Pagi ini seorang gadis cantik menggunakan baju berwarna merah dengan paduan celana kulot berwarna vanila tak lupa dengan handbag yang sedang di teng-tengnya berwarna senada dengan celana kulotnya membuat penampilannya terlihat stylish, gadis itu saat ini sedang menuruni anak tangga. Ia melihat arlojinya menunjukan pukul 8.20 pagi hari.
Handphone nya yang sedang ia pegang tiba-tiba berbunyi, bertanda notifikasi panggilan masuk, ia menekan tombol berwarna hijau di pojok kiri bawah.
Gue kesana sekarang!
Sambungan telpon pun terputus, dengan terburu-buru Siska mempercepat langkahan kakinya. Tepat saat sampai di ruang tv, ia melihat seorang gadis sedang tidur disana, di sebuah sofa panjang tempat yang biasanya mereka duduki saat menonton, gadis itu tertidur tanpa selimut dan tanpa bantal. Siska menghampiri Chelsea yang saat ini sedang tidur di sofa, tapi tiba-tiba saja kejadian semalam begitu kuat terpatri di dalam pikirannya. Ia mengurungkan niatnya dan segera pergi keluar tanpa menoleh lagi.
***
Laki-laki dengan pakaian rapih dan bersih itu sedang bersiap-siap akan berangkat, ia mengambil arlojinya dan menempelkan pada tangan kanannya. Tak lupa pula ia membawa tas kecil. Langkahan kakinya ia percepat karena pagi ini sudah menunjukan pukul 8.30, ia harus datang jam 9 tepat. Ketika ia keluar dari kamarnya, matanya menangkap sosok seseorang yang sedang tertidur di sofa, entah apa yang membuatnya berjalan ke arah gadis yang sedang tertidur itu, kakinya melangkah dengan ringan menghampiri seseorang yang kini terlihat sedang tertidur pulas.
Kenapa lo tidur disini?
gumamnya pelanKenapa semalam lo pergi kelayaban?
Apa yang lo lakuin sama Agustin?
Kapan lo sadar?
Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di dalam pikiran laki-laki itu. Sesaat ia melihat kedamaian ketika menatap wajah gadis yang kini sedang tertidur di sofa. Namun ia segera membuang jauh-jauh apa yang ada didalam pikirannya.
Lo kayak gini supaya gue kasihan kan sama lo? jangan harap
Laki-laki itu segera pergi meninggalkan Chelsea dan menutup pintu.
***
Jam menunjukan tepat pukul 9 pagi, Agustin keluar dari kamarnya menuju kamar mandi. Suara gemercik air mulai terdengar dari luar, Bahkan Radit yang sekarang baru keluar dari kamarnya pun sudah bisa menduga bahwa ada seseorang di kamar mandi. Dan tentu saja orang yang mandi di jam jam seperti ini hanyalah Agustin. Dengan langkahan gontai Radit menuju ruang makan, ia mengambil kotak sereal dari lemari dan susu dari dalam kulkas lalu menuangkan sereal yang baru saja ia buka pada sebuah mangkuk berukuran sedang, dan menambahkan susu pada mangkuk tersebut. Ia mengambil sendok dan membawa minuman rasa Mangga dari kulkas "Siap di santap" Radit berlalu menginggalkan dapur dan segera berjalan ke arah ruang tv. Ia melihat seseorang yang sedang tidur di sofa tetapi ia abaikan, sereal dan minuman tersebut ia simpan di atas meja dan mengambil remote.
Beberapa detik kemudian, rasa kaget yang di rasakan Radit bukan main, ia menoleh kembali ke arah sofa, ia menyakinkan dirinya bahwa itu hanya halusinasinya saja bahkan saat ini ia sedang mengucek-ngucek matanya, memastikan bahwa penglihatannya tidak bermasalah.
"Chelsea?"
Ia langsung menghampiri Chelsea.
Radit mengguncang-guncangkan bahu Chelsea perlahan karena sedaritadi Chelsea tak bergerak. Dengan penuh kepanikan ia segera berlari dan memanggil Agustin. Karena sebelumnya Radit mendengar Agustin di kamar mandi ia langsung berlari ke kamar mandi dan mengetuk pintu kamar mandi dengan keras.
"Agustin! Agustin!" suaranya yang sedikit cempreng dengan volume nada yang tinggi membuat Agustin yang sedang berada di kamar bisa mendengarnya.
"Gue disini".
Teriak Agustin dari dalam kamarnya "Gue di kamar" teriaknya lagi.
"Cepetan sini, cepetan!"
Tanpa ba bi bu Agustin langsung meluncur "Apaan sih lo".
"Lo belum pake baju bro..."
"Ya makanya, lo malah teriak-teriak kayak apa aja, Ada apa sih?"
"Liat tuh" Tunjuk Radit pada sebuah sofa.
"Apa?"
Radit menarik tangan Agustin ke depan sofa tersebut.
"Jelas sekarang? Lo gimana sih? Katanya khawatir sama dia, tapi dia tidur di sofa lo gak tahu"
Terkejut, dan tak mengerti. Itulah hal pertama yang Agustin tangkap dalam pikirannya. Agustin menatap Chelsea dengan tatapan sayu Kenapa kamu bisa tidur disini? gumamnya dalam hati.
"Dasar laki-laki" lagi-lagi Radit mulai memancing perdebatan, namun celotehannya kali ini tak bisa Agustin terima.
"Eh! Lo juga laki-laki, gak sadar diri lo"
Agustin langsung mendekati Chelsea dan memegang tangannya.
"Modus lo" celetuk Radit
"Bisa diem gak? Lo itu ngeselin banget".
"Bisa gak sih lo berterimakasih ke gue, bukan marah-marah kayak gini" Radit melayangkan sindiran keras pada Agustin.
"Iya iya terimakasih RADITT..."
"Nah gitu dong"
"Tolong bawain air hangat, cepetan!"
Dengan kesal Radit pun pergi ke dapur menyalakan api untuk memasak air. Selama menunggu airnya mendidih Radit kembali lagi menemui Agustin.
"Mana?"
"Lagi di masak"
"Air biasa aja, air dingin, cepetan"
"Hadeh lo itu bener-bener!"
"Cepetan lari"
"Emang gue babu lo apa?!" Dengan kesal Radit berlari dan segera mengambil gelas serta menuangkan air dingin.
"Nih" ia memberikan gelas berisi air itu pada Agustin.
Radit melongo melihat Agustin saat ini sedang meminum air yang ia bawa, Agustin meneguk air itu sampai habis.
"Gak lucu Bro..."
"Dit...Tolong bawa air hangat yang tadi kamu masak, kayaknya sekarang udah matang. Cepetan, kasih air dingin lebih banyak supaya gak terlalu panas".
Mata Radit mulai menyipit alisnya mulai mengerut, ia tak menjawab dan segera mengambil air yang sedang ia masak tadi. Ia menuangkan air panasnya lebih sedikit dan menuangkan lebih banyak air dingin. Radit segera kembali tanpa sepatah kata pun, ia memberikan gelas yang berisi air hangat itu pada Agustin.
"Chelsea!" ucap Agustin sambil memegang tangan Chelsea.
"Coba kasih nafas buatan".
Mata Agustin melotot, ia pun berdiri dan mendekati Radit.
"Kasih nafas buatan ya?" tanyanya meyakinkan.
"Hmm"
Plakkkkk!
Satu tamparan keras mendarat dengan mulus tepat di kepala Radit. Antara meringis dan tertawa itulah yang sedang Radit rasakan, Ia meringis kesakitan sekaligus tertawa.
"Gue cuma ngetes lo aja bro".
Suara tawa Radit tiba-tiba berhenti ketika mendengar Chelsea bergerak. Agustin dan Radit segera menghampirinya. Agustin mengambil gelas yang berada di meja, ia segera memasukan air itu pada mulut Chelsea yang sedikit terbuka menggunakan sendok. Mata Chelsea tiba-tiba mengerjap, gadis itu bisa merasakan ada cairan yang masuk kedalam mulutnya. Ia membuka matanya perlahan, alhasil air yang masih tertahan di dalam mulut itu menyembur keluar, karena saking kagetnya Chelsea melihat dua orang laki-laki sedang menatapnya, terlebih lagi ia kaget melihat seorang laki-laki bertelanjang dada.
"Huwaaaaa" Ia berteriak sekeras mungkin dan segera berdiri lalu memukul kedua laki-laki itu.
.
.~Tobecontinue~
KAMU SEDANG MEMBACA
CHELSEA [Completed]✔
Teen FictionKatanya sejauh apapun dan diujung dunia manapun mereka berada jika keduanya ditakdirkan bersama maka mereka akan bersama. Seperti itukah? Lalu bagaimana dengan takdir seorang gadis bernama Chelsea yang benar-benar sudah kehilangan segalanya, keluarg...