Hari ini adalah hari minggu, dan di hari-hari sebelumnya Nayla telah berjanji akan mengunjungi sahabatnya di Bandung, Fira.
Nayla sudah tidak sabar, dia pun bersiap-siap. Dia bukan tipe gadis yang jika berdandan berlebihan, dia lebih suka yang natural. Dia memakai kaos berwarna putih lengan panjang, dan memakai celana baggy pants berwarna coklat susu, kontras dengan warna kulitnya.
Dia memasukkan beberapa uang, power bank dan barang-barang lainnya ke dalam slingbag-nya. Nayla sudah siap. Kemudian turun kebawah menemui ibunya. Nayla menyapa Erika yang sedang memasak di dapur, kemudian merangkulnya dari belakang.
"Hari ini Nay mau ke Bandung, Bun." ijin Nayla lembut.
"Sama siapa?"
"Rame-rame kok. Ada Hito, Mita, Gilang, Aldi, sama Risko." Nayla menyebutkan satu-satu dengan diikuti jarinya seperti menghitung.
"Yasudah, tapi nanti hati-hati. Kamu sarapan dulu gih."
"Iya, Bun."
Nayla menuju meja makan, dia bersiap untuk sarapan, namun saat ingin memasukkan nasi kedalam mulutnya tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, pertanda ada yang bertamu kerumahnya. Erika meminta tolong Nayla yang membukakan pintunya. Dia segera bergegas menuju pintu. Setelah melihat siapa yang datang, Nayla mempersilahkannya masuk.
"Assalamualaikum, Bunda." Mita dan yang lain menyalami Erika, bergantian.
"Wahh rame." Erika berhenti berhenti memasak, lalu menerima uluran tangan dari tamunya yang datang.
"Kalian udah sarapan?" sambung Erika bertanya.
Aldi menggeleng antusias, dan spontan mendapat tatapan tajam dari yang lain, seolah berkata, 'dasar gak tahu malu!'. Aldi pun hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Erika mengangguk sambil ber-oh ria, "ya sudah kalian makan disini aja."
***
"Assalamualaikum." suara ketukan pintu mendominasi sebuah rumah minimalis di Bandung.
"Waalaikumsa ... "
"Nayla!" pekik seseorang kemudian merangkul tubuh sahabatnya dengan erat. Bahkan sampai mwnghiraukan orang-orang kini yang sedang menatapnya.
"Apa kabar lo, Nay?" mereka melepaskan pelukannya, kemudian tangan Fira berganti memegang bahu Nayla.
"Gue kangen sama lo." Fira kembali memeluk Nayla, terdengar suara isakan disana.
"Eh-eh jangan nangis."
"Gue kangen banget sama lo, Nay."
Mereka kembali melepaskan pelukannya, kemudian Fira menyeka air mata di pipinya.
"Mereka siapa?" Fira bertanya saat sadar bahwa Nayla tidak hanya sendiri.
"Dia temen-temen gue." jelas Nayla dan Mita dan yang lain ikut tersenyum kaku. Fira mempersilahkan mereka masuk, dan duduk bersama di ruang tamu.
"Itu sahabat lo, Nay?" bisik Gilang yang duduk di seberang Nayla.
"Iya, cantik kan?" Gilang pun mengangguk sambil menggaruk belakang kepalanya, salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only One [SELESAI]
Ficção AdolescenteMencintai seorang yang tidak mencintai kita memanglah hal menyakitkan. Harus mempersiapkan diri dan hati untuk menelan pahitnya kenyataan. Jika berjuang sudah dilakukan. Namun, jika sang maha membolak-bolikkan hati tidak berkenan, semua yang pernah...