir dalam hidupnya, Khodij menjadi sibuk dengan anak itu dan akhirnya berhasil lolos dari keterpurukannya kala itu.

Walau Aisyah bukan lah anak yang lahir dari rahimnya, tetapi Khodij bisa merasa menjadi seorang ibu hanya dengan sedikit membahagian anak itu dengan hal-hal kecil. Meskipun Aisyah bukanlah anak kandungnya tetapi Khodij bisa begitu bahagia kala anak itu memanggilnya dengan sebutan "Bunda".
Itu terdengar sangat lembut ditelinga Khodij.

Khodij bersyukur atas setiap takdir Tuhan nya, yang memelihara kehidupannya, menjadikannya terarah, dan setiap kebahagiaan yang selama ini Khodij tidak mengerti jalannya. Beberapa tahun yang lalu, saat dia masih sangat sakit karna takdir yang sama sekali tidak berpihak pada hatinya, Khodij marah, dia benci dan dia kecewa pada Rabb nya. Hari ini dia menyesali itu semua. Hari ini Khodij tahu rencana Allah atas kehidupannya, dan dari ini Khodij sadar, bahwa terkadang kita hanya perlu mencoba mengerti tentang maksud Allah.

Bahwa Allah tahu yang terbaik, dan Allah ingin yang terbaik itu datang pada Kita.

***

Assalamualaiku
Terimah kasih sudah membaca KHODIJAH.
Jgn lupa Vote.
Terimahkasih:)

Pendek maaf yaa. Tapi masih tbc😊


KHODIJAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang