Diera

812 49 0
                                    

•••
Sahabat bukan tentang seseorang yang tertawa bersama atau datang ketika senang, melainkan seseorang yang selalu ada dalam sedihmu tanpa pernah meninggalkanmu
•••

"Syah, lo beneran ngga apa-apa? Dari tadi muka lo kusut banget ... " Tanya Elina. Manda pun juga mengangguk, sedari tadi Aisyah seperti orang yang memiliki masalah. Banyak murungnya daripada fokusnya.

"Ngga kok, gue baik ... " Jawab Aisyah. Jam pelajaran yang seharusnya diisi oleh Bu Tara malah berubah menjadi jam kosong. Jadi untuk merayakan kegabutan yang mendarah daging, murid-murid termasuk Aisyah, Amanda, Elina dan Kanaya memilih bergerombol sembari membahas hal-hal yang tidak penting hingga istirahat nanti tiba.

"Eh, kemarin gue lihat Diera sama cowok pinter yang kemarin loh." Ucap Manda.

"Please deh Man, cowok yang pinter kan banyak." Ucap Elina memutar bola matanya malas.

"Ih, itu yang kemarin cari masalah sama pacar lo di kantin." Ucap Manda lagi. Penekanan kata 'pacar lo' yang ia lontarkan sembari menoleh Aisyah sukses membuat Aisyah mengernyitkan dahinya. Begitupun dengan Kanaya yang meletakkan buku bacaannya.

"Lo ngga mau letakkin hape lo El?" Kanaya mengatakan hal itu kepada Elina yang memang sedang main hape.

"Harus?" Elina akhirnya meletakkan hape nya diakhiri dengan helaan nafas panjang.

"Ngapain Diera sama smart boy?" Tanya Elina yang dijawab gelengan oleh Manda.

"Kalau menurut Naya nih ya, Diera itu lagi cari cara buat hancurin hubungan Aisyah sama Ari. Kalian kan tahu Diera itu terobsesi banget sama Ari." Ucap Kanaya.

Aisyah pun berpikir begitu, Diera itu kan memang cinta mati sama Ari. Terakhir bertemu saja Diera tidak segan untuk melukai Aisyah.

"Terus gue harus ngapain?" Tanya Aisyah.

"Menurut Manda kamu harus hati-hati Syah karena Diera pasti sekarang lagi nyusun rencana-rencana jahat." Jawab Amanda.

"Dan menurut gue lo ikutin aja permainan dia, tapi jangan sampai lo terjebak." Ucap Elina.

"Ih bahaya tau El!" Kanaya memukul tangan Elina pelan.

"Terus lo ada ide?" Pertanyaan dari Elina mampu membuat Kanaya menggelengkan kepalanya pelan.

"Lo ikutin aja permainan dia Syah." Ucap Elina,lagi.

"Kantin yok?" Febri datang dari entah berantah dan tiba-tiba mengajak mereka ke kantin.

"Ngapain?" Tanya Kanaya yang membuat Elina ingin menggeplak kepalanya saat itu juga.

"Makanlah, ngapain lagi." Jawab Elina kemudian.

"Yuk," Ajak Fino.

"Belum istirahat ntar dihukum loh." Ucap Kanaya.

"Kayak ngga pernah dihukum aja." Sahut Fino.

"Ih! Naya emang belum pernah dihukum kok." Kanaya melakukan pembelaan.

"Ya udah lo ngga usah ikut." Ucap Febri.

"Yuk, laper nih." Ucap Dimas.

Akhirnya mereka beriringan menuju kantin dan Kanaya? Ikut. Ia memegang lengan Fino erat, belum pernah ia melakukan pelanggaran dan dihukum.

"Seneng banget lo deket-deket sama gue." Ucap Fino.

"Geer, aku takut dihukum." Kanaya terus berlindung di sebelah tubuh Fino yang tinggi. Tubuh pendeknya memang memudahkan, tetapi kadang menyusahkan.

"Tenang aja, sama gue lo aman." Ucap Fino.

***

 Arsyah Story(PROSES REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang