2

3.7K 397 17
                                    


--

Hari terakhir ospek yaitu ospek dari jurusan. Aku berhasil ngelewatin tiga hari ospek tanpa merengek menghubungi mama ataupun Mas Taeil. Sebelum berangkat buat kuliah, Mas Taeil suka banget nakut-nakutin kalau aku bakal kesusahan tanpa bantuan mama ataupun Mas Taeil. Tapi ternyata aku berhasil survive, membuktikan pada Mas Taeil bahwa aku emang sudah besar. Padahal dianya yang suka khawatir sendiri, telfon bisa tiga kali sehari. Nanyanya komplit 5W+1H. Hhh..

Saat ini adalah sesi terakhir sebelum rentetan acara ospek usai. Aku dan teman-teman satu angkatan berkumpul di lapangan untuk penutupan. Padahal rasanya udah capek banget, yang ada di pikiran cuma mandi, makan terus tidur. Orang-orang banyak yang bilang kalau ospek itu keras, tapi ternyata nggak. Di kampusku ini, ospek dibuat semenyenangkan mungkin. Syukurlah...

"Sha, lo suka korea-koreaan kan?" Tanya Caca, teman SMA-ku yang juga diterima di kampus dan jurusan yang sama. Selain itu, Caca juga teman dekatku. Bisa dibilang teman yang paling dekat semasa SMA. Caca menyikut lenganku karena perbedaan tinggi badan kami. Ya, Caca lebih tinggi daripada aku.

"He-eh, kenapa emangnya?" Aku mengerutkan kening, sedikit menunduk karena terpaan sinar matahari sore.

"Liat deh kakak tingkat yang lagi berdiri di deket tiang bendera. Yang rambutnya gondrong, anjir ganteng banget! Lo pasti suka!" Ujar Caca yang mendadak antusias. Aku segera mengedarkan pandangan, tak sulit menemukan orang yang dimaksud Caca karena dia terlihat mencolok banget. Wah iya, gila ganteng banget. Kenapa juga aku baru sadar ada kakak tingkat yang super ganteng setelah seharian ini? Ih parah!

"Eh iya anjir! Ganteng, Ca! Tapi menurut gue dia lebih ke ganteng orang Jepang deh. Tapi sumpah ganteng iya!" Aku mendadak histeris, membuat beberapa teman di sekitar kita menoleh jijik.

"Kalem sih, Sha!" Protes Caca yang tak menyangka aku akan sehisteris ini. Bodo amat, emang ganteng sih!

'YUTA SINI!'

Setelah sebuah teriakan terdengar, kakak tingkat yang sedang kita bicarakan itu beranjak.

"Aaahh, namanya Yuta!" Ucap Caca.

"Tuh kan bener orang Jepang." Aku terus memusatkan pandangan pada kakak tingkat yang ternyata bernama Yuta itu. Sumpah pengen kenalan! Berita simpang siur yang selama ini bilang kalau anak-anak kampusku ini ganteng-ganteng udah bukan mitos lagi. Gudangnya mahasiswa ganteng dan cantik.

Setelah kakak tingkat yang -setahuku bernama Kak Jef tadi berteriak memanggil Kak Yuta, sekarang ia sedang membisikkan sesuatu pada Kakak Yuta ganteng. Kemudian Kak Jef terlihat menyingkir dan Kak Yuta mengambil toa untuk mengambil alih barisan maba yang mulai tak terkondisikan karena hawa panas.

"Ya oke, sebelum upacara penutupan, kita seru-seruan dulu yok!" Ucap Yuta antusias.

"Hah?! Bahasa Indonesianya lancar loh!" Caca terbengong mendengar logat Kak Yuta yang tidak ada Jepang-Jepangnya sama sekali. Sedangkan Aku? Jangan ditanya lagi. Aku mendadak tidak mendengar apapun ocehan Caca karena terlalu fokus pada Kak Yuta. Kalau dia temen Kak Jef, kemungkinan dia juga semester lima. Senyumannya itu loh, bisa banget bikin aku deg-degan parah. Gimana bisa ada cowok seganteng dia di kampus ini? Bersyukur aku ngikutin apa kata papa buat kuliah disini. Makasih pa!  Makasih banget, besok Shasha bawain bakpia yang banyak buat papa. Shasha janji!

"Kalian tahu goyang kucing yang lagi rame itu kan?" Tanya Kak Yuta, membuat semua maba otomatis berteriak mengiyakan termasuk aku. Siapa yang tidak tahu video kucing yang bergoyang seirama musik dangdut, yang tengah viral di sosial media? Hehe.

"Aku tunjuk lima orang buat maju, ikutin goyang kucing ya?!" Kak Yuta tertawa karena ide konyolnya sendiri, begitu juga rekan-rekannya. Mereka mengumpat atas ide Kak Yuta. Tapi, mereka juga tidak menolak.

Loving Nakamoto Yuta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang