P A R T - 49

28 2 0
                                    

Mengapa semua seperti ini?

Sudah beberapa kali bibi dan tante mengetuk pintu namun tak kunjung terbuka, bukan karena Chelsea tak mendengarnya, Chelsea jelas mendengarnya, hanya saja saat ini ia tak ingin menerima siapapun.

Jadi selama ini Ayah Radit? Dan selama ini Radit dan Siska adalah saudara? Ayahnya membuat kedua orang tuaku meninggal dan anaknya mencoba membunuhku? Ini konyol.

Chelsea menangis pilu, ia butuh waktu sendiri melepaskan seluruh beban pikirannya.

"Sayang"

Samar-samar suara lembut nan menyejukan berhasil menembus telinga Chelsea, suara yang sekian lama sangat ingin ia dengar, dengan cepat Chelsea bergegas membuka pintu.

"Aku merindukan kalian"

"Kami juga sangat merindukanmu nak"

Chelsea memeluk kedua orang yang berada di hadapannya, Chelsea tak ingin melepaskan mereka, sungguh.

"Aku bukan wanita kuat seperti yang ibu kira. Aku lemah bu. Aku lelah Ayah... sangat lelah"

"Chelsea dengarkan ibu... Kau anak ibu yang sangat kuat, ibu dan ayah bangga padamu sayang"

"Tidak bu. Aku tidak seperti itu" 

Wanita itu mengelus lembut pipi anaknya yang sudah dibasahi air mata.

"Aku tau siapa yang menabrak kita. Aku tau... dan aku tak bisa memaafkannya"

"Sayang... Apa kau percaya takdir? Dia tak pernah berencana mencelakai kita. Dengarkan ayah... Jangan sampai ego mu mengalahkan gadis kuat yang ayah kenal"

Dengan nafas terengah engah Chelsea membuka matanya, mencari ibu dan ayahnya di ruang kamarnya.

Ibu Ayah...

Ia mengusap wajahnya perlahan, samar-samar Chelsea mendengar seseorang memanggilnya dari luar kamar.

Ia melangkah membuka pintu "Kau baik-baik saja?"

Ini hanya mimpi

Chelsea mengangguk pelan. Rio memegang kedua bahu Chelsea,  membungkuk mensejajarkan dirinya agar dapat melihat Chelsea dan memastikan semuanya baik-baik saja, namun ternyata tidak. Chelsea panik dan begitu kacau dengan mata sembab, rambut acak-acakan dan wajah yang begitu pucat.

***

Setelah meninggalkan rumah yang ditempati Chelsea, kedua laki-laki itu berjalan dengan lunglai memasuki apartemen, belum sempat mereka meminta maaf dan berbicara panjang lebar berusaha menyelesaikan permasalahan ternyata gadis itu tak menerima mereka.  

Radit menoleh ketika mendengar seseorang memanggil namanya.

Masalah dengan Chelsea belum selesai, dan kini Radit melihat Evelin datang bersama ayahnya.

Evelin berlari dengan cepat menghampiri Radit yang masih berdiri dengan jarak tak terlalu jauh darinya. Gadis itu menatap lekat bola mata Radit, ia tak ingin kehilangan laki-laki yang sedang ia tatap saat ini, sungguh.

"Aku mohon jangan pergi" ucap Evelin gemetar.

"Aku disini" Radit melangkah mendekati Evelin lalu menepuk pelan punggung gadis itu.

Sementara ayah Evelin menatap Radit dengan tatapan yang sulit di deskripsikan.

Tatapan itu membuat Radit melangkah mundur perlahan "Sepertinya aku lebih baik ke dal..." kalimat itu terpotong sebelum Radit menyelesaikannya.

CHELSEA [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang