***Semilir angin pagi berhembus di antara dedauan. Seorang gadis yang masih bergelut dengan mimpinya, hanya suara detik jam yang terdengar di ruangan bertembok warna hijau tosca itu. Suara decitan pintu terdengar, menampilkan sosok Erika yang datang dari balik pintu.
Erika menggucang pelan tubuh putrinya, ada sedikit pergerakan, nampaknya Nayla sudah mulai terusik dengan Ibunya yang membangunkannya. Nayla berubah menjadi terduduk dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka. Erika menginstruksi Nayla untuk bergegas mandi, dan bersiap-siap berangkat ke sekolah barunya.
Saat memastikan Erika sudah keluar dari kamarnya, Nayla segera bangkit dan berjalan gontai menuju kamar mandi. Ritual mandi sudah Nayla laksanakan, kini dia keluar dari kamar mandi dengan wajah dan tampilan berbeda. Wajahnya lebih segar dengan balutan seragam putih abu-abu yang melekat indah di tubuhnya.
Nayla menyisir rambutnya rambutnya yang basah lalu mengoleskan sedikit vitamin ke rambutnya. Setelah semua persiapan, Nayla bergegas turun ke lantai bawah menemui Ibu dan Ayahnya. Nayla berjalan menuruni anak tangga dengan bersemangat.
"Ayah! Bunda!" sapa Nayla datang dari balik punggung Ibunya.
"Heyy, Nayla," Erika berseru sedikit tersentak.
"Kamu udah tahu, kamu sekolah dimana?" tiba-tiba Ferdian membuka suara menatap anaknya. Nayla menggeleng sebagai jawaban. "Emang dimana, Yah?" lanjutnya penasaran.
"Di sekolahnya Pak Adi,"
"Hah, siapa Pak Adi?"
"Itu Bos Ayah, kamu nanti sekolah disana," Nayla mengangguk, sepersekian detik kemudian dia memekik.
"Naylaaa senengg bisa sekolah lagi!!" Erika dan Ferdian spontan menoleh bersamaan, tertawa geli melihat perlakuan anaknya. Setelah sadar kedua orang tuanya menertawakannya Nayla terdiam, dan menggaruk kepalanya sambil nyengir.
"Tapi Nayla sedih," tiba-tiba nada bicara Nayla menurun, lalu menunduk."
"Kenapa?" Erika mendekat.
"Nanti kalo Nay gak punya temen gimana? Nanti kalo gak ada yang mau temenan sama Nay gimana?" Nayla terus mengoceh.
"Pasti nanti banyak yang mau temenan sama kamu," Erika menenangkan.
Seteleh selesai sarapan, Ferdian dan Nayla bersiap-siap. Nayla menyalami punggung tangan Erika dan dibalas sebuah kecupan dipipi Nayla. Berbanding terbalik dengan Ferdian, dimana Erika yang menyalami tangan suaminya, dan dibalas sebuah kecupan dikening Erika.
***
Kini Ferdian dan Nayla tengah berada didalam mobil, mereka berangkat ke sekolah bersama, Ferdian berniat untuk mengurus kepindahan sekolah Nayla. Dalam mobil Nayla terus bertanya, mengeluarkan pendapat, terkadang juga terlihat murung jika sesekali mengenang teman-temannya yang di Bandung.
Ferdian membelokkan stir mobil ke kanan, memasuki sebuah gerbang berwarna coklat yang terpampang indah sebelum disuguhi pemandangan selanjutnya. Keringat dingin nampak membasahi Nayla, Nayla sudah berusaha untuk tidak tegang. Namun usahanya tidak berhasil, dia menggigit jarinya.
Mobil Ferdian berhenti di parkirkan VIP sekolah yang di khususkan untuk guru-guru yang membawa mobil dan tamu undangan, seperti Ferdian. Ferdian melepas selt belt-nya, sebelum turun dia memandangi Nayla yang sedang fokus lurus ke depan dengan wajah yang sukar diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only One [SELESAI]
Novela JuvenilMencintai seorang yang tidak mencintai kita memanglah hal menyakitkan. Harus mempersiapkan diri dan hati untuk menelan pahitnya kenyataan. Jika berjuang sudah dilakukan. Namun, jika sang maha membolak-bolikkan hati tidak berkenan, semua yang pernah...