50

1.2K 146 5
                                    

Haduuuuu bosen ga sih? Kaya ga selese2 gitu ceritanya. Heheheh, tapi aku gemes kalo ga nulis yang bucin2 gini( ;∀;)

Setelah satu purnama ga update, akhirnya memutuskan buat update. Hehehehe... Maaf yaa dah bikin nunggu. Enjoy and happy reading!ヾ(^-^)ノ

--

Pagi-pagi udah rajin banget aku ke kampus. Kalau nggak karena tugas kuliah, yakin lah aku masih molor di kasur. Iya, aku harus konsul ke dosen sebelum tugas bisa dikumpulin. Yah, macem skripsi gitu. Jadi kalo ada salah-salah masih bisa di revisi. Dan bagus nggaknya nilai ya tergantung kita konsul atau nggak. Kalo nggak, ya jangan harap dapet nilai bagus sebaik apapun kita ngerjain tugas ini.

Aku masuk ke ruang dosen perlahan, nggak langsung ke ruang dosen yang bersangkutan. Jadi kita masuk ke ruangan macem lobi atau ruang tunggu gitu sebelum nemuin dosen di ruangannya sendiri. Macem tempat ngantri gitu loh.

Aku sedikit mengintip dari pintu di sebelah kanan ruangan yang berhadapan dengan lorong dimana kanan-kiri lorong tersebut adalah ruangan-ruangan dari para dosen jurusanku. Mastiin aja ada nggak dosen yang aku cari.

"Sha? Ngapain?"

Aku berbalik dan nyaris loncat karena nggak ngeh kalo ada orang duduk di sofa ruang tunggu.

"Kak Yuta? Ampun kaget banget, aku nggak ngeh kalo ada orang," aku mengusap-usap dadaku sendiri.

"Ya yang bego siapa? Orang aku juga udah dari tadi di sini. Kamu masuk udah kaya maling gitu," jawab Kak Yuta.

"Ya orang Kak Yuta duduk begitu jadi ketutupan sandaran sofa, nggak keliatan tau," aku mendengus kesal.

Kak Yuta tertawa pelan.

"Sini duduk dulu, nyari siapa?"

Aku menurut untuk duduk di sebelah Kak Yuta.

"Pak Big, ada nggak kak?" aku bertanya balik, siapa tau Kak Yuta tau.

"Pak Biggie? Belum ada. Aku lagi nungguin dia juga," jawab Kak Yuta.

"Oh, bimbingan skripsi? Dia dosen pembimbing kakak?" tanyaku lagi.

"Iya..." Kak Yuta mengangguk.

"Oh... Udah sampe mana skripsi?"

"Baru juga mulai, baru dapet bimbingan tiga kali ini."

"Lah, dari kemarin ngapain aja kok baru tiga kali bimbingan?" aku mengerutkan kening.

"Ya gimana mau fokus, kalo masih ada ganjelan," kali ini Kak Yuta menjawab dengan suara lebih pelan.

"Ganjelan apaan?" aku mengerutkan keningku lebih dalam.

"Kamu lah, gimana bisa aku mulai skripsi kalo aku belum dapet maaf. Aku baru bisa mulai fokus waktu kamu balik lagi ke lapangan. Liat kamu bisa ketawa-ketawa lagi sama anak-anak. Itupun masih ngeganjel banget, aku ngerasa perlu minta maaf langsung ke kamu."

Aku diam. Kenapa sih mesti ngomongin masalah ini? Mana kita cuma berdua di ruangan ini. Ya sapa juga sih yang mau dateng jam tujuh pagi, mau itu dosen atau mahasiswa rata-rata ke kampus jam delapan. Paling pagi juga jam setengah delapan.

"Aku lega kamu udah mau ngomong sama aku juga," imbuh Kak Yuta.

"Yaudah, mulai sekarang kerjain skripsi yang bener. Udah aku maafin kan? Aku juga udah baik-baik aja."

Loving Nakamoto Yuta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang