"Ayah, Bunda. Nayla berangkat sekolah dulu," pamit Nayla lalu menyalami tangan keduanya.
"Gak bareng Ayah aja, Nay?" Ferdian berjalan keluar rumah menghampiri Nayla.
"Gak, Yah. Nanti Ayah telat ke kantor lagi, gara-gara nganterin Nayla, kan katanya Ayah ada meeting?"
"Ya sudah, kamu hati-hati."
"Iya." Nayla berjalan santai menuju halte, disana sudah ada banyak teman Nayla.
"Nayla?" pekik salah satu dari mereka melambaikan tangan.
"Ah, iya, ada apa?"
"Sini." Nayla berjalan menghampiri gadis tersebut.
"Ada apa ya?"
"Lo udah sehat?"
"Ya, gitu."
"Gue gak habis pikir ya sama Tasya juga antek-anteknya. Bisa-bisanya cuman karena cowok, dia segitunya, sampe nyiksa anak orang."
"Yahh bener tuh, kayak gak laku aja," sahut yang lain.
"Sudah-sudah, jangan di bahas. Toh itu udah kelewat. Yang penting kan gue udah sehat lagi,"
"Lo juga, kenapa bisa baik banget sih jadi orang? Gemes deh," teman Nayla mencubit gemas pipi Nayla.
"Aww sakit tauk!" ringis Nayla terkekeh.
"Habisnya lo gemesin." Tak berselang lama akhirnya angkot pun datang. Untungnya angkot itu terlihat masih sepj, jadi Nayla dan yang lain tidak harus duduk berhimpitan seperti kemarin-kemarin.
Mereka masuk bergantian. Meskipun hanya angkot, mereka semua nampak bahagia. Tercetak jelas wajah bahagia mereka masing-masing. Sebab sebab di angkot lah, mereka bisa saling mengenal satu sama lain.
"Aku tresno karo kowe. Nanging aku biso opo. Ngerteni kowe, uwis nyanding uwong liyo ..." ( Aku cinta sama kamu. Tapi aku bisa apa. Mengerti kamu sudah bersanding orang lain ). Tiba-tiba salah satu siswi di dalam angkot bernyanyi keras menggunakan logat jawanya, membuat semuanya tertawa.
"Fasih bener lo sama lagu itu," celetuk salah satu siswi, membuat semuanya terbahak-bahak. Nayla hanya tersenyum tipis melihatnya. Nayla tak mengerti betul tentang lagu itu, namun dia sedikit banyak paham tentang arti liriknya. Sepertinya, lirik lagu yang di nyanyikan tadi, bisa menggambarkan keadaan Nayla sekarang. Sebab itulah yang dia rasakan sekarang. Harua melihat Hito bersama yang lain.
Tak terasa setelah melewati berbagai lelucon yang di ciptakan teman-teman Nayla, mereka sudah sampai di dekat sekolah.
"Ini pak," salah satu siswi memberikan uang yang sebelumnya sudah di mintai.
"Dadahh pak supir," semuanya melambaikan tangan, pak supir hanya bisa menahan tawanya yang ingin pecah melihat kelakuan anak SMA yang seperti masih bocah. Lalu mereka tertawa, mereka tahu apa yang dia lakukan adalah hal konyol.
Nayla masuk ke kelas mendapati beberapa temannya yang sedang sibuk dengan dunianya masing-masing. Ada yang ngobrol, nge-ghibah, membaca buku, bahkan ada juga, sepagi ini sudah ada yang pacaran. Nayla tak mempermasalahkannya, sebab sudah biasa dengan pemandangan seperti ini.
"Pagi, Nayla!" sapa Mita penuh antusias.
"Pagi," jawab Nayla seadanya.
"Mit, gue mau nanya."
"Iya, nanya apa?"
"Kemarin, setelah ketahuan bahwa Tasya serta antek-anteknya yang nge-bully gue, kan mereka di keluarin, terus mereka sekarang sekolah dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Only One [SELESAI]
Teen FictionMencintai seorang yang tidak mencintai kita memanglah hal menyakitkan. Harus mempersiapkan diri dan hati untuk menelan pahitnya kenyataan. Jika berjuang sudah dilakukan. Namun, jika sang maha membolak-bolikkan hati tidak berkenan, semua yang pernah...