P A R T - 12

54 5 0
                                    

"Sorry baru datang"
Siska menarik sebuah kursi dan duduk di depan seorang gadis berambut pirang yang sedaritadi sudah menunggunya.

"Gak apa-apa ko" gadis itu menyodorkan segelas minuman yang sudah ia pesan sebelumnya.

"Mangga?"

"Kesukaan lo" jelas perempuan itu pada Siska.

"Hmm"

"Jadi lo mau ngomong apa?".

"Sebenernya gue butuh bantuan lo".

"Bantuan apa?".

Siska mulai menceritakan permasalahannya dengan Chelsea pada gadis berambut pirang itu, ia menceritakan semuanya dengan detail.

Selama ia menceritakan apa yang terjadi, tangannya mengepal begitu keras bahkan urat di tangannya yang putih pun dapat terlihat dengan jelas.

"Mending lo tenangin diri lo dulu" saran gadis itu ketika melihat Siska terus menerus mengepalkan tanganya.

"Menurut gue dia udah terbuka sama lo. Dia mengakui gak punya perasaan apapun ke cowok yang lo suka itu. Lo tahu itu kan?" lanjut perempuan itu.

"Awalnya gue percaya sama dia, Bahkan gue sempat simpati sama dia. Tapi semenjak kejadian kemarin. Perasaan iba gue tiba-tiba hilang gitu aja, Bahkan sekarang gue muak lihat wajahnya".

Gadis itu hanya terdiam mendengar perkataan Siska. Siska memang orang yang keras kepala dan nekat. Apapun bisa ia lakukan sesuka hatinya.

Satu hal yang tak bisa ia dapatkan hanyalah laki-laki yang ia cintai. Bertahun-tahun ia berusaha melupakan laki-laki yang menjadi cinta pertamanya tetapi hasilnya nihil, semakin mencintainya itulah yang ia rasakan. Pertemanan. Hanya itu satu-satunya cara dan kesempatan agar Siska tetap berada disamping laki-laki itu.

Dan rencananya pun berhasil kini sekarang ia tinggal satu rumah dengannya, dengan laki-laki cinta pertamanya.

Sayangnya ia belum merasa puas sebelum bisa mendapatkan laki-laki itu sepenuhnya. Ia akan menghalalkan segala cara, agar rencana dan apa yang ia inginkan bisa terwujud.

"Gue masih berbaik hati, satu kesempatan lagi. Jika masih terulang. Lihat aja apa yang akan gue lakuin".

***

Kini kesadarannya sudah kembali stabil, otaknya sudah mengerti apa yang terjadi. Chelsea menutup rapat mulutnya dengan tangannya, ia baru menyadari bahwa yang ia pukul adalah Agustin dan Radit.

"Ko bisa begini? Kenapa kalian disini?"

Chelsea meminta penjelasan pada kedua laki-laki yang mana Agustin sedang kesakitan memegang pipi dan bahunya sedangkan Radit memegang tangannya.

"Harusnya kita yang tanyain itu, kenapa kamu tidur disini?" kata Radit sambil meringis memegang tangannya.

"Ah! Itu... aku ketiduran disini" Chelsea mencari alasan yang masuk akal, bagaimanapun juga ia tak mungkin memberitahu mereka berdua tentang permasalahannya dengan Siska.

Mereka berdua menatap Chelsea seperti mengintrogasi.

"Aku ke kamar dulu"

Chelsea harus segera meninggalkan mereka supaya mereka tak curiga padanya. Ia berjalan cepat meninggalkan ruangan itu dan menuju ke kamarnya.

Setibanya di kamar ia teringat kembali kejadian tadi, kejadian ketika dirinya memukul Agustin dan Radit

Apa yang sudah ku lakukan ucapnya pelan

CHELSEA [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang