P A R T - 43

37 2 0
                                    

Selama empat jam gadis itu terbaring di atas ranjang rumah sakit, perban putih melekat rapih di kepalanya. Dan selama itu pula Rio tak pernah menginjakan kaki kemanapun.

Tangannya menggenggam erat tangan Chelsea yang begitu pucat dan lemah.

Ia tak ingin kehilangan gadis itu lagi, sudah cukup kesedihan masa lalu menimpa mereka. Rio tak ingin berpisah lagi dengan teman kecilnya.

"Bagaimana keadaannya?"

Suara parau wanita yang saat ini baru saja membuka pintu kamar tempat Chelsea di rawat membuat Rio menoleh.

"Belum ada perubahan bu"

Wanita yang ia panggil ibu itu menundukan kepalanya "Seharusnya kamu bawa dia kerumah agar ibu bisa menjaga dan mengawasinya".

"Ku pikir waktunya belum tepat bu"

"Lalu apa menurutmu dalam keadaan seperti ini adalah waktu yang tepat?"

Rio tak menyadari air matanya berhasil keluar dari pelupuk mata. Aku tak bisa menjagamu Chelsea

Pintu kamar rumah sakit kembali terbuka, Radit berdiri dengan lunglai disana. ia mendekati Chelsea yang masih terbaring.

Ibu Rio terlihat mengelus punggung laki-laki itu, Radit sudah mengenal orangtua Rio.

"Bagaimana keadaan Agustin?" bagaimanapun juga Rio khawatir pada laki-laki itu.

"Dia belum sadar" jawab Radit lemah.

Rio semakin menundukan kepalanya.

Kenapa kau begitu ceroboh Chelsea, aku sudah bilang tetaplah di sampingku.

"Rio!" nafasnya terengah-engah antara ketakutan dan kebingungan melihat keadaan sekeliling. Chelsea membuka mata dan tertatih berusaha untuk duduk. Air matanya keluar dengan deras tanpa sebab.

"Hei! Hei aku disini, tenang" Rio menggenggam tangan Chelsea begitu erat, sesekali ia mengusap kepala Chelsea dengan lembut.

Gadis itu berulang kali memanggil nama Rio, Chelsea menggerakan tangannya namun rasanya sakit sekali. Jarum infusan tertancap di punggung tangannya, ruangan di balut cat berwarna putih dan bau obat-obatan yang menyengat. Chelsea tak pernah menyukai situasi seperti ini.

"Tenang Chelsea aku disini"

Melihat Chelsea yang semakin ketakutan membuat Rio tak tega, "Chelsea, ini aku, lihat aku" tangan Rio menangkup wajah kekasihnya yang saat ini linglung.

Ia berusaha membuat Chelsea menatapnya, melihat ke arahnya dan melihat kehadiran dirinya di sisi Chelsea.

Tangisnya semakin pecah ketika gadis itu menatap lekat mata Rio.

"Orangtuaku sudah meninggal Rio" ucapnya terbata-bata, bibirnya gemetar mengucapkan kata-kata itu.

Aku ingat!

Rio mengelus punggung Chelsea dengan lembut dan perlahan. Ia mencoba menguatkan Chelsea. Disisi lain Rio bersyukur bahwa Chelsea sudah ingat, namun ia tak ingin melihat Chelsea seperti ini.

"Aku disini bersamamu"

"Sayang" suara wanita di balik punggung Rio membuat Chelsea membuka matanya.

"Tante?" 

Wanita itu memeluk erat anak kecil yang sering bertemu dengannya.

Dalam sekejap ruangan berubah menjadi haru dan pilu.

"Dokter ada apa dengan Chelsea?" tanya Rio saat melihat dokter memasuki ruangan dan menghampiri gadis itu.

"Ada hal yang perlu saya sampaikan, setelah di diagnosis ternyata Chelsea mengalami Retrograde, sepertinya ia pernah mengalami kecelakaan beberapa tahun silam yang menyebabkan cedera otak, sehingga membuatnya sulit untuk mengingat situasi sebelum terjadi kecelakaan"

"Dia memang pernah mengalami kecelakaan dok, tapi ketika Chelsea terbangun ia ingat kedua orangtuanya yang secara bersamaan ketika mengalami kecelakaan"

"Amnesia atau hilang ingatan dapat bersifat sementara atau jangka pendek dan permanen, sepertinya Chelsea mengalami Amnesia jangka pendek dimana ia bisa membentuk memori baru. Dan mengenai pernyataan bahwa Chelsea dapat mengingat kembali mungkin itu hanyalah kilasan atau mimpi semata. Saya sarankan Chelsea untuk melakukan terapi"

"Tapi dok, itu bukan mimpi. Saya bisa mengingatnya, dok"

Dokter menghampiri Chelsea dan mulai memeriksa kondisinya lalu mengajukan beberapa pertanyaan mengenai keluarga gadis itu.

"Ini diluar dugaan"

Chelsea bisa menjawabnya meskipun ia terlihat seperti berpikir keras. Namun Dokter tetap menyarankan Chelsea untuk melakukan terapi. 

***

"Bu kenapa kita kerumah sakit bu? Ada apa ini bu?"

Langkahan kaki ibunya terlihat tergesa-gesa mencari ruangan kamar pasien.

Dengan cepat wanita itu membuka salah satu pintu kamar dan melangkahkan kakinya perlahan menuju seseorang yang saat ini tengah terbaring di ranjang rumah sakit.

Merasa penasaran Evelin mendahului ibunya dan melihat siapa sebenarnya yang berbaring disana.

Ia tak bergeming, mengapa ibu datang jauh-jauh ke rumah sakit hanya untuk mengunjungi laki-laki ini? Laki-laki yang pernah bertemu dengan Evelin sebelumnya?

"Siapa dia bu?" pertanyaannya terasa menakutkan baginya, ia berharap apa yang dipikirkannya salah. Dan ia harap jawaban ibunya tak sesuai dengan apa yang dipikirkannya saat ini.

"Dia kakakmu Evelin" suara tangis wanita itu pecah saat mendekati laki-laki yang terbaring lemah itu, tangannya mengusap pelan pipi laki-laki itu.

Kakak? dia kakakku? Dia? Jadi selama ini aku membantu Siska melukai kakakku?

***

"Gadisku yang kuat, kenapa sekarang menangis?"

Ledek Radit mendekati Chelsea yang saat ini terlihat masih bersedih, Radit berusaha membuat Chelsea tegar kembali, hanya itu maksudnya.

Chelsea mengangkat kepalanya beralih melihat Radit, punggung tangannya segera menghapus air yang membasahi pipi.

Chelsea tersenyum singkat pada Radit. Tatapan Chelsea beralih pada Rio yang sedang menatap Radit dengan tajam.

Merasa seseorang sedang mengawasinya, Radit segera menoleh ke arah Rio.

"Wow! Wow! Gue bercanda bro, santai" ucap Radit sambil merentangkan tangan bermaksud untuk memeluk laki-laki itu, mengajaknya berdamai.

Melihat ekspresi kedua laki-laki itu ternyata berhasil membuat Chelsea terkekeh.

"Akhirnya kita berhasil, Radit memeluk Rio dengan gemas dan erat" lalu dengan cepat melepaskan pelukannya.

Kini Chelsea dan ibu Sarah saling menatap lalu tertawa bersama.

"Baiklah, aku akan keluar sebentar" ucap Radit dan langsung membuka pintu, lalu menghilang dengan cepat.

Entah berapa lama Radit meninggalkan Agustin dari kamarnya, dengan cepat ia berlari menuju kamar rawat Agustin.

Bukan Agustin yang pertama kali ia lihat, melainkan kedua wanita yang saat ini sedang berada begitu dekat di samping Agustin.

Tubuh Radit tertahan untuk mendengarkan lebih jelas pembicaraan mereka.

.
.

~Tobecontinue~

CHELSEA [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang