"Morning princess, bangun gih nanti telat." Ucap orang di seberang sana.
"Ri, gue ngantuk ... Gue mau bolos aja hari ini." Ucap gadis itu, Aisyah. Mengangkat telepon pun dengan mata terpejam.
"Eh, bentar lagi kita itu lulus jadi harus rajin sekolah sayang."
"..."
"Yang?" Panggil Ari.
"..."
"Kamu tidur lagi ya?" Tanya Ari.
"..."
"I love you."
Ari langsung menaruh handphone-nya dan mengambil handuk yang ia letakkan di teras kamarnya, kemarin.
"Kok ngga ada?" Tanya Ari pada dirinya sendiri.
Ari mendengus sebal, ini pasti ulah Dian, pembantu yang khusus hanya untuk dirinya.
"Dian." Panggil Ari. Matanya menatap lurus ke depan, tempat matahari memunculkan dirinya.
"Iya den ... " Seseorang yang bernama Dian itu menghadap pada Ari Irham.
"Handuk saya mana?" Tanya Ari dingin. Oh, jangan lupakan bahwa seorang Ari Irham itu dingin ke semua orang kecuali Aisyah.
"Sebentar saya ambilkan ... " Ucap Dian.
Ari kembali lagi kedalam kamarnya dan menatap handphone-nya. Beberapa jam tak bertemu saja, kenapa ia jadi rindu dengan kekasihnya?
"Halo sayang." Ucap Ari menelpon Aisyah kembali.
"Halo Ri," Ucap Aisyah di seberang sana. Ari tersenyum dan berpikir sekarang Aisyah pasti sudah bangun.
"Udah bangun yang?" Tanya Ari.
"Udah, kamu nanti jemput aku atau gimana?" Tanya Aisyah kembali.
"Jemput dong ... " Jawab Ari.
"Yaudah ... Aku mau masak dulu, mama soalnya tadi pagi berangkat ke luar kota. Jadi aku yang masak buat bang Affa sama papa. Udah dulu ya?" Ucap Aisyah.
"Iya sayangku," Ucap Ari terkekeh mendengar ocehan Aisyah pagi-pagi begini.
"Jijik kali Ri," Ucap Aisyah.
"Udah sana," Ucap Ari.
Tut!
"Den ... Ini handuknya." Ujar Dian yang datang dengan handuk di tangannya.
"Terima kasih, kamu boleh keluar." Ucap Ari.
*
"Syah ... Yuk berangkat." Ucap Ari. Setelah beberapa saat lamanya akhirnya pria itu datang juga dengan tampilan cool dan segar.
"Kamu lama banget sih." Gerutu Aisyah. Ia mendengus sebal, ia sudah terlalu lama menunggu di depan pintu rumahnya dan Raffa pun sudah pergi terlebih dahulu.
"Iya maaf, udah deh jangan ditekuk mukanya." Ucap Ari mengusap pipi Aisyah yang akhir-akhir ini jadi favorit nya.
"Ih! Jangan pegang-pegang." Ucap Aisyah melepaskan tangan Ari dari pipinya. Ia masih kesal, ia tidak suka menunggu lama.
"Oh, maunya dicium?" Goda Ari.
"Ih! Udah yuk berangkat." Ucap Aisyah menggandeng tangan Ari.
"Yuk." Ucap Ari.
"Pegangan ... " Tambahnya.
"Ri, motornya aku yang bawa ya?" Ucap Aisyah yang mendapat pelototan tajam dari Ari. Mana mungkin ia mengizinkan Aisyah bawa motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyah Story(PROSES REVISI)
Teen Fiction#Follow dulu sebelum baca, sayang Judul awal : Ari dan Aisyah "Syah pacaran yuk?" "Maksud lo?" "Ya lo jadi pacar gue..." "Lo nge-prank gue ya?" "Ck! Gue serius... Lo jadi pacar gue mulai sekarang." "Apa! Nggak ya! Nggak mau!" "Gue nggak nerima penol...