#37 : Barang Taruhan ✔

69 8 0
                                    

Malam ini Betran telah merencanakan sesuatu. Dia sebenarnya tahu jika Nayla akan datang, entah dia tahu dari mana. Tapi sedari tadi Betran terus melirik semak yang di pakai Nayla untuk bersembunyi, semuanya tidak sadar, termasuk Hito sendiri yang berada di depannya.

"Gue mau kalo gue menang Nayla jadi milik gue! Harus —,"

"Apa lo masih kurang? Hah?" sentak Aldi.

"Ya, gue masih belum puas. Sebab Nayla masih belum bisa jadi milik gue." Betran tertawa sumbang lalu sepersekian detik kemudian dia dengan jantannya meludah di depan geng Hito.

"Bangsat!" Semua hampir saja maju untuk mengkeroyok Betran beserta gengnya, namun Hito merentangkan tangannya agar teman-temannya tidak tersulut emosi terlebih dahulu.

"Ya itu urusan lo! Harusnya lo tuh ngaca woee! Pantes gak lo buat Nayla?" Aldi terus berterika memojokkan Betran, namun juga selalu di balas dengan wajah menyeringai.

"Dan kalo lo menang, gue bakal benar-benar pergi dari kehidupan Nayla. Gimana? Deal?" Betran menjulurkan tangannya. Hito terdiam sambip menatap datar tangan Betran yang masih setia mengambang di udara. Dia tidak bisa mengambil keputusan ini. Sebenarnya hanya untuk mengalahkan Betran, Hito bisa. Namun dia takut jika ada maksud terselubuk di dalam persyaratan yang dibuat oleh Betran.

"Jangan di terima!" teriakan seseorang membuat semua menoleh ke sumber suara. Alangkah terkejutnya mereka semua yang ada di sana karena tiba-tiba Nayla keluar dari persembunyiannya, semua yang melihat tercengang, bagaimana dia bisa ada disini? Berbanding terbalik dengan Betran, dia malah tersenyum penuh kemenangan.

"Nayla?" gumam Hito tak percaya.

"Pliss, Hito. Lo boleh benci gue, tapi dengerin gue kali ini. Jangan ikut balapan ini, gue gak mau lo kenapa-napa," Hito tersenyum tipis, ternyata Nayla masih mempunyai rasa simpati kepadanya .

Betran tiba-tiba tertawa keras membuat heran semuanya, lalu tiba-tiba juga berhenti, menatap Nayla lekat-lekat. Yang diberi tatapan seperti itu hanya bisa menunduk. Betran berjalan ke arah Nayla, Nayla hanya bisa mundur, dia tidak mau Betran menyentuhnya.

"Hai, bitch!" Betran mengelus pipi Nayla dengan tatapan penuh nafsu, Nayla yang merasa risih menghempaskan tangan Betran keras. Matanya memanas tatkala mendengar panggilan yang diberilan seseorang yang dipercaya oleh kedua oranb tua Nayla.

"Jangan sentuh Nayla!" Hito datang lalu mendorong bahu Betran keras dan membuatnya terhuyung.

"Santai, Bro! Gue gak bakal apa-apain jalang lo," Betran berdecih pelan.

"Jaga mulut lo, anjing!" terka Hito karena tak terima jika Betran terus menghina Nayla.

"Kenapa gue harus jadi milik lo, sedangkan lo sendiri terus ngehina gue?" Nayla terisak sebab sakit hati mendengar perkataan Betran.

"Lo mau tau? Iya?" Betran kembali tertawa jahat membuat semuanya terdiam.

"Sebab gue mau balas dendam sama lo, Jalang!" Betran tersulut emosi dan membentak Nayla, membuat gadis itu tertunduk dalam-dalam, tubuhnya sedikit bergetar karena takut.

"Sekali lagi lo berani ngebentak Nayla, gue habisin lo!" Hito mencekal kerah Betran dengan melayangkan tatapan tajam. Namun, tak membuat lelaki di depannya bersikap segan.

Only One [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang