Setelah pulang dari cafe, mereka bertiga memutuskan untuk ke rumah sakit.
"Hallo epribadeh." seru Aldi memasuki ruangan Hito.
"Eh tuyul, bisa diem gak sih? Lo cewek apa cowok sih, banyak bacot!" tukas Mita tak suka.
"Aelah, nyonya besar marah." Aldi mendramatisir ucapannya. Lalu membungkuk seakan memberi hormat pada gadis di depannya.
Mereka bertiga bergantian menyalami Hito.
"Bro, lo kapan pulang? Kangen nge-time bareng." Aldi duduk di atas brankar.
"Gaya lo Masyaallah." Mita menertawakan ucapan Aldi.
"Apaan sih, ngikut aja!"
"Lo yang apaan?" sungut Mita tak terima.
"Apa lo?"
"Apa?" terjadilah perdebatan unfaedah antara Aldi dan Mita. Mereka yang mendengar pun ikut jengah.
"Kalian apa-apaan sih? Kalo ketemu kerjaannya berantem teros. Jodoh baru tahu rasa lo!" Aldi dan Mita mendelik mendengar ucapan Gilang.
"Amit-amit gue jodoh sama kuda nil. Jodoh gue tuh kayak aktor-aktor China gitu, kayak Bie, uwuu. Ganteng, gagah, perkasa, body aduhai. Tapi sayang ..." ucap Mita mendongak seakan membayangkan wajah tamoan dari aktor drama yang sering ia tonton. Namun suara mengecil dengan raut wajah yang tiba-tiba berubah murung.
"Sayang kenapa?" Aldi merespon.
"Jangan modus lu, Babi." Mita menatap tajam ke arah Aldi.
"Siapa yang modus, monyet. Gue cuma tanya." Aldi menyahut tak terima.
"Dia udah punya istri. Dah punya anak. Ya Allah, nasib hamba begini amat." Mita merengek seolah-olah menangis. Menyayangkan aktor kesayangannya yang sudah menjalin rumah tangga.
Tawa Aldi seketika meledak. "Beuh pasti istrinya cantik dah. Gak kek lo, kurus krempeng. Apa yang mau di banggain?"
"Nah lo kek tiang listrik di belakang rumah gue. Tinggi doang gak ada body-nya.
"Aku suka body goyang Bapak Aldi. Bapak Aldi, di-di-di-di-di-di-di." Risko yang tiba-tiba bernyanyi membuat semuanya menatapnya sambil bergidik.
"Kan kan berantem lagi, gue lakban tuh mulut kalo lo berdua masih bacot terus." Gilang menatap tajam dua orang di depannya yang tak bisa akur. Sepontab Mita menutup mulut, menolak.
"Sana lo beli makanan, laper gue!" suruh Gilang, memerintah. Aldi menyodorkan tangannya, meminta uang.
"Pake duit lo dulu, ntar gue ganti."
"Enak aja, gak! yang kemarin aja belum lo kembaliin. Gak, Gak!" Aldi bersikeras, menolaamk.
"Nih gue kasih, kembaliannya ambil aja."
"Elah, ni mah kurang."
"Sok tau lo, sana pergi! Huss huss!" Mita yang jengah mendorong Aldi agar cepat keluar. Aldi keluar dengan menghentak-hentakkan kaki, kesal. Sudah seperti babu sajam
KAMU SEDANG MEMBACA
Only One [SELESAI]
Teen FictionMencintai seorang yang tidak mencintai kita memanglah hal menyakitkan. Harus mempersiapkan diri dan hati untuk menelan pahitnya kenyataan. Jika berjuang sudah dilakukan. Namun, jika sang maha membolak-bolikkan hati tidak berkenan, semua yang pernah...