Malam ini dalam gelapnya ruangan kamar, dalam kekusyu'an yang mengikat, Khodijah menitikkan air mata dalam sujud nya. Sholat malam sebagai perantara menyerahkan diri dan pengakuan terhadap rasa dihatinya tengah khodij lakukan.
Dalam kesadaran yang nyata, khodijah meluruhkan tangannya mengembalikan semuanya pada Allah, menyerahkan semua urusannya pada ilahi. Setelah menemui tuhannya, dia sadar bahwa selama ini dia salah, dia sudah begitu dzalim kepada Allah dengan ragu kepada-Nya. Dia telah dibutakan oleh pendapat dan berbagai tebakan-tebakan yang ia ciptakan hingga merusak imannya. Dia terlalu khawatir pada beban yang ditanggung perasaannya karna masalah perbedaan yang ada hingga dia lupa Allah Maha tahu, Allah maha kuasa, Allah maha perkasa. Khodij melupakan itu, dan untuk itu khodij berkali-kali beristigfar.
"Hamba percaya ya Allah. Perasaan ini tumbuh karna kehendakmu, jika perasaan ini benar maka engkau akan carikan jalannya, jika perasaan ini salah maka akan engkau hilangkan"
Itulah keyakinannya saat ini. Maka untuk urusan hati, khodij tidak akan lagi meragu.
......
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Dengan senyuman khodij melangkah masuk kedalam kantor. Seolah tidak ada beban, seolah tidak ada masalah pada hatinya dia terus berjalan mendekati Hiba.
Bukankah khodij sudah putuskan bahwa segalanya sudah tuhan-nya atur? Karna itu khodij hanya akan menjalankan tugasnya sebagai hamba beriman.Hiba yang melihat senyum khodij begitu lepas mengernyit bingung, setaunya temannya ini punya masalah dengan Abi tapi apa sekarang semuanya sudah baik-baik saja? Wallahua'lam Hiba hanya ikut tersenyum.
"Kau terlihat sangat bahagia ada apa?" tanya Hiba.
Khodij semakin melebarkan senyumannya "Aku bahagia karna Allah" tuturnya.
Dan hiba cukup mengangguk jika alasannya adalah Allah, maka tak heran jika khodij bisa sebagaia ini walau ada masalah. Tak ada penenang yang lebih ampuh dari pada kembali kepada Allah.
"Aku akan lanjut keruangan ku, Assalamualaikum"
"Baiklah waalaikumsalam"
Khodij melanjutkan langkahnya, masuk kedalam lift menuju ruangannya. Dan jangan lupa masih dengan senyumannya.
Khodij masuk kedalam ruangannya, dia mendapati ferly, adriana, gery dan marco menyambutnya dengan agak riuh."Wooo yang terbaik ku sudah tiba" ucap gery.
"Terbaik?" tanya ferly.
"Dia yang terbaik kau tahu, dia sangat suka membantu menyelesaikan pekerjaan ku"
Khodijah hanya tersenyum, dia rasa itu sudah tugasnya dalam pekerjaan.
"Kalau begitu kau curang kho. Aku yang duduk dihadapan mu harusnya kau bantu aku juga." rengek ferly tidak terima."Baiklah, akan ku usahan aku membantu mu juga bu"
Khodij duduk ditempatnya. Kemudian dari tas yang ia bawa khodij mengeluarkan roti sandwich buatannya sendiri didalam kotak makan. Hari ini dia membuatkan sarapan untuk keempat temannya, meski ini tidak akan cukup membalas betapa baiknya mereka selama ini pada khodij tapi lebih baik dari pada tidak sama sekali.
"Makanlah"
Marco dengan cepat menyambar sandwich nya disusul oleh yang lain. Tersisi dua sandwich disana. Alhamdulillah mereka makan dengan lahap sandwich buatan khodij, itu membuat khodij bahagia.
"Rasanya sangat enak kho. Lebih seringlah buatkan kami makanan buatanmu"
"Aku setuju. Ini sandwich terenak yang ku coba"
KAMU SEDANG MEMBACA
KHODIJAH (SELESAI)
RomanceAlhamdulillah sudah rampung Hidup jauh dari keluarga, hidup diantara orang orang yang berbeda kepercayaan dikelilingi orang orang yang berbeda sudut pandang. Dia khodijah! Ketika harus jauh dari keluarga nya demi mengejar cita-citanya tuhannya begit...