P A R T - 3

81 11 0
                                    


"Lo ngapain berdiri di depan pintu kayak gitu? Gak ada kerjaan" suara Radit benar-benar membuat Siska terkejut.

"Apaan sih lo, gue abis beli roti buat Chelsea".

"Ya lo kasihin langsung, gak usah berdiri terus didepan pintu, kayak apa aja atau jangan-jangan lo lagi nguping?" ucap Radit ketus.

Radit segera membuka pintu kamar

"Gue kira lo udah keluar" ucap Radit pada Agustin yang ternyata masih ada di dalam kamar bersama Chelsea.

"Bagaimana sekarang?" Radit langsung menghampiri Chelsea dan melihat kondisinya dengan detail memastikan tidak ada sesuatu yang serius terjadi pada gadis itu.

"Aku rasa sudah membaik dit" jawabnya di akhiri dengan senyum simpul.

Pandangan Chelsea tiba-tiba tertuju pada sosok yang sedang berdiri didepan pintu.

"Siska? Kau sedang apa disana?" Chelsea terheran heran melihat Siska berdiri mematung di ambang pintu.

"Dia daritadi disana" Radit memang orang yang blak-blakan.

"Eh! Apaan sih lo, gue baru aja datang abis beli roti". Siska menghampiri Chelsea dan segera memberikan roti yang tadi ia beli.

"Ah aku enggak enak kalau seperti ini, aku sudah merepotkan kalian semua, aku minta maaf. Dan seharusnya kamu tak perlu repot-repot seperti ini Sis".

Chelsea benar-benar merasa tak enak hati, baru kemarin dia datang kerumah Agustin dan sekarang Chelsea sudah merepotkan semua orang yang berada dirumah ini.

"Ya elah santai aja Chelsea, kita ini seperti layaknya sodara tahu gak?" perkataan Radit membuat seisi ruangan terdiam dan hening.

Agustin yang sedaritadi memperhatikan tingkah Radit kini terlihat mengangkat kedua alisnya.

"Chelsea kau tahu? Semalam kau benar-benar membuatku panik, untung saja ada si..."

Perkataan Radit terpotong karena tiba-tiba mendengar suara hantaman keras dari luar pintu kamar.

"Bisa gak sih lo gak usah manja!".

Rupanya orang yang mendobrak pintu itu adalah Rio, entah apa yang membuatnya tiba-tiba mendobrak pintu dengan keras dan berbicara kasar seperti itu pada Chelsea. Apa dia tidak bisa membuka pintu dengan cara yang halus?.

Belum sempat Chelsea menjawab.

"Apa ini tujuan lo datang kesini? Cari perhatian?".

Chelsea tak percaya dengan apa yang dikatakan Rio padanya.

Sebenci itukah dirimu padaku
gumam Chelsea dalam hati.

Chelsea menundukan kepalanya, ia lebih memilih melihat selimut yang sedang ia pegang dengan tangannya, ia hanya bingung harus menjawab apa, ia takut kata-kata yang dikeluarkannya akan memperumit keadaan.

"Maksud lo apa? Berani-beraninya lo bicara kayak gitu" Agustin tak terima dengan semua ucapan dan tingkah laku yang Rio lakukan pada Chelsea.

"Bukan urusan lo" jawabnya ketus.

Rio pun meninggalkan mereka. Sementara Chelsea masih termenung dan berpikir

Apa aku pernah berbuat salah padanya? Aku rasa tidak. Tapi kenapa dia begitu sensitif terhadapku, bahkan ketika aku datang pun hanya dia yang tidak menerimaku.

Apa yang harus kulakukan?

Aku benar-benar malas jika harus bertengkar dengan seseorang, apalagi dengannya.

CHELSEA [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang