Pagi hari, suara ketukan pintu terdengar dirumah Nayla. Nayla segera berjalan membukakan pintu. Saat pertama kali melihat siapa yang datang, wajah Nayla berubah sumringah.
"Mita!"yang dipanggil pun hanya bisa tersenyum. "Ngapain pagi-pagi kesini?" lanjut Nayla.
Mita terkekeh, "Memang gak boleh ya?" ucapnya membuat Nayla tak enak hati.
"Eh, bukan begitu, cuma tumben saja," Kemudian Nayla mempersilahkan Mita untuk masuk. Mereka duduk bersampingan disofa ruang tamu.
"Gue datang kesini itu, gue mau lo ajarin tugas fisika. Sumpah ya, gue angkat tangan deh kalo soal beginian," ucap Mita yang menampilkan raut wajah pasrah sambil mengeluarkan beberapa buku dari tasnya.
Nayla mengangguk, "Oh ada tugas ya, yaudah tunggu bentar gue ambil bukunya, nanti kita kerjain sama-sama," Nayla beranjak berdiri berjalan menuju kamarnya, dia mengambil beberapa buku yang diperlukan kemudian kembali ke bawah menemui Mita.
Mereka mulai mengerjakan tugas, sesekali Nayla mengajari Mita bagian yang tidak ia pahami, dan itu semuanya. Mita tak paham sama sekali tentang pelajaran fisika. Namun karena Nayla yang mau pelan-pelan mengajarinya, Mita sedikit paham, meskipun tidak semua, setidaknya Mita kini ada kemajuan.
"Ohhh, gini toh, yaelahh kenapa gak dari dulu gue ngertinya sih!" pekik Mita merasa gemas dengan kemampuannya tentang fisika. Nayla yang ada disampingnya tertawa.
"Kan gue bilang, fisika itu gak sulit kalo lo mau belajar dan mencoba," ujar Nayla bijak membuat Mita menyengir bodoh sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ada siapa Nayla?" sebuah suara wanita paruh baya terdengar membuat Nayla dan Mita spontan menoleh. Nayla memberitahu Erika bahwa yang datang adalah Mita, gadis yang kini menjalin hubungan persahabatan dengan Nayla.
"Ohh ini toh yang namanya Mita," Erika duduk mendekat. Mita tersenyum manis lalu mengulurkan tangannya ke arah Erika lalu dijabatnya.
"Cantik, ya," puji Erika membuat Mita malu-malu, berbeda dengan Nayla yang kini sedang menahan tawanya yang sedikit lagi akan meledak. Mita menatap tajam Nayla yang menertawakannya. Namun tiba-tiba Erika beranjak berdiri menuju dapur.
Beberapa menit kemudian saat Nayla dan Mita sedang sibuk beradu mulut, Erika datang dengan membawakan sepiring kue buatannya dan minuman. "Nak Mita, ini diminum," suruh Erika. Mita seketika diam. "I-iya, tante," jawab Mita gugup.
Tiba-tiba Nayla mengerucutkan bibir sambil bersedekap, "Ini anaknya gak ditawarin nih?" ucap Nayla dengan nada menyindir. Erika dan Mita saling tatap dan akhirnya tertawa. Nayla menatap keduanya bingung. Kenapa dua wanita ini tertawa? Apakah dia menimbulkan lelucon?
"Kenapa ketawa?" sungut Nayla.
"Nayla kalo ngambek lucu deh," kedua tangan Mita terulur mencubit pipi Nayla membuat sang empu memekik dan bertambah kesal, namun suara tawa Mita dan sang Ibu semakin meledak. Nayla semakin bersungut-sungut dan mendelik melihatnya.
***
"Nay, jalan-jalan yuk?" ajak Mita setelah usai mengerjakan tugas dan kini sedang membereskan buku-buku yang berceceran.
"Kemana?"
"Ke mall saja gimana?" usul Mita antusias. Nayla tampak berpikir sejenak lalu mengangguk, mengiyakan. Mita berseru senang, lalu Nayla pamit untuk berganti baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only One [SELESAI]
TeenfikceMencintai seorang yang tidak mencintai kita memanglah hal menyakitkan. Harus mempersiapkan diri dan hati untuk menelan pahitnya kenyataan. Jika berjuang sudah dilakukan. Namun, jika sang maha membolak-bolikkan hati tidak berkenan, semua yang pernah...