Mereka berjalan menjamah setiap sudut area Monas. Dalam perjalanan, mulut Nayla tidak henti-hentinya mengoceh, memuji keindahan kota Jakarta.
Saat berjalan, Nayla berhenti seketika, "Eh eh, fotoin dong!" Nayla menyerahkan ponselnya kepada Hito. Dan Nayla langsung berpose ria dengan foto berlatar bangunan Monas. Dia sangat exited dengan itu, sampai melupakan sifat jaim-nya ketika bersama Hito.
"Udah." Nayla menginstruksi Hito, kemudian menyerahkan ponsel kepada sang pemilik.
Tangan Nayla pun beralih menggeser-geser layar ponselnya, "Ihh bagus banget. Makasih, Hito." ucap Nayla dengan antusiasnya.
Mereka berdua memutuskan untuk bersantai sejenak di bawah pohon tanpa alas. Seketika, mata Nayla tertarik dengan seseorang yang menyewakan sepeda, jika dia berkeliling menggunakan sepeda, dia tidak akan cepat lelah, mungkin seperti itulah yang ada di pikiran Nayla.
Dalam hati Nayla ingin sekali meminta Hito untuk menemaninya. Akhirnya, dengan membuang gengsinya jauh-jauh, dia dengan takut-takut berbicara.
"Gue mau keliling pake sepeda." cicit Nayla memainkan ujung sweaternya. Tak berani memandang wajah lelaki di sampingnya.
"Lo mau naik sepeda?" Nayla langsung menoleh ke sumber suara, ternyata Hito yang menanyainya. Nayla pun mengangguk antusias.
"Yaudah, ayo." ajak Hito membuat hati Nayla ingin berteriak seketika.
"Yakin? Lo nggak capek? Kalo capek mending gausah."
"Nggak, udah ayo." Hito mencekal lengan Nayla kemudian berjalan sejajar menuju ke penyewa sepeda. Sepanjang berjalan Nayla tak henti-hentinya memandang lengannya. Memang ini bukan yang pertama kalinya Hito mencekal tangannya. Namun Nayla merasa bahwa yang kali ini berbeda.
***
"Hito, gue haus nih, beli minum yuk!"
"Yaudah." Hito hanya menurut lagipula dia juga merasa haus.
"Hito, kita beli es krim yah?" Hito pun mengangguk dan tersenyum tanda setuju.
Nayla bersorak senang. "Makasihh, Hito." Entah urat malunya sudah putus atau bagaimana. Sikap Nayla saat bersama Hito kali ini memang benar-benar seperti anak kecil.
Hito berucap pada penjual es krim, lalu menyebutkan pesanannya.
"Oh siap." jawab Kang es krim bersemangat.
Kang ice cream menyodorkan dua cup es krim rasa coklat dan tangan Nayla terulur untuk menerimanya.
"Hito bayarin lo dulu ya? Nanti gue ganti." Hito tak menjawab, dia sedang sibuk membayar es krim pesanannya.
"Makasih ya, Hito. Tenang aja, duit lo nanti gue ganti kok." Nayla tak henti-hentinya berterima kasih dan Hito pun hanya tersenyum.
Mereka berdua pun berjalan ke arah tempat dimana Hito meletakkan sepedanya.
Gue seneng banget tau gak? Seharian gue bisa full time sama lo. Gue rasa itu udah cukup buat gue seneng. Meskipun gue gak bisa milikin lo. Nayla tersenyum sambil berkata dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only One [SELESAI]
Teen FictionMencintai seorang yang tidak mencintai kita memanglah hal menyakitkan. Harus mempersiapkan diri dan hati untuk menelan pahitnya kenyataan. Jika berjuang sudah dilakukan. Namun, jika sang maha membolak-bolikkan hati tidak berkenan, semua yang pernah...