#32 : Diculik ✔

75 9 5
                                    

"Weisss. Aku mencium aroma-aroma benci jadi cinta." Risko bersikap seperti sedang mengendus dan mampu mengundak gelak tawa teman-temannyam. Berbeda dengan Mita yang sibuk mengetuk-ngetuk mulutnya, merutuki kebodohannya.

"Ni mulut lemes amat, elah." Mita berucap sangat pelan sambil terus memaki dirinya sendiri. Semua masih tetap tertawa, membuat mereka, kini lagi-lagi menjadi pusat perhatian satu kantin.

"Benci ya benci, suka ya suka. Jangan bilangnya benci, tapi ternyata suka. Hyaaaaa." Mita menatap Risko dengan tatapan membunuh. Risko benar-benar membuatnya malu. Mau ditaruh mana muka cantiknya Mita ini?

"Udah ah, males." Mita merajuk, dia segera pergi meninggalkan teman-temannya yang masih terbahak-bahak.

"Toa Mekkah, si Aldi jangan kasir kendor." Entah dari apa mulut Risko ini diciptakan sehingga menjadi lemes seperti ini. "Bacot pelangi!" sahut Mita geram tetapi terus berjalan hingga tak terlihat lagi dari pandangan teman-temannya.

"Nay, ikut gue, yuk!" Hito tiba-tiba menarik lengan Nayla.

"E-eh, mau kemana?"

"Udah ikut aja." Mereka berdua pun sama pergi meninggalkan, tetapi kali ini yang menjadi perbedaan, mereka berdua menjadi pusat perhatian satu sekolah karena Hito sengaja menggandeng tangan Nayla agresif.

"Hito, lepasin, gak enak diliat orang." Nayla berbisik namun diacuhkan oleh Hito. Dia terus berjalan menggandeng Nayla menuju ke suatu tempat.

"Rooftop?" gumam Nayla sambil menyapu ruangan outdoor yang sangat luas itu. Matanya berbinar seketika. Dia menikmati udara yang menyapu wajahnya, membuat rambut Nayla tak bisa berhenti bergerak.

"Indah banget pemandangannya." ucap Nayla sambil menutup mata. Dirinya betul-betul sangat menikmati udara dan keindahan dari atas ketinggian.

"Suka?" Hito berjalan mendekat dan berdiri di samping Nayla. Dilihatnya Nayla yang mengangguk antusias, tanda bahwa ia benar-benar suka.

"Mau bolos?" Hito menawari sambil terkikik, dia menertawakan kebodohannya akibat menawari Nayla hal-hal yang tidak seharusnya Nayla lakukan. Gadis di sebelahnya mengernyit bingung.

"Gimana? Mau bolos gak?" Hito mengulangi ertanyaannya karena ia melihat bahwa Nayla tak merespon.

"Pengen, sih. Cuma ... gak ah." tolak Nayla sambil mengedikkan bahu. Tiba-tiba sebuah tangan kekar merangkul pinggangnya. Nayla tersentak, ia mengikuti arah pandang dimana tangan Hito kini berada. Senyumnya seketika mengembang. Dia beralih menatap Hito dengan memamerkan giginya. Hito juga berbalik menatapnya. Terjadi kontak mata diantara mereka selama beberapa menit.

Hito beralih merengkuh tubuh Nayla, memeluknya erat. "Aku gak mau kehilangan kamu," ujar Hito sembari merasakan wanginya rambut Nayla.

"Aku cuma mau gini sama kamu. Gak mau sama orang lain. Gak peduli seberapa banyak orang yang cinta sama aku. Tapi aku cintanya cuma sama kamu," sambungnya membuat Naa sedikit terkekeh mendengarnya.

Nayla semakin mengeratkan pelukannya, "dasar sombong!" Hito pun tak menggubris, dia nyaman dengan posisinya sekarang. Memeluk wanita yang dicintainya merupakan kebahagiaan tersendiri bagi Hito.

"Stay with me, baby." Hito menelunsupkan wajahnya di ceruk leher Nayla, membuat sang empu sedikit merasakan geli, namun ia biarkan. Dia juga suka melihat Hito bermanja dengannya.

"Udah mulai gombal. Diajarin siapa, sih?" Nayla tertawa namun masih tetap memeluk Hito.

"Gak tau. Reflek aja," sahut Hito sambil memejamkan matanya. Menikmati setiap waktu saat dia bersama Nayla. Angin yang berhembus membuat keduanya terlarut dalam kegiatannya.

Only One [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang