6

2.2K 308 28
                                    

"Kita mau kemana sih kak?" Tanyaku yang masih belum tahu kemana tujuan Kak Yuta.

Sebenarnya aku tidak nyaman karena motor Kak Yuta adalah motor sport, yang mana jika aku membonceng otomatis dudukannya lebih tinggi daripada Kak Yuta. Kalian bisa ngebayangin kan? Ketika seorang cewek membonceng di motor cowok? Nggak nyaman banget karena badan ini jadi condong ke depan.

Setidaknya Kak Yuta mengerti, karena ia meletakkan tasnya di belakang sehingga aku tidak menempel langsung ke punggungnya, hehe.

"Angkringan batas kota, udah pernah kesana belum?" Kak Yuta balik bertanya.

"Baru juga mulai kuliah, nggak ada motor pula. Gimana ceritanya aku bisa main sampe batas kota? Yang deket-deket aja aku belum tahu." Jawabku yang lagi-lagi membuat Yuta tertawa. Kenapa sih Kak Yuta gampang banget ketawa? Heran.

"Yaudah, makanya kan aku ajak kesana biar kamu nggak kuper." Ucap Kak Yuta.

"Kak..." Aku sedikit mendekat pada telinga Kak Yuta.

"Ha?"

"Bisa nggak, sebentaaaaar aja nggak usah ngejek aku. Kalau nggak inget Kak Yuta itu kakak tingkat, udah aku tempeleng pala kakak." Aku bisa melihat senyum Kak Yuta dari kaca spion. Ampun gantengnya...

"Berani nempeleng aku, resikonya jadi pacarin aku ya?" Jawab Kak Yuta seenaknya.

"Dih!!! Mana bisa??!" Seruku lebih kesal.

"Barang yang sudah dirusak, wajib dibeli." Kak Yuta terkekeh.

"Kakak barang dagangan?!" Aku memukul pundak Kak Yuta, yang membuat ia justru tertawa.

--

"Kak..." Aku memanggil Kak Yuta ketika melihat berbagai macam makanan tergelar di hadapan kami.

"Apa?"

"Ini kakak yang traktir kan?" Aku memastikan kembali jika Kak Yuta akan mentraktir.

"Iya, kenapa emangnya? Kurang enak ya?" Kak Yuta sedikit khawatir sambil menunggu jawabanku.

"Rasain, aku mau pesen yang banyak." Ucapku lalu mengambil piring untuk mengisinya dengan banyak makanan. Sate sosis, sate bakso, tempe goreng, tahu goreng, ceker ayam dan masih banyak lagi.

"Sha, Sha... kamu nggak kesurupan kan?" Kak Yuta berlagak ngeri sambil memperhatikanku.

"Nasinya lima ya kak!" Aku tersenyum, setelah meminta mas pedagang membakar semua sate pesananku dan memesan minum, aku meninggalkan Kak Yuta untuk mencari tempat duduk.

Tak lama Kak Yuta datang dan duduk di hadapanku dengan membawa semua pesananku termasuk nasi kucing lima bungkus dan minum es jeruk.

"Untung aku ngajak kamu kesini, nggak ke mall." Kak Yuta berduka.

"Hehehe, makasih kak!" Aku berterimakasih, melihat Kak Yuta makan sama banyaknya denganku berhasil membuatku malu. Sebanyak ini aku makan?

"Gih di makan." Pada akhirnya Kak Yuta tetap tersenyum.

"Banyak banget ya kak, makananku? Ini aku yang banyak makan apa Kak Yuta yang makannya sikit?" Tanyaku sambil membuka sebungkus nasi kucing.

"Itu kamu nggak sadar makan porsi kuli?"

"Kak!"

Kak Yuta tertawa melihat ekspresiku.

"Iya yaudah, makan ayo... itadakimasu!" Aku sedikit heran setelah mendengar Kak Yuta mengucapkan sebuah kalimat Jepang.

"Kak Yuta asli Jepang nggak sih?" Tanyaku setelah melahap sesuap nasi kucing. Bertanya untuk melegakan rasa penasaran selama ini.

"Iyalah. Jepang toktok aku nih." Kak Yuta tertawa.

Loving Nakamoto Yuta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang