#53 : Spin Off 'Leo' ✔

66 9 0
                                    

Seorang remaja tanggung tengah sibuk berkutat di dalam perpustakaan. Kaca mata yang bertengger di hidungnya menambah kesan kewibaannya dalam dunia pendidikan. Suara riuh dari luar ruangan tidak ia hiraukan. Yang menjadi prioritas remaja itu dia harus tetap belajar. Menjadi pintar bukanlah tujuan dari remaja itu untuk terus belajar. Melainkan, menjadi orang berguna, itulah yang diharapkan remaja ini untuk masa depannya.

"Lagi sibuk?" Suara yang terdengar lembut di dekatnya membuat remaja tadi mendongak, lalu tersenyum mempersilakan gadis yang berdiri di depannya untuk duduk.

"Leo, pulang sekolah ada waktu, gak?" tanya gadis di sana. Remaja tanggung bernama Leo itu pun tampak berpikir. Lalu menggeleng dan membuat gadis di depannya tersenyum senang. Leo mengernyit, "emang kenapa, Bil?"

"Anterin aku ke gramedia, mau?"

Leo dan Nabila, remaja yang lima tahun lalu pernah bertemu. Pertemuan tidak di sengaja. Namun, membuat mereka akrab sampai sekarang, bahkan keduanya sudah seperti teman dekat. Tetapi, sifat Leo yang sekarang berbeda dengan Leo kecil dulu, membuat Nabila harus mengubur perasaannya dalam-dalam.

Sebagian besar orang sudah tahu bahwa Nabila menyukai Leo, tetapi untuk saat ini Leo tidak pernah memikirkan hal sejauh itu, kecuali masa depannya. Memang waktu dulu Leo pernah mengatakan bahwa dirinya menyukai Nabila. Namun, setelah kejadian yang membuat dirinya kehilangan orang yang ia sayang, dia menjadi lebih introvert. Meskipun tidak dingin dan ketus seperti kakaknya, Hito saat SMA. leo terkenal ramah, tetapi dia lebih sering menyendiri. Bahkan melupakan tempat yang ia singgahi kini adalah milik mendiang Papanya. Tidak ada lagi Leo yang besar kepala, tidak ada Leo yang banyak bicara. Sekarang, kejadian dimana merenggut nyawa kedua oang tuanya, membuat Leo berubah dan banyak belajar dari pengalaman.

"Gak tahu. Liat aja nanti," sahut Leo santai. Nabila yang sudah kegirangan sendiri pun hanya bisa mengangguk antusias, saking senangnya.

Usia Nabila dan Leo terpaut satu tahun, jadilah Nabila sebagai adik kelas Leo. Di sekolah ini, banyak yang menyebar rumor bahwa Leo berpacaran dengan Nabila. Namun, berita itu di tentang keras oleh Leo. Meskipun Nabila merasakan cintanya bertepuk sebelah tangan, tetapi dia tidak pernah merasa sedikit pun untuk menjauhi Leo. Entahlah, mungkin karena rasa cintanya yang kuat, Nabila terus yakin suatu saat ia akan mendapatkan cinta pertamanya, Leo.

***

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Koridor kini sudah ramai murid-murid yang berdesakan berhambur ke luar kelas. Namun, tidak bagi seorang Leo. Dia kerap kali pulang saat sekolah benar-benar sepi.

Saat merasa sekolah tak lagi ramai orang, Leo memutuskan untuk segera pulang. Dia merapikan buku-bukunya dan bergegas pulang. Saat sampai di depan kelas, Leo di kagetkan dengan Nabila yang tiba-tiba muncul. Leo mengusap dadanya dengan membuang napas berat.

Nabila nyengir kuda. "Maaf, udah bikin kamu kaget." Leo tersenyum. Mereka pun berjalan bersama menuju parkiran.

"Mau, 'kan?" tanya Nabila dengan raut wajah gembira. Namun, tidak sesuai ekspetasi, Leo malah mengernyit bingung, tak paham maksud perkataan Nabila.

"Emang kita mau ke mana?" Leo bertanya bingung. Seketika raut wajah Nabila berubah murung. "Gramedia, Leo," sahut Nabila gemas.

Leo tampak menghela napas. "Maaf, Bil. Aku gak bisa, ada urusan," tolak Leo halus. Bahu Nabila seketika meluruh, wajahnya terlihat sedih. Sedetik kemudian, wajah ceria Nabila kembali muncul. "Ya udah, gak apa-apa, deh. Aku prgi sendiri aja." Leo tersenyum melihat tingkah Nabila yang menggemaskan menurutnya. Leo pun menepuk puncak kepala Nabila dan mengucapkan selamat tinggal sebelum dia benar-benar pergi untuk pulang.

Saat Leo tak nampak lagi dalam penglihatannya, Nabila terlihat kembali murung. Dia menghela napas berat. "Oke, Nabila. Harus semangat!" seru Nabila menyemangati diri sendiri.

***

Leo mengucap salam saat masuk ke dalam rumah, meski dia tahu tidak akan pernah ada yang menjawab salamnya. Selama lima tahun terakhir, Leo tinggal di rumah sendiri. Benar-benar sendiri. Tidak ada lagi asisten rumah tangga atau pun sopir yang bekerja di rumahnya. Setelah kejadian lima tahun lalu benar-benar membunuh sifat Leo yang dulu. Sekarang Leo lebih suka kesunyian, menurutnya sunyi sama dengan tenang.

Leo masuk ke kamarnya dan membersihkan diri. Selanjutnya ia bergegas membersihkan rumahnya seorang diri. Leo benar-benar mandiri. Saat sibuk mengepel lantai, Leo tersentak saat bel rumahnya berbunyi, ia pun segera membukakan pintunya. Dia mengernyit saat meluhat siapa yang datang.

"Hai!" sapa gadis di depannya ramah. Leo pun beralih tersenyum dan mempersilahkan tamunya masuk. Leo menyuruh Nabila untuk menunggu di ruang tamu, sementara dia melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.

Nabila, gadis itu sibuk memandangi setiap sudut rumah Leo. Selalu bersih saat dia berkunjung ke rumah Leo. Lelaki itu memang sangat merawat rumahnya, meskipun hanya tinggal sendiri. Nabila melihat Leo yang sibuk berkutat di dapur, dia lun berinisiatif untuk menghampirinya.

"Sini, aku bantuin." Nabila mengambil alih spons yang sebelumnya berada di genggaman Leo. Nabila hanya menampilkan deretan giginya saat Leo menatapnya sambil menautkan alis. Sedetik kemudian, Leo tersenyum.

"Makasih dan maaf," lirih Leo di samping Nabila. Gadis itu pun menoleh. "Buat?" jawab Nabila tak paham.

"Makasih karena udah jadi temen aku selama ini." Leo mengembuskan napas gusar. "Dan maaf karena belum bisa bales perasaan kamu," lanjut Leo membuat Nabila tersenyum maklum.

Setengah jam berikutnya, pekerjaan membersihkan rumah telah selesai. Kini Leo dan Nabila tengah sibuk merebahkan diri di sofa. Waktu menunjukkan pukul setengah lima sore. Leo segera beranjak menuju kamarnya, meninggalkan Nabila di ruang tamu sendiri.

Beberapa menit kemudian, Nabila melihat Leo yang sudah berganti berdandan rapi. Nabila menanyakan kemana Leo akan pergi, dan Leo menjawab, "ini 'kan hari kamis. Waktu aku buat ngunjungin orang tua aku," sahut Leo sembari merapikan kancing bajunya. Nabila pun ijut beranjak berdiri. "Aku ikut, ya?" pinta Nabila. Leo sempat berpikir sejenak, lalu mengiyakan permintaan Nabila. Namun, yang membuat Nabila bingung adalah, dirinya tidak membawa kerudung. Seakan paham, Leo berlalu dan kembali sambil mmbawakan kerudung untuk Nabila. Gadis itu tampak senang. "Makasih, Leo."

***

Leo dan Nabila kini tengah berjalan melewati gundukan tanah yang berjejer rapi. Di tangan Nabila, tak lupa ia menenteng sebuah tempat parsel berisi kelopak bunga mawae yang masih segar. Gadis itu terus mengikuti langkah lebar Leo. Gadis itu begitu senang, sebab baru kali ini Leo mau mengajak Nabila untuk ke makam, dan itu sebuah kebahagiaan sendiri bagi Nabila.

Langkah Leo berhenti tepat di samping makam bertuliskan nama orang tuanya. Mereka pun berjongkok, tak lupa Leo mengusap lembut batu nisan kedua orang tuanya dan menaburkan bunga mawar ke atas makan kedua orang tuanya.

***

Only One [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang