Tolong!

1.3K 96 0
                                    

Pagi Khodij kali ini terasa lebih menyenangkan dari biasanya. Kini dia tengah duduk dikursi meja makan dengan Amirah yang berada dihadapannya. Mereka sama-sama sibuk dengan makanan masing-masing.

Setelah menyelesaikan acara sarapan berdua, Khodij segera membereskan piring dan gelas bekas mereka lalu mencucinya.
Setelahnya Khodij ikut bergabung dengan Amirah yang tengah duduk disofa dengan mata fokus pada tv, serta tangannya yang menggenggam gelas jus.

Khodij ikut bergabung disana, sekilas Amirah menoleh lalu kembali fokus pada tv.
"Kau tidak berangkat ke kantor?" tanya Amirah.

"Tidak, malam ini akan ada acara tahunan perusahaan jadi aku kekantor nanti malam."

"Benarkah? Ahh menyenangkan sekali kau bisa melihat pria itu sebelum tidur"

Dan Khodij tidak akan bertanya siapa 'pria itu' karna siapapun akan tahu siapa dia.
"Jadi Amirah apa kau masih tidak ingin memberi tahu alasan mu tinggal disini bersamaku?" tanya Khodij mengalihkan topik.

Amirah menaruh gelas nya dimeja, merapikan posisi duduknya lalu menatap Khodij intens. "Aku ada masalah dirumah karna itu kuputuskan untuk pergi beberapa waktu"

Khodij mengernyit, "Boleh ku tau apa masalah nya?"

"Kau sendiri tahu aku dan keluarga ku masih berbeda Agama dan pandangan, terjadi masalah terkait hal itu. Aku tidak ingin memperpanjang semuanya karna itu kuputuskan untuk keluar"

Khodij mengangguk paham. Orang tua dan semua keluarga Amirah memang masih berbeda dengan gadis itu, bahkan saat pertama kali Amirah menyentuh islam orangtuanya sangat marah dan mengancam banyak hal menakutkan pada gadis muda itu. Tapi meski berhasil meyakinkan bahwa perbedaan tidak akan merubah ikatan antara anak dan orangtua, tetap saja pertengkaran kecil bisa datang kapan saja.

Amirah kembali sibuk dengan tv, sementara Khodij meski matanya menatap layar dengan fokus tapi otaknya menolak tayangan tersebut. Kepalanya lebih memilih sibuk dengan perasaannya. Ternyata saat ia pikir lagi, berusaha mengontrol, menahan, mencoba untuk tidak peduli dengan perasannnya sendiri bukanlah hal yang mudah. Ada perasaan seperti disentil dilubuk hatinya saat mencoba bersikap bodoh dengan selalu menghindar. Lalu sampai kapan khodij terus bersembunyi?

Khodij menghela napas, berulang-ulang mengucapkan istigfar dalam hatinya. Dia masih terus yakin pada Allah!

.

Malam tiba dengan cepat, setelah sholat isya berdua dengan Amirah, khodij segera bersiap untuk menghadiri acara dikantor. Sebelum benar-benar bersiap, khodij menatap Amirah dan..
"Aku tidak yakin aku harus meninggalkan mu sendiri, bagaimana jika kita pergi bersama?"

"Aku? Kau mengajakku? Maksud ku aku bukan siapa-siapa kenapa mengajakku?"

"Aku benar-benar tidak enak harus meninggalkan mu sendiri. Lagi pula ini hanya acara tahunan perusahaan, kurasa tidak akan masalah membawa orang luar kan?"

Sejenak Amirah berfikir dan Khodij berusaha yakin atas pemikirannya sendiri.

"Hm baiklah aku ikut!" seru Amirah.

Merekapun bersiap bersama. Dengan balutan gamis navi yang manjuntai hingga melewati kaki Khodij, hijab berwarna biru langit yang kali ini Khodij biarkan semakin mempercantik dirinya dengan model hijab kekinian namun masih tetap menutup dada. Khodij terlihat sangat menawan. Tak lupa Khodij membawa tas kecil yang menggantung dibahunya

Amirah, dia mengenakan dres miliknya masih menutup sebagian auratnya meski dibagian pundak agak terbuka. Yahh meski Amirah belum mengenakan hijab Khodij bukan tidak pernah menasehati tapi tetap saja kapasitas Khodij hanya sampai disitu tidak untuk memaksakan.

KHODIJAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang