Sayang

2.2K 63 2
                                    

"Assalamu'alaikum..." Aisyah mengucapkan salam sebelum memasuki rumahnya, tapi di dalam rumah tidak ada siapa-siapa.

"Aku balik ya?" Ari tersenyum sembari mencubit pipi Aisyah gemas. Sedangkan yang punya pipi hanya melongo lalu manyun.

"Gue di rumah sendirian, terus lo mau tinggalin gue sendiri... Pacar apaan lo!" Ucap Aisyah.

"Ciye.. Udah mau ngakuin aku sebagai pacar?" Tanya Ari, bukan pertanyaan melainkan sebuah gelitikan untuk pacar barunya.

"Ih! Tau deh lo ..." Aisyah masuk kedalam rumahnya tanpa terduga. Ari hanya tersenyum, mungkin dunia yang penuh cinta juga ikut tersenyum.

"Sayang ... Aku pulang ya? Bukannya aku nggak mau nemenin kamu, tapi nggak baik kalau dilihat orang, masa kita berduaan dalam rumah, nggak ada siapa-siapa lagi." Ucap Ari.

"Pulang sana!" Teriak Aisyah mengintip Ari lewat jendela depan, ternyata Ari malah mengerlingkan matanya dan menatap kearahnya.

"Keluar dulu dong... Cium tangan dulu." Titah Ari.

"Najis!" Aisyah menjulurkan lidahnya lalu berlalu ke dalam kamar.

Ari terkekeh, sungguh menggemaskan. Yang dia pikir tomboy ternyata malah bisa membuat hatinya suka. Membuat dia jatuh cinta, namun apakah gadis itu mencintainya?

"Dari tadi kok senyum-senyum sendiri sih?" Tanya Rianna, ia membawakan teh hangat untuk Ari setelah kepulangan-nya dari rumah Aisyah.

"Enggak kok ma, papa kemana?" Tanya Ari.

"Papamu itu dari pagi ya ngurusin perusahaan dia ..." Jawab Rianna ia duduk disamping Ari untuk menemani putranya itu.

"Ma, Ari mau nanya..." Ucap Ari serius.

"Iya, nanya apa sayangnya mama..."

"Kok papa bisa nyetujuin aku sama Aisyah?" Tanya Ari. Matanya menatap mamanya seperti haus penjelasan.

"Ya kan udah mama bilang, papamu itu sama om Hasan sahabatan, tapi ya gitu deh mereka sempat terpisah. Papamu keluar negeri dan om Hasan di kampung. Terus mereka itu udah sahabatan dari kecil dan pas papamu tau kalau Aisyah itu anaknya om Hasan dia langsung nemuin om Hasan. Terus kalian dijodohin deh." Jawab Rianna panjang lebar. Ari hanya tersenyum, mungkinkah Aisyah mau menikah dengannya?

"Semoga Aisyah mau ya jadi istri kamu..." Rianna menepuk pundak Ari. Menyalurkan semangat untuk putranya.

"Tante... Azka mau ngomong sama Ari ya?" Ucap Azka mau izin. Ari tersenyum kecut.

"Ma.. Aku ke kamar ya sama Azka?" Ucap Ari.

"Iya, sana..."

Ari melangkah ke kamarnya, ia menduga-duga apa yang akan dilakukan Azka.

"Mau ngomong apa Zka?" Tanya Ari, suasananya sekarang berbeda. Bukan saudara yang selalu bertengkar dan tertawa bersama, kini mereka berada pada fase kecanggungan.

"Selamat ya..." Azka menepuk pundak Ari, berusaha tegar dan kuat seolah tidak terluka. Bagaimanapun Azka menyayangi Ari seperti saudara kandungnya sendiri. Semenjak kepergian orangtua Azka, ia tinggal dan dibesarkan oleh Rianna dan Handika.

"Kalau lo mau marah ... Marah aja Zka." Ucap Ari.

"Enggak Ri, gue emang kecewa... Aisyah emang penting bagi gue Ri, tapi bagi gue lo lebih penting. Gue udah anggep lo kayak saudara sendiri." Ucap Azka, maksudnya adalah saudara kandungnya.

"Thanks bro! Lo emang paling baik buat gue.." Ari memeluk Azka. Terharu tentunya.

"Ri, gue masih suka cewek." Ucap Azka yang langsung mendapat dorongan keras dari Ari.

"Gue juga nggak suka sesama jenis kali!" Ucap Ari. Hatinya lega karena pengakuan Azka.

"Ri... Kenalin gue dong sama temen lo." Ucap Azka, ia tiduran di kasur Ari sembari melihat Ari memainkan gitar.

"Temen gue nggak ada yang jomblo!" Ucap Ari.

"Songong lo!" Ucap Azka.

"Yaudah sih lo keluar sana nyari cewek..." Ucap Ari, lebih tepatnya sebuah perintah

"Jadi abang ngusir adek?tega abang!" Ucap Azka dramatis dengan suara yang dikecilkan.

"Najis!" Gumam Ari.

Akhirnya Azka keluar dari kamar Ari dan menuju ke kamarnya sendiri.

Drrttt Drt Drrrt

"Halo sayang..."

"Halo..."

"Ada apa sih?kangen?"

"Soak lo! Ke rumah gue cepet..."

"Ngapain sih syah?" Ya, yang menelpon-nya adalah Aisyah.

"Gue mau makan bakso, temenin gue ya?"

"Iya, habis magrib gue otw ya?"

"Iya, gue tunggu..."

"Tapi nggak gratisan..."

"Terus?"

"Ada syaratnya..."

"Sama pacar sendiri pake syarat."

"Ciye... Yang udah ngakuin aku pacar."

"Rese lo! terus syaratnya apa?"

"Lo harus manggil gue sayang..."

"Apa!"

"Nggak usah teriak deh, kuping aku bisa mati fungsi sayang."

"Iya, maaf..."

"Yaudah nanti aku jemput kamu ya..."

"Iya, makasih sa yang."

"Makasih sayang..."

"Kok ikutan?"

"Ya, kalau gitu makasih tomboy!"

"Rese!"

"Tapi lo sayang..."

"Udah matiin ya telponnya, aku mau bantuin mami masak."

"Iya, bye sayang..."

"Ewh.."

TUT!

 Arsyah Story(PROSES REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang