P A R T - 34

35 1 0
                                    

"Darimana?" tanya Siska pada Evelin yang saja baru datang.

"Beli cemilan" Evelin berusaha santai menanggapi Siska. Ia tak ingin Siska tahu bahwa dirinya baru saja mengantarkan Chelsea. Evelin melangkahkan kakinya menghampiri Siska lalu duduk perlahan di atas sofa.

Suara dering handphone Siska membuat Evelin sedikit mengangkat wajahnya yang semulanya sedang memainkan handphone. Melihat ekspresi Siska memutarkan bola matanya dan berdecak saat menatap layar handphone membuat Evelin penasaran.

Dengan santai Evelin menundukan wajahnya kembali, memfokuskan pandangannya menatap layar handphonenya dan menunggu notifikasi pesan dari seseorang.

Di rumah, kenapa?

...

Sejak kapan lo peduli?

...

Haha... Bagus deh kalo lo tau apa maksud gue. Tanpa bantuan lo rencana gue berhasil

...

Meskipun tatapan mata Evelin fokus melihat layar handphone tapi telinganya fokus mendengarkan pembicaraan Siska yang entah dengan siapa, yang pasti setelah Evelin menyimak sepertinya orang yang saat ini menelpon Siska mengetahui perbuatan yang Siska lakukan pada Chelsea.

Siska mematikan handphonenya dan melemparkannya ke atas sofa dengan kasar.

"Rese banget sumpah!"

"Siapa?" Evelin tak mengerti sama sekali.

"Dia tahu di balik semua ini gue orangnya. Gue yang membuat kekacauan disini". Siska merebahkan diri di sofa panjang tersebut.

"Sebenarnya gue kasihan sama Agustin, tapi ya mau gimana lagi, tetap Chelsea prioritasnya. Gue harus cepet-cepet beresin masalah ini" tuturnya lagi dengan ekspresi wajah yang datar dan tajam.

"Tapi kan orang itu tahu rencana lo" Evelin mulai keliru.

"Gue bisa urus dia. Gue gak pernah berharap punya kakak kayak dia"

"Kakak?"

"Lo belum tahu karena gue gak pernah cerita soal dia, gue gak suka sama dia, meskipun dia kakak gue dia gak pernah dukung gue, setidaknya bantuin gue deket sama Agustin kek atau apa kek, justru dia juga malah lebih deket sama si Chelsea. Gue benci sama si Radit, kurang ngajar dia!"

Evelin mematung mendengar kata terakhir yang Siska ucapkan. Radit? Ia menggelengkan kepalanya dan menepis dugaan konyolnya itu Mungkin namanya saja yang sama.

***

Warna langit yang gelap kini semakin gelap menandakan hari sudah sangat malam.

Rio tak bisa tidur. Sesekali ia melihat sebuah foto yang dikirim nomor tak di kenal, foto itu menganggunya. Sangat menganggunya!

Yang membuatnya berpikir berkali-kali adalah untuk apa seseorang mengirimkan foto itu padanya? Dan bagaimana bisa seperti itu? karena ia yakin Chelsea tak akan pernah melakukan hal gila semacam itu. Apakah orang itu mengirimkan foto dengan tujuan agar Rio marah, lalu meninggalkan Chelsea? Dan sepertinya orang tersebut sudah mengetahui hubungan Rio dan Chelsea, jika orang itu tak tau hubungan Rio dan Chelsea untuk apa tiba-tiba mengirimkan foto aneh semata-mata supaya menghancurkan hubungan mereka. bukankah begitu? Tapi siapa di balik semua ini itulah pertanyaannya??

Apakah Agustin? tapi mana mungkin Agustin melakukan hal itu pada Chelsea yang jelas-jelas laki-laki itu menyukai Chelsea, tapi sepertinya tak menutup kemungkinan jika itu adalah ulah Agustin. Ataukah Radit? Jika memang benar orang yang berada di balik semua ini adalah Radit, Rio akan memukulinya sampai babak belur tanpa ampun dan sampai dia mengakui perbuatan bejatnya agar apa dan untuk apa.  Atau mungkin Siska?? Secara dia menyukai Agustin namun cintanya bertepuk sebelah tangan? Apakah mungkin?

Rio bergelut dengan pikirannya sendiri, memikirkan dan menduga-duga hal yang tak pasti itu sangat sulit, ia butuh kepastian.

Flashback

"Aku memang salah"

"Lalu?" ketus sekali.

"Siska bilang tadi aku pingsan. Dan saat aku sadar hari sudah malam. Aku minta maaf"

Rio mengerutkan dahinya. Benarkah seperti itu?

"Maafkan aku"

"Kenapa bisa tiba-tiba pingsan?" barulah Rio bertanya. Hati Chelsea mulai sedikit lega.

"Entahlah... Kepalaku pusing saat mengingatnya"

Flashback off

"Kayak gue tahu siapa di balik semua ini" gumam Rio. Ia mengambil handphonenya lalu mencari nama seseorang dan segera menekan tombol berwarna hijau dengan simbol telpon.

***

"Dimana Chelsea?"

Muak mendengar nama itu selalu keluar dari mulut Agustin, Siska memalingkan wajahnya dan menghela nafas panjang.

"Entahlah gue juga gak tahu, pas gue lihat lo pingsan gue bener-bener panik dan langsung lihat keadaan lo. Gue nyari Chelsea tapi dia gak ada, gue kira dia mau rawat lo dan temenin lo. Ternyata dia ngilang gitu aja!"

Rambut Agustin acak-acakan tak terurus, tubuhnya terlihat sedikit lebih kurus dari sebelumnya, aktivitas yang biasa ia lakukan lari pagi, sarapan, gym dan berkumpul dengan teman-temannya kini berubah drastis mengurung diri di kamar seperti kehilangan tujuan hidup.

"Agustin lo harus sadar, cuma gue yang sayang sama lo, dari dulu sampe sekarang perasaan gue gak berubah. Buka mata lo Agustin, Chelsea gak baik buat lo, dia perempuan licik lo lihat sendiri kan? Kemarin Radit yang berhasil dia rayu dan sekarang lo tau siapa korban selanjutnya? Rio. Dan lo masih suka sama perempuan itu?"

Berbagai cara Siska lakukan hanya untuk bisa mendapatkan Agustin, lelaki yang ia idam-idamkan sejak 5 tahun kebelakang

"Jaga ucapan lo!"

Tegas Agustin dan berlalu meninggalkan Siska yang saat ini masih berdiri di tempat yang sama.

.
.

~Tobecontinue~

CHELSEA [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang