20 Desember yang terulang

1.3K 103 4
                                    

Setelah menempuh perjalanan yang terasa begitu panjang Khodijah segera memarkirkan mobilnya di garasi rumah nya
Saat turun dari mobil Khodij mematung sejenak. Air matanya mengalir begitu saja saat pandangan matanya menyorot hal dihadapannya.

Gadis itu berjalan perlahan kearah gadis kecil yang terkulai lemah dalam tidurnya yang nyenyak pada kursi. Perasaan bersalah kembali menyerang hati milik Khodij. Dia begitu tidak pantas menjadi ibu saat dia berhasil menelantarkan putri kecilnya. Ya Allah! Betapa Khodij merasa sangat berdosa.

"Sayang!"

"Aisyah! Sayang! Bunda udah pulang nak!"

Perlahan mata kecil Aisyah terbuka. Hal pertama yang ia lihat adalah air mata bunda nya yang basah diatas pipi sang bunda.

"Bunda nangis?"

"hm? Gak, bunda gak nangis kok."

Aisyah bangkit berdiri dihadapan Khodij yang berjongkok.
"Bunda Aisyah kangen tahu, bunda kok lama sih jemput Aisyah."

Dengan segera Khodij meraih tubuh Aisyah dan mendekapnya sangat erat seolah dia tidak ingin anak itu bergerak jauh bahkan hanya sesentipun dari tubuhnya. Khodij meluruhkan tangisnya pada bahu mungil Aisyah.

"Maaf sayang, maafin bunda. Bunda janji gak akan telat lagi. Maafin bunda sayang!"

"Bunda tahu bunda salah. Tapi lain kali bunda gak akan telat jemput Aisyah lagi. Maafin bunda ya sayang?"

Tangan mungil Aisyah terulur untuk menghapus air mata Bunda nya, baginya benar-benar tidak masalah jika dia terlambat dijemput atau bahkan tidak masalah jika dia harus berjalan dari sekolah kerumahnya asalkan Bunda nya tidak meneteskan air mata.

"Aisyah gak marah kok bunda. Bunda kan pernah bilang kalau apa pun yang terjadi di dunia ini, Allah pasti udah merencanakannya dan itu pasti ada hikmah nya. Hari ini karena bunda telat jemput, Aisyah ketemu sama paman baik hati"

"Paman baik hati?"

Kemudian bibir Aisyah mulai menceritakan segalanya.
Dan Khodij yang mendengarkan semua kisah dari anak itu begitu bersyukur bahwa ada orang berhati baik yang mengantarkan putri nya dengan selamat.

"syukurlah sayang. Sekarang lebih baik kita masuk kedalam, Aisyah pasti capek banget kan? Kita masuk, Aisyah istirahat.!"

Dengan segera Khodij mengangkat tubuh Aisyah dan menggendongnya.

"Kho!"

Khodij berbalik arah setelah mendengar panggilan Angga.
"Aku harus balik lagi ke rumah sakit. Kamu sama Aisyah baik-baik dirumah."

Khodijah menghela napas, dia bahkan harus menyeret Angga karna kecerobohannya hari ini.
"Maaf ya bang! Gara-gara Khodij.."

Belum selesai Khodij bicara satu kecupan mendarat diatas keningnya. Langsung saja Khodij terdiam bak patung.

"Kalau abang gak pernah marah, jangan minta maaf. Sekarang masuk, jangan lupa buat sholat isya."

Sekali lagi Angga mencium puncak kepala Adik nya yang begitu ia sayang serta keponakan yang sudah seperti putri baginya. Tentu saja anak itu terus memanggilnya dengan sebutan Ayah meski seharusnya Paman atau om. Tapi terserahlah Angga hanya ingin adik serta keponakannya bahagia dan aman.

.......

Mata Khodij perlahan terbuka sempurna, segera saja ia merapalkan doa bangun tidurnya. Setelah melihat putri nya yang tertidur pulas dengan memeluk boneka kesayangannya ia tersenyum. Biasanya dia akan mengajak Aisyah untuk ikut sholat tahajjud bersamanya, hanya saja kali ini dia tidak tega, gadis kecil itu begitu larut dalam tidur nya, dia terlihat begitu damai.

KHODIJAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang