Mereka berdua akhirnya sampai di rumah Mita, nampak ada tiga motor sport terparkir di garasi. Saat ingin turun dari mobil, Nayla dikagetkan oleh Hito.
"Sayang, kamu bocor." Nayla segera menoleh ke belakang dan benar kini sudah tercetak warna merah di jeans putihnya, Nayla kalang kabut, bingung harus berbuat apa. Kemudian Hito menyodorkan jaket miliknya bermaksud menutupi bekas bocornya.
"Nanti jaket kamu kotor gimana?" Dalam suasana genting macam ini, masih sempatnya Nayla memikirkan orang lain.
Entah dari apa hatimu diciptakan, Nak.
"Pake aja." Nayla mengangguk pasrah, kemudian melilitkan jaket Hito di bagian belakang. Hito menggandeng tangan Nayla masuk kedalam. Mereka masuk saat setelah Mita membukakan pintu. Dan Nayla berlari menuju kamar mandi meninggalkan teman-temannya yang kebingungan.
"Biasa lah, cewek." sahut Hito mengerti maksud tatapan sahabatnya, dan dibalas anggukan namun dilanjutkan terkekeh mengingat bagaimana ekspresi Nayla yang menahan malu.
"Mitaaaaaa!" teriak Nayla dari kamar mandi dan dijawab Mita dengan juga berteriak.
"Gue minta pembalut!" Nayla berteriak lagi sampai terdengar ke ruang tamu, tempat dimana Hito CS berkumpul.
"Pacar lo ada-ada aja sih." Gilang geleng-geleng kepala melihat tingkah Nayla, disusul gelak tawa oleh ketiganya.
Selang beberapa lama, Nayla dan Mita kembali, namun kini Nayla sudah berganti celana, memakai celana milik Mita. Wajah Nayla terlihat murung, mood-nya saat ini sedang buruk, mungkin bawaan dari tamu bulanannya.
"Kenapa muka lo?" tanya Aldi yang menyadari perubahan raut wajah Nayla.
"Diem lu!" Aldi kicep saat sekali Nayla menyentaknya. Yang lain hanya tertawa melihat perubahan wajah Aldi yang tampak seperti orang bodoh setelah mendapat serangan menohok dari Nayla.
"Wanita di lawan." Mita bersua bangga.
"Iye-iye, emang bener. Ada dua prinsip kehidupan, pertama, cewek selalu benar. Kedua, apabila cewek salah, kembali lagi ke prinsip pertama." ucap Aldi seraya menjentikkan jarinya mengikuti arah bicaranya.
"Paansih lu, Mbambangg!"
"Ngomong-ngomong, kenapa lu telat dateng kesini? Ngapel dulu ya?" goda Mita menyeringai.
"Gue harus ijin sama camer." sahut Hito membuat semuanya terkekeh, kecuali Nayla yang memasang wajah garang.
"Wasekkk, dah dapet lampu hijau tuh." Aldi menimpali.
"Doain." semuanya mengaminkan.
Tiba-tiba Aldi berdiri menuju dapur,
"Eh mak lampir, gue laper nih."
"Siapa yang lo bilang mak lampir?" wajah Mita merah padam, marah. Aldi tak menyahuti, dan dia tanpa ijin tuan rumah, mengolak-alik barang di dapur, mencari makanan. Mita yang geram pun menyusulnya.
"Woee, somplak! Kenapa lo berantakin sih?"
"Gue laper."
"Laper ya makan, kenapa harus di berantakin?"
"Ini lagi nyari." Aldi menjawab dengan entengnya, membuat Mita menghela nafas jengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only One [SELESAI]
Teen FictionMencintai seorang yang tidak mencintai kita memanglah hal menyakitkan. Harus mempersiapkan diri dan hati untuk menelan pahitnya kenyataan. Jika berjuang sudah dilakukan. Namun, jika sang maha membolak-bolikkan hati tidak berkenan, semua yang pernah...