P A R T - 15

52 4 0
                                    

Seperti biasa pagi ini Chelsea membuatkan mereka sarapan, ketika ia tinggal bersama bibi dan pamannya setiap hari bibinya lah yang selalu menyiapkan sarapan untuknya, setiap hari mereka selalu makan bersama. Dan hal ini ia lakukan pula disini agar bisa mengobti rasa rindunya pada bibi dan pamannya.

Ruang makan pun terasa hidup kembali. Apalagi ketika mendengar suara tawa Radit. Radit memang benar-benar tipe orang yang humoris.

Rio? Dia pun ikut makan bersama, kejadian kemarin sudah tak digubris lagi oleh Radit karena memang pada dasarnya Rio tipe orang yang dingin, sedingin es di kutub utara. Tatapan tajam, cuek, tak peduli. Begitulah dia.

Siska? Sejak kejadian kemarin di kolam renang, ia bisa tersenyum kembali. Dan tampak sangat terlihat perubahan itu!

Hanya ada satu hal yang berbeda, dan hal ini bisa dirasakan oleh Chelsea. Ketika makan ia melihat Agustin tak menyentuh makanannya sedikitpun.

"Ko gak di makan?" Siska yang berada di samping Agustin mulai berusaha memberikan perhatian pada laki-laki itu.

"Chelsea, kita harus bicara!"

Tegas Agustin yang tiba-tiba berkata demikian, tatapan mata Agustin tertuju pada gadis di depannya. Sontak saja Radit dan Rio pun menoleh bersamaan kepada Agustin. Bahkan Siska yang berada di sampingnya pun langsung menatap Agustin dengan tatapan tak percaya. Sementara Chelsea yang terlihat duduk manis di sebrangnya tak melemparkan sedikit pun pandangan ke arah Agustin. Ia tetap melanjutkan sarapannya.

"Chelsea!"

Kini suara Agustin terdengar sedikit lebih tinggi dari sebelumnya. Tak butuh waktu lama Agustin tak bisa seperti ini, ia beranjak dari tempat duduknya dan mendekati Chelsea lalu meraih tangannya.

"Lepasin!"

Dengan santai Chelsea berusaha melepaskan tangannya. Namun Agustin semakin kuat memegang tangan Chelsea.

Entah apa yang ada di benak Rio ketika melihat Agustin memperlakukan Chelsea seperti itu, seketika ia langsung menghampiri mereka dan melepaskan tangan Agustin yang sedang mencengkram kuat tangan Chelsea.

Merasa tangannya sudah terlepas, Chelsea berlari menuju ke kamarnya, hati nya benar-benar merasa bersalah pada semua yang tinggal disini terutama pada Agustin.

***

Chelsea bergegas keluar dari Rumah yang ia tempati, saat ini ia benar-benar membutuhkan pekerjaan. Ia sudah memutuskan apa yang akan ia lakukan setelah mendapatkan pekerjaan.

Setelah berjalan cukup jauh dan bertemu beberapa pemilik toko ia masih belum juga menemukan yang ia cari. Terik matahari terasa semakin panas membuat Chelsea merasa haus ia melihat sebuah cafe di sebrang jalan. Tetapi ia tak akan kesana. Ia memilih membeli minum di pinggir jalan. Sementara dari dalam sebuah cafe tersebut seseorang sedang melihat gerak-gerik Chelsea.

Seharian ini ia bertekad akan mencari pekerjaan ia tidak peduli jika harus pulang malam ataupun bahkan tak pulang tak akan jadi masalah. Ia merasa tak enak hati jika harus kembali lagi ke rumah. Bahkan Chelsea merasa tidak pantas menyebutkan kata-kata kembali kerumah. Rumah itu bukan miliknya.

Aku benar-benar tak tahu diri

Ia menutuk dirinya sendiri, Sempat terbesit dalam pikirannya untuk pulang dan kembali tinggal bersama bibi dan pamannya. Tetapi jika ia pulang maka ia akan menjadi beban bagi bibi dan paman. Suara dering handphone menyadarkan Chelsea dari pikiran yang rumit.

Sepertinya perasaan bibi sangat kuat, baru saja Chelsea menyebut namanya dalam hati dan sekarang nama yang tertera di layar handphone adalah Bibi.

CHELSEA [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang