***
Hari semakin menjelang petang, tapi Nayla masih setia menemani Leo bermain ditaman. Sesekali Nayla mengecek jam tangan di pergelengan tangan kirinya, memastikan bahwa dia jangan sampai pulang terlalu malam. Nayla sudah memberi kabar kepada Erika, agar beliau tidak khawatir dengannya.
“Nayla,” suara Ana tiba-tiba datang dari arah dalam rumah. Nayla menoleh lalu tersenyum ramah. Ana membawakan Nayla sebuah kue dan minuman diatas nampan kecil.
“Ini, Nay. Dimakan dulu,” Ana meletakkannya diatas meja dan duduk disamping Nayla. Nayla mengangguk kikuk, seumur hidup, dia tak pernah dalam keadaan seperti ini.
“Sudah berapa lama kenal sama anak tante?” sebuah ucapan tiba-tiba keluar dari mulut Ana, membuat Nayla semakin gugup dibuatnya.
“Eng—Nayla pindahan dari Bandung, Tante, baru tiga hari yang lalu,”
Ana tertawa, “Ohh, kamu baru pindah toh.” Nayla hanya ikut tersenyum sambil menampilkan deretan giginya.
Tiba-tiba Ana terdiam sambil menatap lekat wajah Nayla, Nayla hanya bisa menunduk , menyembunyikan rasa gugupnya. “Kamu cantik ya, Nayla.” Nayla tersentak mendengar ucapan Ana.
Tuhan, keluarkanlah aku dari situasi seperti ini, batin Nayla meringis. Bukan tidak betah, hanya saja dia tidak pernah sama sekali suasana yang menurutnya sangat canggung ini. Nayla hanya bisa berucap terima kasih sambil terus memainkan jarinya. Ana sadar bahwa gelagat Nayla seperti seorang yang takut dan gugup, lalu tangan Ana terulur membelai rambut lurus Nayla.
“Jangan takut sama tante, tante gak galak kok,”
“Eh iya... Oh maksudnya Nayla gak bilang tante galak kok,” dalam hati Nayla memaki dirinya, lo bilang apaan sih, Nayla!
Ana tersenyum, “Kamu adalah gadis pertama yang Hito bawa kesini,”
“Be-beneran, Tante? Memang sebelumnya?” tanya Nayla yang mulai penasaran, dan ingin tahu lebih dalam tentang Hito, meskipun dia tidak ada hak atas hal ini.
Ana menghela nafas lalu menatap Leo yang tengah asik sendiri dengan mainanya, “Tante sebenarnya gak tahu apa masalah sebenarnya, tapi yang tante tahu, Hito itu dingin banget sama orang, apalagi setahu tante ya, Hito itu anti yang namanya deket-deket sama cewek. Makanya tante tadi berceletuk bahwasanya kamu itu pacar Hito,” terang Ana panjang lebar, Nayla masih diam, setia mendengar kelanjutan cerita dari Ana.
“Tante juga heran sama Hito, sekalinya bawa gadis ke rumah kok bisa ya secantik kamu?” Ana menggoda Nayla membuat rona merah muncul di kedua pipi Nayla, tangan Nayla naik menutupi kedua pipinya. Dalam hati Nayla, dia seakan diterbangkan dilangit ke tujuh.
“Tante bisa saja,” jawab Nayla malu-malu.
Tiba-tiba ponsel Nayla berbunyi, ada sebuah notifikasi masuk, Nayla membukanya, ternyata Ibunya mengirim dia pesan.
Nayla, ini sudah mau malam. Kamu pulang ya?
Nayla tidak menyadari bahwa sekarang sudah menunjukkan pukul setengah enam. Nayla bersiap-siap dan meminta izin kepada Ana bahwa dia akan segera pulang. Nayla mendekati Leo, “Leo, kakak pulang dulu ya, sudah dicariin sama Ibu,” ucap Nayla lembut berharap Leo akan mengerti, namun yang namanya anak kecil pasti akan merengek jika kemauannya tidak dituruti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only One [SELESAI]
Novela JuvenilMencintai seorang yang tidak mencintai kita memanglah hal menyakitkan. Harus mempersiapkan diri dan hati untuk menelan pahitnya kenyataan. Jika berjuang sudah dilakukan. Namun, jika sang maha membolak-bolikkan hati tidak berkenan, semua yang pernah...