Happy Reading!
-
♥Only One♥***
Pagi yang cerah, kicuan burung pun ikut andil seakan memberi semangat untuk memulai pagi. Gadis cantik sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Nayla, gadis itu tengah menyisir rambutnya dia membiarkan rambuatnya yang panjang terurai, setelah itu dia merapikan seragamnya sambil berdiri di depan cermin.
"Perfect!" gumamnya sambil tersenyum hingga memperlihatkan lesung yang ada di kedua pipinya.
"SAYANG, CEPET KE BAWAH! AYAH SAMA BUNDA TUNGGUIN DI MEJA MAKAN," teriak Bunda dari lantai bawah.
"IYA, BUNDA." Jawab Nayla dari kamar yang juga berteriak agar terdengar oleh ibunya. Nayla pun segera menyambar tas berwarna merah muda bergambar panda, kebetulan warna ink adalah warna favorit Nayla, terlalu feminim bukan? Nayla sedikit berlari menuruni anak tangga satu per satu menuju meja makan.
"Pagi, Ayah, pagi, Bunda," sapa Nayla setelah sampai di meja makan.
"Pagi juga, sayang," jawab Ferdian dan Erika hampir bersamaan.
Hening.
"Sayang, ada yang mau Ayah omongin sama kamu," ucap Ferdian membuka obrolan dengan wajah serius.
"Haha Ayah, ini kan dari tadi udah ngomong," Nayla menjawab si sela-sela makannya.
"Di telen dulu, baru ngomong," instruksi dari sang Bunda, yang di beri arahan hanya bisa nyengir kuda.
Ferdian menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat kelakuan putri semata wayang nya ini.
"Emm tadi Ayah mau bilang apa? kok serius banget kayaknya?" tanya Nayla yang pastinya tertuju kepada sang ayah.
"Jadi gini Nay, Ayah di pindahkan tugas sama bos Ayah ke Jakarta, Ayah disuruh ngurusin tugasnya yang ada di Jakarta. Jadi -" kalimat Ferdian menggantung.
"Jadi mau nggak mau kita juga harus pindah ke Jakarta," sambung Ferdian.
"Hah?" Nayla tersentak kaget akan ucapan sang ayah. Apa-apaan ini? Nayla, ralat, keluarga Nayla harus pindah ke Jakarta? yang artinya dia juga akan pindah dari SMA Taruna Bakti, sekolah nya di Bandung disana Nayla mempunyai banyak teman. Tapi bagaimana kalau di Jakarta tidak ada yang mau berteman dengan Nayla ketika dia pindah sekolah ke Jakarta. Mungkin itulah yang ada di pikiran Nayla sekarang.
"Tapi sekolah Nay gimana?" tanya-nya dengan suara purau, menahan tangis.
"Kamu juga pindah sekolah, sayang," kini bukan Ferdian yang menjawab melainkan Ibunya, Erika, sambil mengusap rambut Nayla berharap Nayla bisa mengerti.
"Terus, kita pindahnya kapan, Yah?" tanya Nayla penasaran.
"Besok," ucap sang ayah sukses membuat Nayla mati kutu. Dia tak mampu berucap apapun lagi, seakan mulutnya tengah di kunci.
"Nanti Ayah ke sekolah kamu, buat ngurusin pindahan kamu, kamu berangkat bareng Ayah ke sekolahnya. Sekalian pamit sama temen-temen kamu," lanjutnya panjang lebar. Sebenarnya Ferdian tidak tega melihat putrinya bersedih karena harus meninggalkan kota kelahirannya.
"Iya, Yah." Nayla tertunduk lesu. Mau tidak mau dia harus menuruti apa kemauan orang tuanya, toh ini juga dilakukan untuk dirinya.
***
Setelah sampai di sekolah, Nayla tampak tidak semangat dan berjalan gontai memasuki gerbang sekolah bersama ayahnya di sampingnya.
Maafin Ayah, Nay - batin Ferdian lalu merangkul pundak anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only One [SELESAI]
Teen FictionMencintai seorang yang tidak mencintai kita memanglah hal menyakitkan. Harus mempersiapkan diri dan hati untuk menelan pahitnya kenyataan. Jika berjuang sudah dilakukan. Namun, jika sang maha membolak-bolikkan hati tidak berkenan, semua yang pernah...