P A R T - 30

60 3 1
                                    

Keduanya masih tampak berjalan bersama, tangan yang saling menggenggam erat seolah-olah tak ingin terlepas dan langkahan kaki yang seirama Ah! mereka benar-benar pasangan yang serasi.

"Chelsea" Rio memanggil nama gadis itu dengan suara yang begitu lembut dan penuh perasaan.

"Ya?" Chelsea yang berada di sampingnya melirik ke arah laki-laki itu.

"Aku ingin kita selalu seperti ini, sampai kamu sadar dengan sendirinya siapa aku dan sejak kapan aku menyukaimu"

"Maksudnya?"

"Kamu akan tahu sendiri, dan setelah kamu tahu apa maksudku, segera beritahu aku" ucap Rio yang saat ini tengah melihat setiap inci wajah Chelsea, wajahnya terlihat begitu cantik malam ini begitulah yang Rio rasakan saat melihat Chelsea.

Chelsea tak mengerti ke arah mana topik pembicaraan yang Rio maksud. Jika ia bertanya lebih dalam tentang hal itu ia tak ingin malam ini berakhir dengan ketidaknyamanan. Tanpa ba bi bu Chelsea menjawab "Oke" singkat dan ia lebih memilih mengakhiri pembicaraan.

Suasana kembali hening, Rio sedang memutar pikirannya ia mengingat saat pertama kali Chelsea datang kerumah Agustin dan di saat itu pula ia memperlakukan Chelsea kurang baik, dirinya tak menerima keadaan pada waktu itu. Bagaimanapun juga Chelsea bersikap seolah-olah tak mengenali Rio sama sekali bukan kah menyebalkan? Seharusnya Chelsea tahu betul siapa Rio.

Chelsea begitu dekat dengan Agustin, sampai-sampai Agustin memberikan tempat tinggal pada Chelsea. Rio memikirkan hal yang tidak-tidak saat itu.

"Maafkan aku" ucapan Rio membuat Chelsea menghentikan langkahan kakinya.

Gadis itu menatap lekat laki-laki di sampingnya yang entah kenapa tiba-tiba meminta maaf

"Selama di rumah Agustin. Aku selalu sensitif sama kamu" Jelas pengakuan Rio. Suaranya sedikit berat dan terdengar sebuah penyesalan disana.

Chelsea menarik nafas mencoba menghirup udara malam sebanyak-banyaknya.

"Kamu benci aku?" tanya Rio to the poin.

"Sedikit" terang Chelsea

"Sedikit? kamu benci aku sedikit?" tanya Rio polos antara merasa bersalah dan menyesal

Chelsea mengangguk santai sambil menyembunyikan senyumannya agar tak terlihat. Sementara Rio diam sejenak ia bertanya pada hatinya

Benarkah Chelsea membenciku? Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku meminta maaf? Ah barusan sudah ku lakukan. Sepertinya meminta maaf yang kedua kalinya tak masalah! Kurasa.

"Melamun?" tanya Chelsea polos

"Aku hanya merasa gak punya malu, dulu aku memakimu dan sekarang aku menyatakan perasaanku padamu. Maafkan aku".

Chelsea tersenyum saat mendengar penuturan Rio yang mengakui semua sikap buruknya. Ia merih tangan Rio dan menggenggamnya.

"Apa kamu akan terus bahas hal ini? aku cuma bercanda kok. Aku gak benci sama sekali" Chelsea tertawa melihat wajah Rio dengan ekspresi khawatir dan gelisah.

Beberapa detik kemudian Rio melemparakan senyuman pada Chelsea, ia menarik tubuh Chelsea agar lebih dekat lagi dengan dirinya. Ia memeluk Chelsea dengan penuh perasaan. Perasaan yang sampai kapanpun tak akan pernah berubah dan akan tetap milik Chelsea.

Aroma tubuh Rio yang khas selalu membuat gadis itu merasa nyaman, ia menyembunyikan wajahnya tepat di dada bidang Rio, menjadikan tempat itu tempat favoritnya dan tempat ketika ia mencari penopang hidup.

"Aku cinta kamu" bisik Rio. Tanpa sadar senyuman lebar terukir di wajah cantik Chelsea.

"Aku udah dengar itu" jawaban Chelsea benar-benar diluar dugaan Rio.

"Ko kamu gak jawab?" Rio mulai memancing-mancing dengan serentetan pertanyaan-pertanyaan itu.

"Kamu udah tahu jawaban aku" dengan santai Chelsea melepaskan pelukannya dan mulai berjalan cepat meninggalkan Rio.

"Aku mau dengar lagi" teriak Rio.

Chelsea tak menjawab, ia menundukan kepala untuk menutupi perasaan bahagia yang datang bertubi-tubi dan segera memfokuskan matanya pada jalan yang ia pijak saat ini, tak lucu bukan jika Chelsea terjatuh karena terlalu bahagia? Pasti akan sangat memalukan

Bagaimanapun juga Chelsea harus bisa menjaga imagenya saat ini.

Namun dibalik kebahagiaan itu, ternyata sepasang mata mengawasi mereka dengan tatapan manis namun mematikan.

***

"Jadi lo serius bakalan traktir gue?" Radit masih tak percaya atas tawaran yang diberikan Evelin.

"Gue serius".

"Biasanya kan cowok yang traktir cewek, ko ini kebalik".

"Itu cuma sebagai tanda terimakasih gue karena lo udah menolong gue".

"Hmm".

"Kalo nanti, lo mau ngajak gue jalan lagi ya itu baru lo yang traktir".

Radit tersenyum simpul ketika mendengar apa yang Evelin katakan.

Sepanjang perjalanan mereka tak henti-hentinya berbicara, segala hal mereka bahas terkadang sesekali tawa renyah terdengar dari kedua belah pihak.

Tak terasa kurang lebih setengah jam kini mereka sudah berada di tempat yang dituju.

Radit memarkirkan mobilnya lalu membukakan pintu untuk Evelin. "Terimakasih" Ucap Evelin begitu manis.

Mereka berjalan bersama dan terlihat memasuki restoran, restoran ini tak terlalu besar namun tak pernah sepi pengunjung.

Evelin dan Radit memilih tempat duduk di bagian outdoor, karena bagian indoor sudah penuh dan tidak ada tempat untuk mereka.

Mereka sengaja memilih tempat duduk tepat diujung agar bisa melihat view dengan jelas dan menakjubkan. Hamparan laut yang luas, suara laut yang menenangkan dan beribu cahaya dari sudut kota sebrang berkelap kelip mengelilinginya, benar-benar nuasa romantis.

Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang spesial bagi mereka berdua.

.
.

~Tobecontinue~

CHELSEA [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang