P A R T - 23

53 2 0
                                    

Agustin tak bisa terus menerus seperti ini, duduk di depan Siska? Dan membiarkan Siska menatapnya yang sudah hampir seharian?

Ia mengambil handphonenya lalu mencari-cari satu nama dan mulai mengetik

To : Radit

Lo dimana? gue tadi nyari lo ke kamar kagak ada.

From : Radit

Dijalan. Kenapa?.

To : Radit

Gue lagi di kamar Siska. Gue pengen keluar. Tolong bantu gue!.

From : Radit

Dia udah sadar?
Baguslah.

To : Radit

Cepetan lo kesini. Please!.

Suara dentingan jam terasa begitu jelas terdengar, Agustin terus menerus menatap layar handphonenya berharap Radit segera membalas pesannya

"Agustin"

Sepertinya mereka akan mulai berbicara, terutama Siska yang dengan senang hati mengawali topik pembicaraan, lihatlah dia sudah memanggil laki-laki lebih dulu.

"Hmm"

"Makasih lo udah nemenin gue"

Jika Agustin menyangkal semuanya dan menjelaskan yang sebenarnya terjadi pasti akan membuat Siska lebih bertanya-tanya lagi dan ia sangat menolak itu terjadi. Dengan berat hati Agustin mengiya kan pertanyaan Siska. Ia benar-benar tak ingin topik pembicaraan ini berkepanjangan.

Agustin mengerenyitkan mata dan alisnya ketika melihat Siska yang saat ini tak henti-henti nya tersenyum. 

***

Rio tak menatap Chelsea sedikitpun. Walaupun Chelsea ada di depannya, Rio berusaha acuh tak acuh pada Chelsea. Dan itu karena hal sepele?

Ralat. Sepertinya bukan hal sepele. Itu adalah hal yang besar dan berbahaya. Bagaimana jika semalam Agustin macam-macam pada Chelsea? Atau bagaimana jika Agustin mencari-cari kesempatan dalam kesempitan? Dugaan-dugaan seperti itu terus saja bermunculan dalam benak Rio.

Semua itu tiba-tiba muncul begitu saja, hatinya terus menerus menyuruhnya untuk memikirkan hal-hal konyol seperti itu. Sejak kapan dirinya mulai peduli terhadap keadaan Chelsea? Dan sejak kapan dirinya marah ketika Chelsea bersama orang lain? Apakah dia berhak marah padanya? Atas dasar apa ia berhak bersikap seperti itu?.

Rio tak bisa terus mendiamkan Chelsea seperti sekarang ini. Dan dirinya juga tak tahan jika terus menerus di diamkan oleh Chelsea. Hatinya selalu tak karuan. Tapi bagaimana bisa dia mendiamkan Chelsea selama berminggu-minggu ketika awal bertemu dengannya? dan sekarang ia tak bisa mendiamkan Chelsea walau hanya satu hari saja? Aneh!.

"Lo udah makan?"

Kevin terkekeh ketika melihat Rio mulai mendekati Chelsea, Ya! sudah ku duga. Gumam kevin

Tak ada jawaban persetujuan ataupun penolakan dari Chelsea, dirinya tetap membelakangi Rio.

"Belum" ucap Kevin dengan wajah polos. Rio menatap Kevin dengan wajah datar.

Chelsea sengaja tak menjawab ajakan Rio, ia hanya tak ingin salah paham. Mungkin saja Rio bertanya pada Kevin dan benar saja Kevin lah yang menjawabnya.

Belum sempat tangan Rio menyentuh pundak Chelsea, tiba-tiba Chelsea menuju meja yang kosong dan membersihannya.

"Nah loh! Makanya Gak usah pake kode-kodean" Kevin tertawa saat melihat Chelsea meninggalkan Rio.

CHELSEA [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang