#16 : Kesekian Kalinya ✔

111 23 20
                                    

Dua belah tangan sedang sibuk mengulak-alik pakaian di dalam lemari. Kesal dan bingung, Nayla hanya menggaruk kepala entah untuk yang ke berapa. Dari sekian banyaknya jenis dan model pakaian di dalam lemari, namun decakan dari mulut Nayla seolah berbicara bahwa dia seperti tidak punya baju saja.

"Huuhh, gue pake apa, dong? Bingung. Pakaian gue bejibun loh, masa gak ada yang bagus sih." Entah itu persoalan penting atau tidak. Namun bagi Nayla, berkencan dengan pujaan hatinya itu hal yang langka, jadi sibuk memilih baju untuk dia kenakan kali ini itu adalah hal yang sangat penting.

"Bundaa, besok-besok Nayla dibeliin baju, dong." gerutu Nayla yang sedari tadi bergonta-ganti baju. Jadilah baju itu menumpuk indah diatas kasur.

"Udahlah pake ini aja." Setelah beberapa menit yang lalu dia frustasi, dia akhirnya pasrah dengan baju pilihannya. Segera dia bersiap dan kembali ke bawah menemui tamunya tadi.

"Hito, ayo!" ajakan Nayla membuat Hito terbuyar akan lamunanya. Beralih menatap Nayla tanpa berkedip beberapa detik. Dress warna peach selutut dengan lengan pendek itu seolah membuat pikiran liar Hito berbicara.

Busett. Cantik banget.

"Kenapa diliatin? Jelek ya baju gue? Tuh kan—," rengek Nayla, namun sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, telunjuk Hito sudah terlebih dahulu menempel di bibirnya.

Nayla bungkam.

"Lo cantik," bisik Hito dengan penuh kesadaran. Seketika darah Nayla berdesir, tubuhnya memanas, pikirannya sedang berusaha mencerna, dan hatinya entah sudah terbang kemana.

Nayla terkikuk, "M-makasih," Rambut hitam tergerai itu jatuh menutupi wajahnya akibat menunduk.

***

"Hito kita sebenernya mau kemana, sih? Dari tadi gue liat lo cuma muter-muter doang. Lo gak niat ngajak gue jalan, ya? Atau ... Lo mau nyulik gue ya?" Ocehan Nayla mendominasi daripada suara radio di dalam mobil. Sempat diam selama perjalanan, akhirnya Nayla berceloteh yang menurut Hito itu sangat tidak berfaedah.

"Diem."

"Ya elo mau ajak gue kemana dulu?"

"Diem."

"Dih. Hito serius!"

"Gue masih SMA."

"Heh, ma-maksudnya bukan itu. Bilang kita mau kemana?"

"Ke pelaminan."

Malam ini, menjadi saksi bahwa sudah dua kali Hito membuat hati Nayla terbang. Tak bisa di pungkiri lagi. Nayla hanya bisa menahan senyuman di wajahnya, dia tak mau Hito tahu bahwa dia sedang salah tingkah dibuatnya.

Akhinya, Hito memberhentikan mobilnya dan membuat wanita disebelahnya bernapas lega, karena bisa keluar dari suasana awkward tadi. Nayla celingukan karena dia merasa asing dengan tempat ini. Dia mengikuti Hito, dan berjalan di belakang lelaki yang lebih tinggi darinya.

"Pa, Ma?" Samar-samar Nayla mendengar Hito memanggil orang tuanya karena dia masih sibuk memerhatikan tempat yang masih dianggap baru olehnya.

"Ayah? Bunda?" Nayla terkejut melihat kedua orang tuanya tengah berbincang dengan ... Mama Hito, Leo dan mungkin Papa Hito?

Only One [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang