Traktiran

733 49 0
                                    

"Kalian mau makan apa?" Tanya Fino yang tengah duduk di pojok beserta teman-temannya.

"Gue pengen bakso."

"Mie."

"Nasgor."

"Batagor."

"Gorengan kuah."

"Bakso."

"Oke, gue yang bayar." Ucap Fino yang mendapat toyoran dari Febri.

"Serius nyet?" Tanya Febri.

"Seriuslah, gue besok ultah." Jawab Fino.

"Yeay!!! Traktiran!" Teriak Kanaya.

"Ssst! Katanya lo ngga mau dihukum."

"Ciyeeeee." Sorak Aisyah, Elina dan Manda bersamaan.

Posisi Kanaya dan Fino saat itu adalah Fino yang ada disebelah Kanaya tengah membekap mulut Kanaya dan saling bertatapan.

"Kalian ngapain disini, sekarang belum jam istirahat."

Aura dingin dan mencekam seketika datang melanda. Tidak ada yang berani menatap sesosok guru yang sering membawa siswa dan siswi badung ke ruang BK.

"Saya tanya kenapa kalian diam?" Tanya guru itu lagi.

"Makanlah bu, di kantin mau ngapain lagi." Jawab Aisyah.

Wanita itu memang terlihat lebih berani daripada yang lainnya. Guru itu mengernyit, "Ikut saya ke ruang BK."

***

Tidak ada yang menyangka nasib Aisyah dkk sekarang, mereka sedang berdiri dan hormat dibawah tiang bendera padahal cuaca sedang panas-panasnya. Sedangkan guru BK itu tetap menatap mereka dan mengawasi mereka di ruang yang lebih tertutup.

"Gara-gara lo Fin." Bisik Febri yang masih bisa didengar oleh yang lain.

"Ck! Giliran ada apesnya aja lo bilang salah gue." Bisik Fino.

"Cowok selalu salah bro," Bisik Dimas.

"Syukur deh kalau nyadar." Sahut Manda.

"Gara-gara guru itu gue jadi ngga jadi makan." Gerutu Elina.

"Mana gue belum sarapan lagi." Aisyah pun tak kalah kesalnya dengan guru tersebut.

"Untung Kanaya ngga dihukum." Ucap Fino. Ya, tadi Fino melakukan pembelaan bahwa Kanaya baru melakukan kesalahan satu kali dan menurutnya Kanaya tidak perlu dihukum. Apalagi kategori yang mereka lakukan tidaklah merugikan orang lain.

"Lo suka ya sama Kanaya?" Tanya Elina.

"Ha?ngga!"

"Fino, ada apa!" Teriak guru tersebut.

"A em anu bu ada kecoa."

"Diam sat,"

"Lo sih."

Aisyah membiarkan peluh melewati pelipisnya. Panasnya memang bukan main, apalagi dirinya masih dalam kondisi belum makan apa-apa dan parahnya ia memiliki Anemia.

"Syah lo kok diem aja sih?" Bisik Manda. Karena Aisyah sedari tadi memang jarang menyahut obrolan tidak bermanfaat di bawah tiang bendera.

"Pusing gue." Jawab Aisyah.

"Lo istirahat aja ya." Bisik Manda.

"Ngga, nanti aja bareng kalian." Ucap Aisyah.

Mata Aisyah menangkap Ari yang entah sejak kapan memperhatikan dirinya di balik jendela kelasnya. Pria itu memang masih marah, namun sesekali ia melirik Aisyah yang bercucuran keringat.

"Man gue pusing." Ucap Aisyah lagi.

Manda menoleh kepada Aisyah yang sudah pucat pasi, tangan Aisyah berpegangan ditangannya.

"Syah lo pu-"

Bruk!

"Aisyah!"

 Arsyah Story(PROSES REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang