Dengan semangat 45 Aisyah menghampiri Ari yang menunggunya di luar ruangan. Aisyah dan siswa-siswi lainnya sedang menjalani simulasi mapel pilihan. Ujian memang akan dilaksanakan 3 bulan kedepan dan mereka sudah giat-giatnya berlomba menjadi yang terbaik.
"Temen-temen lain mana?" Tanya Aisyah mencari temannya.
"Udah pulang duluan, tinggal aku disini." Ujar Ari sembari memamerkan senyum hangatnya.
"Langsung ke rumah kamu apa gimana?" Tanya Aisyah.
"Langsung sayang, bunda pasti nggak sabar mau ketemu calonnya yang cantik ini." Jawab Ari menggandeng tangan Aisyah dan menggenggamnya erat.
"Dapet kata-kata gitu dari mana kamu? Nggak cocok blas!" Ujar Aisyah mencubit pinggang Ari keras.
Bukannya mengaduh justru Ari terkekeh akan kelakuan calon istrinya itu.
..
"Kalau udah nikah aku boleh kerja?" Tanya Aisyah untuk kedua kalinya. Sedangkan Ari sedang fokus menyetir sesekali menatap Aisyah kesal. Ia tidak mau Aisyah bekerja, cukup dirinya yang bekerja dan mencari nafkah keluarga. Tugas seorang istri menurutnya adalah mengurusi rumah dan mengurus anak. Bukan kuno, tetapi pahalanya juga luar biasa.
"Nggak sayang." Jawab Ari.
"Kok gitu? Gue juga mau kerja Ri." Protes Aisyah.
"Aku maunya kamu di rumah, masakin aku, ngurus rumah, ngurus anak-anak kita dan yang terpenting adalah menjadi guru pertama untuk anak-anak kita." Ujar Ari.
"Terus kalau aku di rumah aja, peluang kamu buat selingkuh banyak dong." Ujar Aisyah menghembuskan nafasnya kesal. Ia banyak membaca dan melihat sinetron ala emak-emak yang seringkali membuat Aisyah mencak-mencak sendiri.
"Eh! Tomboy ... Nethink mulu sama aku." Ujar Ari.
"Ya, aku sering lihat sinetron-"
"Aku nggak mungkin selingkuh kalau istri aku itu kamu." Potong Ari.
"Hilih bicit!"
"Mulutnya," Tegur Ari.
"Iya maaf ... "
"Ri, masak ke rumah kamu aku nggak bawa apa-apa?" Ujar Aisyah kebingungan sendiri. Ini bukan kali pertama ia bertemu dengan Rianna, tetapi tetap saja ia merasa canggung dan malu.
"Kamu kan udah bawa hati aku." Canda Ari.
"Aku serius!" Tajam Aisyah yang membuat Ari terkekeh.
"Terus kamu mau bawa apa?" Tanya Ari.
"Kita ke rumah aku dulu, baru ke rumah kamu." Jawab Aisyah.
"Iya udah."
Untung rumah mereka searah!
"Ngomong-ngomong bang Azka ada di rumah?" Tanya Aisyah.
"Nggak tau, gue kan bukan bodyguard nya dia." Jawab Ari.
"Lagian bagus juga sih Azka nggak ada di rumah."
Aisyah mengernyitkan dahinya heran.
"Kok bisa?"
"Dia kan suka caper sama lo." Ujar Ari.
"Masak sih?" Goda Aisyah.
"Iya, ngapa sok cantik lo!" Ujar Ari sarkastik.
Aisyah mendengus sebal, dirinya memang sudah cantik dari lahir.
"Ri, kalau gue misalnya cacat fisik, lo masih mau sama gue nggak?" Tanya Aisyah.
"Nggak tau! Kan itu cuma misal." Jawab Ari.
"Dih, kampret lo emang!"
"Jangan ngomong kasar sayang." Ujar Ari.
"Kalau kamu cacat fisik aku masih mau sama kamu," Ujar Ari.
"Kalau aku ada penyakit kamu masih mau sama aku yang penyakitan?" Tanya Aisyah lagi.
"Kamu ngomong apa sih yang, makin ngelantur aja ... Jangan bikin aku takut deh."
"Iya maaf."
***
Hallo! Apa kabar manteman?
.
Jangan lupa Voment:)))))
.
Follow
.
Follback
.
Ada yang kangen sama mereka nggak?
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyah Story(PROSES REVISI)
Teen Fiction#Follow dulu sebelum baca, sayang Judul awal : Ari dan Aisyah "Syah pacaran yuk?" "Maksud lo?" "Ya lo jadi pacar gue..." "Lo nge-prank gue ya?" "Ck! Gue serius... Lo jadi pacar gue mulai sekarang." "Apa! Nggak ya! Nggak mau!" "Gue nggak nerima penol...