Happy Reading!
-
♥Only One♥***
Matahari muncul dari ufuk timur yang nampak masih malu-malu menampakkan dirinya. Di sebuah kota yang bisa di kategori kan padat penduduk, Bandung. Ada seorang gadis yang telah bangun dari tidurnya, samar-samar dia mendengar sebuah suara wanita paruh baya yang mengguncang pelan tubuhnya, sedikit demi sedikit matanya terbuka, menyesuaikan cahaya lampu yang masuk ke dalam mata. Setelah ibunya beranjak dari kamarnya, dia masih dalam posisi yang sama, duduk sambil menyilangkan kakinya. Tak menunggu waktu lama, dia segera segera turun dari kasurnya dan menuju ke kamar mandi untuk melakukan ritual mandi paginya.
Setelah sekitar 15 menit berkutat di kamar mandi, akhirnya gadis itu keluar dari kamar mandi dengan rambut panjangnya yang basah akibat keramas, dia mengusap-usap rambutnya dengan handuk kecil. Setelah sekiranya rambutnya sudah agak mengering dia segera mengambil mukena untuk melaksanakan ibadah, shalat.
Kemudian, dia berjalan menuruni anak tangga menuju dapur. Kebetulan rumah Nayla memiliki dua lantai dan kamar Nayla berada di lantai dua. Satu per satu kaki kecil Nayla menuruni anak tangga. Disana menampilkan seorang wanita paruh baya sedang sibuk dengan bahan makanan di hadapannya.
"Pagi, Bundaa," sapa Nayla ketika sudah menginjakkan kakinya di anak tangga terakhir, yang di sapa pun menoleh dan tersenyum hangat melihat putri semata wayangnya.
"Pagi sayang, udah bangun?"
"Udah, Bunda lagi ngapain?" Nayla berjalan mendekati ibunya. Lalu berdiri tepat di sampingnya.
"Ini mau bikin adonan kue," jawab Erika. Kebetulan Erika adalah penjual kue.
Nayla Dewi Amalia anak tunggal dari pasangan suami istri yang bernama Ferdian, Ayah Nayla dan Erika Lestari, Ibu Nayla. Nayla memang bukan anak dari kalangan menengah atas, namun bisa dibilang sederhana. Ibunya hanya seorang penjual kue, dan ayahnya bekerja di kantor sebagai karyawan biasa. Se-sederhana itu bukan? Namun keluarga itu nampak sangat bahagia.
"Mau Nay bantuin?" tawar Nayla kepada sang ibu yang melihat sedang kerepotan me-mixer adonan kue di depannya.
"Eh iya, Nay, Bunda ambilin tepung terigunya di kulkas ya," suruh Erika. Nayla pun berjalan menuju ke arah kulkas yang posisinya berada tepat di belakangnya.
"Ini, Bun," Nayla memberikan sebungkus tepung terigu yang diambilnya dari kulkas kepada sang Ibu.
"Makasih, sayang," Nayla hanya tersenyum.
"Ada lagi yang bisa Nay bantu gak, Bun?" tanya Nayla lagi, Erika pun menoleh lalu menggeleng pelan tanda tidak ada lagi.
Suasana di meja makan kali ini terasa seperti biasa, hanya keheningan yang menyelimuti ketiganya. Nayla, Erika, dan Ferdian kini sedang khidmat menikmati hidangan makanan yang ada di depannya.
"Bunda, Nay nanti ikut ya ke pasar," ucap Nayla di sela-sela makannya. Erika yang merasa terpanggil pun menoleh. Begitu pun Ferdian.
"Gak, kamu di rumah aja," larangnya berharap anaknya itu mengerti.
"Kamu masih jualan kue?" tanya Ferdian tiba-tiba. Lalu menghela nafas berat.
"Kan aku udah bilang, kamu gausah jualan lagi. Ini tugas aku, seharusnya aku yang mencari nafkah buat kamu," tutur Ferdian dengan nada sedikit kecewa. Erika merasa tak enak hati, namun dia mampu membuat hati suaminya meluluh.
"Aku jualan kue, karena aku suka aja bikin kue, Mas. Aku pengen punya usaha, kecil-kecilan pun gak papa." Erika mencoba menenangkan.
"Tapi kan kamu -," Ferdian mendongak, menatap istrinya. Dengan cepat Erika memotong ucapan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only One [SELESAI]
Teen FictionMencintai seorang yang tidak mencintai kita memanglah hal menyakitkan. Harus mempersiapkan diri dan hati untuk menelan pahitnya kenyataan. Jika berjuang sudah dilakukan. Namun, jika sang maha membolak-bolikkan hati tidak berkenan, semua yang pernah...