Cahaya matahari mulai terlihat menembus kamar melalui celah-celah gorden.
Ceklek
Suara pintu yang dibuka oleh seorang laki-laki ternyata tidak membangunkan gadis yang sedang tertidur, Ya! gadis yang semalam tiba-tiba pingsan tanpa sebab dan tanpa alasan yang jelas. Gadis itu tak sadar bahwa saat ini seseorang sedang menatapnya dengan penuh ke khawatiran. Laki-laki itu membuka gorden bermotif bunga-bunga berwarna putih, membuat cahaya matahari masuk melalui jendela dan menerangi seisi kamar. Mata gadis itu sedikit demi sedikit mulai terbuka, ia merasakan sesuatu yang begitu terang menembus matanya. Chelsea mengerjapkan matanya berkali-kali berusaha memfokuskan penglihatannya yang terasa agak buram, ia melihat seorang laki-laki sedang berdiri di depan jendela kamarnya dan menatap ke arahnya. Dan sepertinya laki-laki itu menyadari bahwa Chelsea sudah sadar, laki-laki itu segera menghampiri Chelsea.
"Kamu baik-baik aja?"
ucap Agustin dengan nada cemas."Kamu pingsan semalam, ingat? Apa yang kamu bicarakan dengan Radit? Apa dia menyakitimu? atau dia menggodamu?".
Chelsea berusaha mengingat apa yang terjadi pada dirinya, namun ia tak begitu mengingatnya. Chelsea hanya ingat ketika ia sedang didapur dan kemudian Radit datang.
"Ah aku pingsan?" ucap Chelsea tak percaya, matanya terbelalak kaget ketika menyadari bahwa dirinya pingsan semalam.
Melihat wajah polos Chelsea seperti itu membuat Agustin menggelengkan kepala lalu tersenyum.
"Kamu gak pingsan, kamu tiba-tiba tertidur di dapur, apa enggak ada tempat lain selain didapur? Kamu kelelahan Chelsea. Baru datang kemarin dan tidur larut malam, tubuhmu butuh istirahat".
Agustin mulai menceramahi Chelsea ternyata dia sudah dewasa ucap gadis itu dalam hati. Senyuman khas Chelsea terlihat jelas diwajahnya yang polos, ia hanya tersenyum melihat Agustin seperti itu
tanpa mengeluarkan sepatah katapun.Jangan pernah membuatku khawatir lagi Chelsea Gumam Agustin dalam hati.
Beberapa detik kemudian Chelsea teringat sesuatu.
"Apa kamu yang bawa aku kesini? Iya? Kenapa kamu selalu perhatian padaku? Aku merasa gak enak kalo kamu terus menerus kayak gini".
Sulit rasanya Agustin menjawab pertanyaan Chelsea, ia bingung apa yang harus ia katakan. Tetapi melihat Chelsea sudah membuka mata dan tersenyum membuat hatinya mulai tenang kembali.
Tak perlu membalas apapun padaku, cukup tetap berada disisiku itu akan membuatku lebih baik. Gumam Agustin.
"Hei! Melamun?" Sentuhan tangan Chelsea yang tiba-tiba menepuk pelan tangan Agustin membuyarkan lamunannya.
"Aku akan membuatkanmu bubur".
Agustin hendak beranjak meninggalkan kamar itu, tiba-tiba ada hal yang membuat langkahan kakinya berhenti. Agustin bisa merasakan kehangatan tangan Chelsea yang saat ini memegang tangannya. Bahkan sekarang Agustin bisa merasakan jantungnya tiba-tiba berdegup lebih kencang dari biasanya.
"Tetaplah disini".
Kata-kata itu terdengar begitu jelas ditelinga Agustin.
***
Alarm di nakas berbunyi begitu nyaring sampai membuat telinga Siska terasa bergetar, jam menunjukan pukul 8.00 pagi. Ia merentangkan kedua tangannya, merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sedikit pegal mungkin karena semalam dirinya terlalu larut dalam pesta ulang tahun Kokom teman semasa SMAnya. Pandangannya kini beralih pada Chelsea yang terlihat masih tertidur disampingnya. Melihat kondisi gadis itu membuat Siska merasa simpati padanya.
Entah mengapa hari ini Siska malas mandi, ia melangkahkan kakinya ke toilet dan segera membasuh wajahnya. Pantulan dirinya di cermin begitu jelas memperlihatkan mata pandanya, Kurang tidur! Handuk berwarna putih yang sebelumnya ia bawa tentunya digunakan untuk mengeringkan wajahnya. Jeans hitam dan jaket berwarna putih kini sudah melekat ditubuhnya dan tak lupa sepatu sport berwarna putih. Melihat handphonenya yang tergeletak di atas nakas ia segera mengambilnya lalu bergegas keluar kamar dan menuruni anak tangga. Samar-samar ia bisa mendengar pembicaraan antara dua orang laki-laki di ruang tamu.
"Gue bener-bener nyesel baru datang sekarang, kenapa lo gak kabarin gue?" ucap Agustin geram.
"Sorry Sorry bro, lo kan ada acara sama bokap lo, lagi pula Chelsea cuma kelelahan" Radit menyimpulkan dan mencoba menenangkan Agustin.
"Apa lo bilang?" Rupanya Agutin tak bisa menerima jawaban Radit.
"Santai bro, semalam dia langsung di bawa sama si Rio. Gue panik pas lihat Chelsea pingsan, jadi gue langsung hubungi dokter dan kata dokter dia cuma kelelahan" Radit berusaha menyakinkan Agustin bahwa tidak ada masalah serius yang harus ia khawatirkan. Chelsea akan baik-baik saja.
"Rio?"
"Semalam gue lihat Chelsea didapur, kita duduk sebentar dan gue cerita kenapa kita bisa satu rumah, tapi dia tiba-tiba pingsan, pas gue berusaha sadarin dia eh Rio datang dan langsung bawa Chelsea" Radit mencoba menjelaskan kronologi kejadian semalam, memutar kembali memori dalam otaknya.
"Kalian pada bahas apa sih? Serius amat kayaknya" Siska mencoba membuyarkan suasana yang tiba-tiba berubah menjadi tegang dan serius.
"Gue mau lihat keadaan Chelsea" ucap Agustin yang tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan Radit dan Siska.
Apa gue baru aja diabaikan Agustin?
Kenapa perasaan gue jadi berubah gini. Gumam Siska"Mau kemana lo?" Ke kepoan Radit mulai kambuh.
"Beli roti" Siska menjawabnya datar tanpa menoleh lagi ia menuju keluar rumah.
Kebetulan breadshop yang akan dikunjungi Siska tak jauh dari rumah, hanya berjarak kurang lebih 500 meter. Cuaca hari ini benar-benar cerah, Siska bisa merasakan hangatnya cahaya matahari yang menembus kulit punggung tangannya yang tak tertutupi jaket, suara kicauan burung dan udara yang sejuk membuatnya nyaman berjalan kaki. Semerbak aroma roti yang baru saja keluar oven merasuki hidungnya, bahkan dari luar pintu masuk saja aromanya sudah tercium.
Sepertinya gue akan beli roti coklat, dan mungkin beberapa roti dengan rasa vanila juga.
Siska tidak tahu rasa roti favorit Chelsea itu apa. Coklat kah ? Vanilla? Keju? Strowberry? atau yang lain? Ia membeli roti dengan isian Coklat karena pada umumnya kebanyakan orang menyukai rasa coklat. Bukankah begitu? Jadi kemungkinan Chelsea juga akan menyukainya. Merasa yang dibelinya sudah cukup, Siska menghampiri kasir lalu membayarnya.
Plastik putih berukuran tak terlalu besar kini sedang ia teng-teng menuju rumah.
Setelah beberapa menit
Akhirnya...
"Agustin? Radit? Rio??? Kemana mereka, ko rumah sepi amat" Pandangannya mengedar ke sekeliling ruangan rumah yang tampak kosong seperti tak berpenghuni. Siska mulai menaiki tangga kembali. Semoga Chelsea sudah bangun. Langkahan kakinya tiba-tiba terhenti saat mendengar suara seorang Laki-laki berada di dalam kamar.
"Aku akan membuatkanmu bubur"
Siska melepaskan kembali knop pintu yang sebelumnya sudah ia pegang Ya benar! sepertinya ada seseorang didalam dan sepertinya gue kenal suara itu. Dengan penuh rasa penasaran untuk memastikan instingnya benar atau salah ia nekat mengintip dari jendela disamping pintu kamar.
"Tetaplah disini".
Agustin? Chelsea?
Dugaan gue benar itu memang Agustin.
Kenapa hati gue tiba-tiba sesak seperti ini saat melihat mereka. Gumam Siska..
.~Tobecontinue~
KAMU SEDANG MEMBACA
CHELSEA [Completed]✔
Подростковая литератураKatanya sejauh apapun dan diujung dunia manapun mereka berada jika keduanya ditakdirkan bersama maka mereka akan bersama. Seperti itukah? Lalu bagaimana dengan takdir seorang gadis bernama Chelsea yang benar-benar sudah kehilangan segalanya, keluarg...