17

1.4K 195 1
                                    

Sore hari ini sesuai dengan janji, aku, Kak Jo dan Kak Aksa harus bertemu dengan Mas Chiko di McD. Berhubung kosanku lebih dekat dengan kosan Kak Aksa, jadi dia mampir dulu untuk menjemput.

Aku segera keluar dari kosan setelah Kak Aksa mengatakan dia sudah sampai.

"Hai, Kakak Aksa..." Sapaku, Kak Aksa tersenyum. Aku segera memakai helm lalu naik ke boncengan motor Scoopy hitamnya. Kak Aksa mulai menstarter motornya dan melesat pergi menuju McD Sudirman.

"Lo nggak ada motor, Sha?" Tanya Kak Aksa.

"Nggak, papa nggak ngizinin aku bawa motor." Jawabku.

"Tapi bisa naik motor?"

"Bisa. Cuma ya nggak begitu lancar karena jarang naik motor." Jelasku. Kak Aksa hanya mengangguk.

"Mobil bisa?" Tanyanya lagi.

"Bisa." Aku mengangguk.

"Napa sih nanya-nanya?"

"Lumayan bisa jadi sopir kalau kita pergi."

Aku memukul kencang pundak Kak Aksa.

"Lah, lo kan manajer. Harus ngurus kita baik-baik." Sergah Kak Aksa.

"Ternyata jadi manajer nggak ada bedanya sama babu." Celetukku yang membuat Kak Aksa tertawa terbahak-bahak.

15 menit kemudian, kami tiba disambut oleh Kak Jo dan Mas Chiko yang sudah sampai lebih dulu. Lalu aku dan Kak Aksa mengambil spot kursi yang tersisa.

"Sha, buka buku. Catet semua yang aku bilang." Ucap Mas Chiko tegas tanpa basa-basi, ya begitulah bentukan pelatih olahraga. Tegas, keras. Demi membentuk tim yang oke.

"Siap, mas." Aku segera mengeluarkan buku dan siap mencatat penjelasan Mas Chiko.

Hingga dua jam kami mengobrol tentang persiapan liga, akhirnya Mas Chiko pamit pulang lebih dulu. Tersisa kami bertiga.

"Gue mau ngerjain tugas bentar, mumpung ada wifi. Temenin ya?" Ucap Kak Aksa. Aku hanya mengangguk. Lagi pula aku free sampai malam.

"Lah, wifi kos kenapa?" Tanya Kak Jo.

"Error dari semalem, tadi lagi dibenerin." Jawab Kak Aksa yang tengah mengeluarkan laptopnya untuk mengerjakan tugas.

Kak Jo mengangguk sambil kembali mengunyah kentang yang kami beli.

"Laper nggak, Sha?" Tanya Kak Jo.

"Iya laper." Ucapku, gimana bisa makan kalau Mas Chiko nggak berhenti ngomong selama dua jam. Kami cuma bisa memesan kentang dan minum untuk ganjel perut.

"Pesen makan yok." Ajak Kak Jo.

"Boleh. Kak Aksa mau apa?" Aku menatap Kak Aksa yang sudah berkutat dengan laptopnya.

"Panas 2, tambah nasi." Jawabnya.

"Oke."

"Eh, Sha... pinjem HP. Mau nanya sesuatu ke Thian, HP gue mati." Ucap Kak Aksa sambil mengadahkan tangannya.

Aku dengan cuek langsung menyerahkan HP ke tangan Kak Aksa. Lalu segera berjalan menuju kasir bersama Kak Jo untuk memesan makanan.

"Masih berantem sama Yuta, Sha?" Tanya Kak Jo saat kami mengantri.

"Nggak usah bahas Kak Yuta dulu." Jawabku kesal.

"Yuta belakangan keliatan kalut banget."

Aku hanya menggumam menanggapi ucapan Kak Jo.

Ngomongin Kak Yuta gini aja udah lumayan bikin hati cenat-cenut. Pikiranku langsung kemana-mana termasuk keinget lagi rekaman suara yang semalem. Masih aja pengen nangis.

Loving Nakamoto Yuta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang