Hari sudah berganti menjadi malam, saat ini Hito dan kawan-kawan tengah berkumpul di rumahnya, berencana mencari Nayla."Ibunya Nayla udah lo omongin?" Gilang bertanya kepada Mita, yang sedari tadi sesegukan, menangisi Nayla takut jika sahabatnya itu kenapa-napa.
"Tadi udah gue omongin, gue bilang kalo Nayla nginep di rumah gue, soalnya gue gak mau tante Erika khawatir." Fira menyahuti dengan mata berkaca-kaca.
"Bagus deh. Ini kita mau cari kemana?"
"Feeling gue yah, Nayla tuh masih di sekolah,"
"Gue juga berpikir kek gitu," Hito yang sedari tadi tanpa suara, tiba-tiba bangkit dari duduknya, berjalan dengan tatapan elangnya.
"Mau kemana?"
"Sekolah." Mereka pun bergegas masuk kedalam mobil masing-masing dan segera meluncur menuju sekolah.
Disatu sisi, seorang gadis telah bangun dari pingsannya, sambil memegangi kepalanya yang sakit akibat benturan benda tumpul.
"Aduhh ...," erang gadis itu dengan bibir pucatnya,
"Baju gue?" Nayla terkejut bukan main mendapati seragamnya yang sudah robek tak berbentuk. Air matanya seketika meluruh deras.
"Siapapun tolongin gue ...," Nayla dengan suara seraknya mencoba bangkit menuju pintu yang sudah terkunci rapat. Tangan yang penuh debu dan darah, ia gunakan untuk menggedor pintu, berharap ada yang mendengarnya.
"To-tolong ... " rasanya Nayla sudah tak berdaya, badannya lemah, untuk berdiripun dia sudah tak sanggup, dan akhirnya merosot ke lantai.
"Siapapun di sana ... tolongin gue," Nayla sudah terisak tangis, dia sangat-sangat takut, gudang sekolah sangatlah gelap, minim pencahayaan. Sebab, gudang tersebut berada di gedung E, letaknya paling belakang. Nayla takut, pikirannya sudah menjalar kemana-mana.
"Bun-da, tolongin Nayla ... Nayla takut, bun-da."
"Hi-to, aku disini, cepat to-long aku ...,"
Nayla sesegukan, dia memeluk kedua lututnya, dia benar-benar takut. Angin malam membuat tubuhnya semakin merinding, ditambah lagi dengan bajunya yang tidak menutupi badannya dengan sempurna.
Hito dan yang lain baru sampai di sekolah, mereka memutuskan untuk berpencar agar kemungkinan besar Nayla bisa cepat di temukan.
Mita dan Fira berjalan menusuri gedung A dengan membawa senter sebagai penerangan. Aldi dan Gilang bertugas mencari di gedung B. Gilang sendiri di gedung C, serta Hito sendiri di gedung D. Beruntungnya, Hito membawa kunci cadangan sekolah ini, sebab dia memintanya dari Adi.
Setiap ruang, setiap celah, tak luput dari mereka, mereka terus mencari, meneriaki nama Nayla, berharap Nayla dapat mendengarnya. Sudah lebih dari 30 menit mereka mencari, dari lantai satu sampai lantai empat. Peluh sudah membanjiri mereka, namun itu bukan penghalang, mereka terus mencari, sampai akhirnya mereka bertemu kembali diposisi awal. Nafas mereka tersengal beradu satu sama lain, "gue gak nemuin Nayla, setiap ruang udah gue cek, tapi tetep gak ada," ucap Fira semakin panik.
Mereka semua menjawab dengan kata-kata yang sama. Mereka tidak menemukan Nayla, Hito frustasi, dia menjambak rambutnya kuat-kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only One [SELESAI]
Ficção AdolescenteMencintai seorang yang tidak mencintai kita memanglah hal menyakitkan. Harus mempersiapkan diri dan hati untuk menelan pahitnya kenyataan. Jika berjuang sudah dilakukan. Namun, jika sang maha membolak-bolikkan hati tidak berkenan, semua yang pernah...