***
Matahari nampak masih malu-malu menampakkan diri dari tempatnya. Namun kini Nayla sudah sibuk berkutat dengan bahan masakan didepannya. Dia sengaja bangun lebih pagi untuk memasak. Sesuai niatnya tadi malam, dia pagi ini harus mempersiapkannya. Dia berniat memasak nasi goreng, tak diragukan lagi, Nayla sama seperti Erika, ahli dalam bidang masak-memasak.
Nayla sibuk memotong bawang merah, bawang putih, cabai, dan bahan-bahan lainnya. Saat semua bumbu sudah siap dan sudah ditumis, Nayla memasukkan nasi kedalam teflon lalu mengaduknya. Nayla sangat telaten, tidak ada nasi yang tumpah dari tempatnya. Tiba-tiba suara wanita paruh baya menginstruksinya.
“Loh, Nay, ngapain?” Erika datang dari belakang Nayla sambil menggelung rambutnya.
“Ini, Bun. Nayla mau masak nasi goreng,”
“Kalo kamu mau nasi goreng kan bisa Bunda masakkan,” Erika berdiri disamping Nayla.
“Gak apa-apa, Bun. Nayla buat ini juga nanti mau Nayla kasih untuk teman Nayla yang sudah bantuin Nay kemarin,” terangnya membuat Erika mengangguk paham.
Erika kemudian berjalan menuju kulkas lalu mengeluarkan sebuah bolu coklat yang diletakkan didalam sebuah kotak transparan. Dan kembali disamping Nayla.
“Ini, Nay, kemarin Bunda buat kue, banyak juga. Jadi nanti kamu kasih ke orang yang nolongin kamu, ya, ini tanda makasih Bunda, karena sudah mau membantu anak kesayangan Bunda,” ujar Erika panjang lebar lalu mengacak rambut Nayla gemas. Nayla tersebyum manis, lalu mengangguk.
Nasi goreng sudah matang, lalu Nayla memindahkannya ke dalam wadah bekal yang akan dia bawa nanti. Sudah siap, Nayla memasukkannya ke dalam kantung plastik bersamaan dengan kotak yang diberikan Ibunya tadi. Tak lupa menuliskan sebuah pesan.
THANKS BUAT YANG KEMARIN.
DAN INI SEBAGAI PERTANDA PERMINTAAN
MAAF DAN TERIMA KASIH.-NAYLA
Nayla tersenyum setelah menyudahi menulis kalimat tersebut dan ditempelkan di tutup bekal. Kini berganti Nayla yang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Didalam kamar dia terus memikirkan bagaimana nasibnya nanti, godaan pasti akan dia dengar dari mulut Mita, Nayla hanya menghela napas. Dia sudah siap semuanya lalu turun untuk sarapan. Di meja makan, Nayla mendapati Ibunya sendiri yang sedang menuangkan nasi goreng ke atas piring.
“Ayah, mana, Bun?” tanya Nayla penasaran karena tidak mendapati sosok Ayahnya. Dia duduk dikursi dan meletakkan tasnya dikursi sebelahnya.
“Sudah berangkat pas kamu lagi siap-siap,” terang Erika.
“Yahh, Ayah gak nyicipin masakan Nayla, dong,” bahu Nayla merosot, ada nada sedikit kecewa disana. Erika tersenyum ke arahnya. “Siapa bilang, justru tadi Bunda bawain Ayah bekal banyak banget, ini sampai sisa sedikit,” Erika menunjuk ke arah wadah yang menjadi tempat nasi goreng buatan Nayla tadi. Seketika Nayla tampak sumringah, senang dengan pernyataan dari sang Ibu.
Mereka berdua sarapan dalam diam, hanya ditemani suara dentingan sendok dan garpu. Setelah selesai sarapan, Nayla meminum susu coklat yang selalu Erika buatkan untuknya.
“Nay, berangkat sekolah dulu, ya, Bun,” Nayla menyalami punggung tangan Erika. Lalu segera keluar rumah tak lup mengucapkan salam. Nayla memasukkan kantung plastik berisi bekal itu ke dalam tas lalu melanjutkan berjalannya menuju halte bus. Mungkin keberuntungan sedang menyertai Nayla, saat pertama kali menginjakkan kaki di halte bus, bus seketika tiba, dan membuat Nayla tak harus menunggu, dia segera masuk, dan memilih tempat duduk seperti biasa, disamping jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only One [SELESAI]
Fiksi RemajaMencintai seorang yang tidak mencintai kita memanglah hal menyakitkan. Harus mempersiapkan diri dan hati untuk menelan pahitnya kenyataan. Jika berjuang sudah dilakukan. Namun, jika sang maha membolak-bolikkan hati tidak berkenan, semua yang pernah...