"Samlekom, ahli kubur." teriak Risko absurd saat memasuki ruangan Hito.
"Eh, kadal! Ni rumah sakit, bukan hutan, gosah teriak-teriak!" sergah Gilang sambil mengetuk kepala Risko yang menjadi korban pun hanya cengengesan. Gilang pun bersalaman dengan Hito ala cowok diganti dengan Risko dan Aldi.
"Ada apa bro lu nyuruh kita kesini?," tanya Gilang sambil meletakkan parsel buah di atas nakas samping brankar.
"Gue mau ngomong, penting."
"Apaan tuh?" Risko benar-benar bertingakah sangat konyol, Gilang dan Hito pun hanya menatap jengah Risko. Yang di tatap hanya menggaruk tengkuknya sambil nyengir. Dan ada sesuatu yang berbeda, Aldi sekarang jadi pendiam pemirsa.
"Lanjut." sergah Risko salah tingkah.
"Gue akuin, kemarin gue ngrasa salah banget sama kalian, udah bikin kalian kecewa. Terutama sama lo Aldi."
"Iya, Bro. Gak papa, kita ngerti kok," jawab Gilang sambil menyenggol bahu Aldi memberitahu. Aldi pun hanya mengacungkan jempolnya.
"Sebenarnya bukan itu yang mau gue omongin." ucapan Hito membuat ketiga manusia di depannya menatapnya serius. Mereka semua pun hanya diam, bermaksud mempersilahkan Hito melanjutkan bicaranya.
"Gue sebenernya gak Amnesia." ungkapan Hito mampu membuat tiga manusia di depannya tak percaya. Berekspresi dengan mulut terbuka serta mata yang melebar.
***
Saat kecelakaan yang menimpa Hito. Setelah Hito di periksa dokter, kesadaran Hito pulih.
"Saya dimana, Dok?" tanya Hito setelah sadar dari pingsannya.
"Kamu di rumah sakit." jelas Dokter.
"Tadi kamu mengalami kecelakaan. Syukurlah kamu sekarang sudah sadar. Jika kamu dalam waktu 24 jam belum sadar, kemungkinan kamu mengalami Amnesia."
Hito pun memejamkan matanya, bersyukur.
"Dokter, bilang ke keluarga saya nanti, kalo saya mengalami Amnesia." Dokter mengerutkan dahinya, tak paham.
"Saya mohon, Dok." Hito menatap dokter di depannya dengan sorotan mata tajam.
"Tapi kenapa?" Dokter bertanya karena masih diselimuti rasa penasaran.
"Pokoknya bilang aja." Hito bersikeras memaksa dokter itu untuk berdusat kepada semua orang yang kini tengah menunggu di depan ruangan.
***
"Alhamdulillah, akhirnya otak Hito gak jadi gesrek!" pekik Risko kegirangan.
"Udah di bilangin, gausah teriak-teriak!" Risko terkekeh meminta ampunan saat Gilang terus memukul kepalanya.
"Terus, apa alasan lo bilang ke kita kalo lo Amnesia?"
"Gue mau nge-prank Nayla."
"Maksudnya?" teriak ketiganya bersamaan.
Hito membenarkan posisi duduknya.
"Sebenernya gue tuh suka sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Only One [SELESAI]
Fiksi RemajaMencintai seorang yang tidak mencintai kita memanglah hal menyakitkan. Harus mempersiapkan diri dan hati untuk menelan pahitnya kenyataan. Jika berjuang sudah dilakukan. Namun, jika sang maha membolak-bolikkan hati tidak berkenan, semua yang pernah...