37

1.1K 144 2
                                    

•••

Aku berjalan mendekati Kak Yuta yang tengah duduk di bangku depan jurusan setelah mengambil pesanan dua cup large Gulu-Gulu dari abang gofood.

"Nih..." Aku menyodorkan satu pada Kak Yuta, lalu kembali duduk di sebelahnya.

"Makasih, yang." Kak Yuta tersenyum.

"Belum dateng dosennya?" Aku bertanya sambil menyeruput minumanku.

Kak Yuta hanya menggeleng sambil menghela nafas panjang. Sudah hampir satu jam kami duduk di sini menunggu dosen yang sudah memiliki janji temu dengan Kak Yuta untuk kepentingan KKN. Kata Kak Yuta sih dosen ini bisa bantu kasih program KKN yang masih di kawasan Jogja. Makanya, Kak Yuta ngejar banget demi dapet lokasi yang enak.

"Ya udah, sabar dulu. Aku temenin, lagian aku udah nggak ada kuliah." Aku tersenyum.

"Nunggu tuh capek." Keluh Kak Yuta.

"Ya siapa bilang enak." Celetukku.

"Jawab aja, cium nih." Kak Yuta menatapku kesal.

"Coba aja, tabok nih." Balasku, yang membuat Kak Yuta tertawa.

Sebenernya aku ngerasa mulai nggak nyaman aja, duduk di depan jurusan itu berarti duduk di spot yang strategis buat diliatin sama banyak orang yang lalu lalang. Udah dari tadi banyak banget orang ngeliatin aku sama Kak Yuta. Tapi yaudahlah, cuek aja. Hhh.. Gimana lagi.

"Yang, mama sama Mas Taeil lusa mau kesini." Ucapku membuka obrolan baru.

"Ngapain?"

"Cari rumah kontrakan."

"Keluarga kamu nau pindah kesini?" Kak Yuta terlihat terkejut.

"Enggak..." Aku menggeleng. "Mas Taeil mau sekolah lagi disini. Ambil S2, udah mulai persiapan pendaftaran juga." Jelasku.

"Oh ya? Terus berarti nanti kamu tinggal sama Mas Taeil di kontrakan?"

"Iya dong." Aku menganggukan kepala.

"Ya iya sih pindah ke rumah, tapi tetep nggak leluasa karena ada Mas Taeil." Kak Yuta merengut.

"Apa sih yang?" Aku tertawa melihat ekspresi Kak Yuta.

"Malah lebih nggak leluasa kalau mau pergi. Duh, deg-degan aku." Kak Yuta mengusap dadanya.

"Ih, ngapa sih?" Aku menahan tawa sambil mendorong lengan Kak Yuta. Ekspresinya itu lho, bikin geli.

"Aku harus ngadep Mas Taeil kalau mau ngajak kamu pergi. Gimana dong yang?" Kak Yuta mulai terlihat cemas.

"Santai aja kenapa sih yang?" Aku tersenyum, walapun sebenarnya jauh di dalem hati, aku juga khawatir setengah mati. Gimana kalau nanti Mas Taeil ikut campur tangan soal hubunganku sama Kak Yuta? Gimana kalau Mas Taeil nggak suka sama Kak Yuta terus nyuruh aku putus? Takut banget. Sumpah, feelingku makin nggak enak aja.

"Nggak bisa santai, harus cari cara buat luluhin hati Mas Taeil."

Aku masih tersenyum, terharu denger jawaban Kak Yuta. Semoga aja Kak Yuta bisa ngadepin Mas Taeil. Harapanku cuma Kak Yuta ya kan?

"Makasih ya, yang. Kamu pasti bisa. Cuma Mas Taeil ini." Aku tertawa pelan.

"Mungkin kalau lawan antar cowok, aku bisa-bisa aja. Ini aku lawan dia sebagai kakaknya pacarku. Susah yang, harus pake strategi." Jelas Kak Yuta.

"Yaudah, atur lah strategimau gimana. Kalau soal kelemahan Mas Taeil, ntar aku yang kasih tau. Tenang aja."

"Nah gitu dong, tos dulu." Kak Yuta mengangkat tangannya.

Loving Nakamoto Yuta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang