16

1.4K 195 7
                                    

Ajinomoto Yuta
[Aku jemput ya?]

Aku menghela napas panjang saat membaca chat Kak Yuta yang masuk.

[Aku udah di kampus. Berangkat sama Caca.]

Balasku.

Sudah satu minggu berlalu, sms-sms aneh itu memang tidak pernah masuk lagi. Tapi, aku sedang berusaha sendiri untuk menelisik akun-akun Instagram yang dikirimkan kepadaku. Sampai semalam aku sempat membuat akun 'fake', tapi belum bernyali untuk menghubungi akun-akun tersebut. Nanti dulu.

"Lo kenapa sih, Sha sebenernya? Masih diemin Kak Yuta? Dia tu bingung, sampe nanya mulu ke gue." Ucap Caca saat kami tengah menunggu dosen.

"Nggak papa, Ca." Aku masih menunduk memperhatikan HP-ku.

Ya, memang seminggu ini aku menghindari Kak Yuta, sebatas membalas chat saja. Telfon dari Kak Yuta pun tidak pernah aku angkat. Kalau pergi-pergi, aku memilih diantar oleh Caca karena dua minggu lalu memang orang tuanya baru saja mengantar motor.

"Sejak ketemu sama cewek di kedai bubble tea itu lo jadi aneh. Kenapa? Yakin nggak mau cerita ke gue? Feeling gue sih lo keganggu karena itu." Tanya Caca tepat pada sasaran.

Aku kembali menghela napas panjang, kayanya emang butuh cerita ke Caca. Kalau nggak aku bisa stress sendiri.

"Udahalah, ngapain sih Sha lo kepengaruh sama omongannya? Lagian nggak jelas, nggak bisa dipercaya. Palingan dia sirik tau lo deket sama Kak Yuta. Cuek ajaaa." Ucap Caca panjang lebar.

"Nggak gitu, Ca. Nggak sesimple yang lo bayangkan, tau nggak?" Aku mengangkat kepala lalu menatap Caca putus asa.

"Maksud lo?" Caca mengerutkan keningnya.

"Jadi..." Aku menarik napas panjang sebelum akhirnya menjelaskan semua yang terjadi pada Caca.

 

"Demi, Sha?! Sumpah?" Caca membelalakan matanya setelah aku selesai bercerita.

"Lo tahu kan sekarang alesan kenapa gue diem? Gue bingung, Ca." Ucapku lesu.

"Sini gue bantu ngecekin akun-akun itu. Jadi lo nggak perlu tahu langsung. Gue tanyain ke mereka ya?" Caca langsung menawarkan bantuan.

Sumpah, seember-embernya Caca tapi dia yang paling bisa aku andalin.

"Nggak usah, Ca. Nggak penting. Gue masih maju mundur mau ngecek. Soalnya itu toh masa lalu Kak Yuta. Ngapain gue ubek-ubek." Ucapku masih dengan helaan putus asa.

"Siapa yang tahu? Kalau cewek-cewek itu masih deket sama Kak Yuta gimana?" Caca menakut-nakutiku.

"Nggak ah." Aku menatap Caca ragu. "Gue masih mau coba percaya sama Kak Yuta sampai gue nemu siapa dalang pengirim SMS itu."

Sebenarnya aku mendadak tidak tenang setelah Caca mengatakan hal itu. Masa sih Kak Yuta masih deket-deket sama banyak cewek? Hampir 24/7 aku sama dia. Nggak mungkin kayanya.

"Yaudah, kalau lo masih menaruh kepercayaan ke Kak Yuta. Gue menghargai." Jawab Caca.

"Tapi lo janji nggak usah cerita soal ini ke siapa-siapa dulu ya, Ca? Sampe kita dapet bukti dulu." Aku memohon.

"Iya, oke beres. Gue juga tahu ini bukan masalah remeh, Sha. Jadi mau dibantuin?"

Aku menggeleng. "Nggak usah lah kalau soal ngecek akun-akun itu. Gue cukup tahu aja. Dan selama lo ada di deket gue, gue, nemenin gue, gue baik-baik aja. Makasih banget, Ca. Lo selalu bisa gue andelin."

"Not a big deal, Sha." Caca mengangkat ibu jarinya.

"By the way, ntar anterin gue ke lapangan ya? Gue lagi nggak bisa deket-deket sama Kak Yuta." Ucapku, kembali meminta tolong pada Caca.

Loving Nakamoto Yuta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang