18

1.4K 202 19
                                    

Minggu menjelang UAS pun tiba. Aku mulai disibukkan dengan belajar untuk persiapan dan banyaknya tugas akhir. Aku benar-benar nggak menggubris hal-hal lain, termasuk sms-sms yang masih sering masuk. Semakin lama, sms yang masuk justru menjadi sebuah pesan-pesan ancaman. Memintaku untuk menjauhi Kak Yuta, bahkan anak-anak basket. Gila emang.

"Sha, Kak Yuta sakit lo tau?" Tanya Kalya setelah kami selesai kelas.

"Tau darimana lo?" Tanyaku.

"Tadi gue sempet ngumpul nemuin anak-anak, mereka ngasih tau kalo Kak Yuta sakit. Pas main basket kemarin sore, dia jatuh. Anklenya kena. Terus pagi ini katanya demam juga." Jelas Kalya.

Aku diam. Padahal di dalam aku udah panik luar biasa. Pengen langsung nemuin Kak Yuta tapi aku nggak bisa.

"Masih berantem?" Kalya menyikut lenganku, membuyarkan lamunan.

"Masih." Aku menjawab apa adanya.

"Masalahnya apa sih, Sha? Please. Ini udah hampir tiga minggu kayanya kan lo berantem sama dia? Gila. Selesein napa? Maaf-maafan? Ngalah sama ego." Nasehat Kalya yang sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang apa yang terjadi.

"Iya, Kal. Iya." Aku udah capek mendengar omelan Kalya ataupun Griz yang sebenernya nggak tahu apa-apa.

"Gue mau nemuin Kak Aksa dulu." Ucapku yang kemudian meninggalkan Kalya di depan kelas.

Aku segera menelfon Kak Aksa dan menanyakan keberadaannya. Ternyata dia sedang ada di sekre himpunan. Aku berbalik arah dan langsung berjalan menuju sekre dengan setengah berlari.

"Kak!" Aku melambaikan tangan pada Kak Aksa yang sedang duduk di depan sekre bersama beberapa teman himpunannya.

"Oy." Kak Aksa beranjak kemudian menghampiriku.

"Kak Yuta sakit?!" Ucapku panik.

"Iya, santai Sha, santai." Kak Aksa mencoba membuatku tenang.

"Aku pengen nemuin Kak Yuta." Aku masih panik.

"Jangan dulu, yang ada dia makin-makin kalau liat lo." Jawab Kak Aksa.

"Kenapa?"

"Dia kemarin main pake emosi, dia ngediemin gue juga."

"Lah kenapa?" Aku mengerutkan kening bingung.

"Cemburu. Selama kalian diem-dieman kan lo jadi lebih sering jalan sama gue, berangkat latihan juga sama gue. Jadi kemarin pas kita main, dia emosi banget lawan gue. Terus jatuh lah. Kata Wingga pagi ini dia demam juga."

Aku menghela nafas panjang. Makin rumit aja sih ini masalah.

"Kakak nggak bilang soal masalah ini ke dia kan?" Tanyaku khawatir.

"Nggak. Belum." Kak Aksa menggeleng.

Kali ini aku menghela nafas lega.

"Lo harus ngomong ke dia, Sha." Kak Aksa mulai serius.

"Iya aku pasti ngomong. Tapi nggak sekarang, Kak. Mau UAS juga. Mana dia lagi sakit."

"Yaudah."

"Aku hubungin Kak Wingga aja kalau gitu." Ucapku.

"Iya, nggak usah sedih-sedih. Fokus UAS dulu." Kak Aksa menasehati.

"Iya, kak. Yaudah makasih ya."

--

Aku tiba di kosan dan melihat Caca yang baru saja memasuki dapur. Aku berjalan cepat menghampirinya.

"Ca..."

"Anj! Kanget gue!" Caca terlihat terlonjak melihatku tiba-tiba masuk dapur.

"Sorry." Aku tersenyum kaku.

Loving Nakamoto Yuta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang