Sumpah demi apa, tak ada yang menduga apa yang dilakukan Ari sekarang. Seorang kapten basket, most wanted, orang yang terkenal cool tengah mondar-mandir di depan pintu UKS. Aisyah yang kena cakaran Diera langsung dibawa Ari menuju UKS.
"Udah ngapa Ri, jangan mondar-mandir kayak setrika." Cibir Febri yang sedari tadi mengamati tingkah Ari yang berbeda dari yang dulu.
"Bro, gue ngga nyangka kapten kita jadi kayak gini." Bisik Fino yang mendapat toyoran dari Dimas. Pria itu seolah mengingatkan bahwa kapten mereka sedang khawatir bukan melawak.
"Ri, gimana Aisyah?" Tanya Manda yang datang dibarengi Elina, Justin, dan Kefan.
"Iya Ri, dia baik-baik aja kan?" Tanya Elina.
"Dia tadi dicakar sama Diera." Jawab Ari, menegaskan bahwa ia masih tidak terima dengan apa yang dilakukan mantan kekasihnya itu.
"Gue harus bikin perhitungan sama Diera!" Ucap Elina yang mendapat anggukan dari Justin dan Kefan.
"Jangan gegabah, Diera itu licik ... " Ucap Manda yang mendapat satu senyuman dari Dimas.
Klek!
Aisyah muncul dengan perban di lengannya.
"Syah kamu ngga apa-apa?" Tanya Ari yang langsung menghampiri pacarnya.
"Tenang aja, aku ngga apa-apa ... Tadi udah diobatin sama petugas UKS." Ucap Aisyah.
Ari langsung memeluk Aisyah, membawanya ke dalam dekapannya. Ari sungguh tidak bisa membayangkan jika Aisyah terluka lebih dari ini. Aisyah mengusap-usap punggung Ari, sungguh momen yang tidak baik jika Elina, Manda, Febri, Fino, Dimas, Justin dan Kefan tidak pergi dari sana.
"Aku baik-baik saja sayang." Ucap Aisyah yang mencoba menenangkan perasaan Ari. Ari semakin mengeratkan pelukannya, meskipun beberapa pasang mata menatapnya seolah menyiratkan patah hati.
"Ri, sesak." Ucap Aisyah, Ari langsung melepaskan tubuhnya dari Aisyah. Lalu mencubit pipi Aisyah gemas.
"Ish! Sakit ... " Ucap Aisyah mengaduh, gantian dirinya mencubit pinggang Ari yang membuat seorang Ari Irham meringis.
"Kejam kamu yang." Ujar Ari langsung membawa tangan Aisyah ke dalam genggamannya.
"Sekarang, pacarnya Ari Irham yang tomboy, tapi cantik ikut Ari ke kantin ya?" Ucap Ari yang mendapat anggukan dari Aisyah.
.
.
.
"Elina, balikin jepit rambut aku." Ucap Manda menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa Elina tengah memainkan jepitnya.
"Entar," Ucap Elina.
Elina duduk di antara Manda dan Justin. Sedangkan yang lain melingkar mengikuti arah meja yang bundar.
"Lo mikirin siapa sih El?" Tanya Fino, meskipun bertanya pria itu sama sekali tak menatap Elina. Fino asyik dengan mie yang ada di depannya.
"Kapan lo pesennya sat?" Tanya Febri karena dari tadi mereka belum ada yang pesan atau menghampiri ibu kantin.
"Hehe ... Gue japri mba Siti tadi." Jawab Fino disertai gurauan. Kefan mendengus sebal,
"Lo modus ya ke mba Siti?" Tanya Kefan. Bukan apa-apa, mba Siti itu bukan ibu-ibu separuh baya atau sudah punya suami. Mba Siti, anak si ibu kantin masih gadis dan parasnya lumayan cantik.
"Ngga kok, lo aja yang baperan." Jawab Fino.
"Kayaknya gue harus bongkar rahasia Diera deh." Ucap Elina.
Semua yang ada di meja tersebut langsung menghentikan aktivitas unfaedah-nya. Semuanya terdiam dan mencerna,
"Rahasia apa?" Tanya Manda.
Yang lain mengangguk mereka juga ingin tahu. "Diera itu sebenarnya-"
"Hai!" Ucapan Elina terhenti begitu saja karena Aisyah dan Ari ikut bergabung dengan mereka.
"Hai cantik," Goda Febri.
Aisyah mendengus sebal, untung teman kalau bukan sudah kemarin ia tendang.
"Modus aja sih lo." Ujar Fino.
"Yaelah lo kayak ngga tau Febri kayak gimana." Ucap Justin.
"Pakboy." Ujar Elina.
"Jangan gangguin pacar gue dong, yang lain ngga ada emang?" Cibir Ari.
Matanya menatap tajam bak elang, jadi Ari baper? Jadi ...
"Santai kali Ri, gue cuma bercanda." Ucap Febri.
Kedua sejoli tersebut duduk berhadapan dan tentu saja langsung menjadi pusat perhatian.
"Iya Ri, Lo kayak ngga tau Febri aja." Ucap Dimas.
"Ingat ya! Jangan ada yang gangguin pacar gue." Ucap Ari lantang.
Hingga laki-laki yang ada di kantin itu terhenyak seketika. Pupus sudah harapan mereka untuk mendapatkan makhluk imut yang ada di hadapan Ari tersebut.
"Dasar Posesif!" Cibir Kefan.
"Kapten bucin."
"Aisyah bakal marah ngga kalau ada yang dekatin Ari, kayaknya Aisyah biasa aja itu ke lo. Lo aja yang bucin." Ucap seorang siswa yang bernama Alviano. Termasuk smart boy dan kebanggaan guru-guru.
Brak!
"Maksud lo apa ngomong kayak gitu?" Ari langsung menghampiri meja Alviano. Ditariknya kerah baju Alviano sekuat tenaga.
"Ari!" Teriak Aisyah ketika melihat Ari menjadi-jadi seperti itu.
"Woy! Bantuin sat!" Ucap Fino.
Mereka mencoba memisahkan Ari dari Alviano. Mereka tak ingin nama Ari menjadi buruk dan Ari akan menjadi sasaran kemarahan papanya.
"Lepas!" Ari meronta ingin dilepaskan. Sedangkan teman-temannya sekuat tenaga memegangi Ari.
"Emang bener kan Aisyah itu ngga pernah ngomong cinta ke elo jadi menurut gue lo putus deh dari Aisyah daripada lo patah hati nanti." Ucap Alviano tersenyum miring.
"Bangsat!" Ari tersulut kembali emosinya dan mencoba melepaskan diri dari teman-temannya.
"Ri, sabar Ri."
"Iya Ri lo jangan ladenin omongan dia."
"Emang bener kan-"
Plak!
Aisyah menampar wajah Alviano hingga pipinya merah. Aisyah tampak sangat emosi dengan perkataan Alviano.
"Lo diem! Jangan ikut campur hubungan gue sama Ari! Gue ngga ada masalah ya sama lo."
"Dan menurut lo cinta itu harus diumbar biar semua orang tau? Ngga! Semua orang itu punya cara beda-beda untuk mencintai."
***
Apakah alurnya nggak nyambung?😴Maaf ya,
Yuk komen yuk, 😴
Btw, Ari sangar juga ya?
Kalian kepo ngga sama rahasia Diera?
💙💙💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyah Story(PROSES REVISI)
Teen Fiction#Follow dulu sebelum baca, sayang Judul awal : Ari dan Aisyah "Syah pacaran yuk?" "Maksud lo?" "Ya lo jadi pacar gue..." "Lo nge-prank gue ya?" "Ck! Gue serius... Lo jadi pacar gue mulai sekarang." "Apa! Nggak ya! Nggak mau!" "Gue nggak nerima penol...