"Sini kau! Sini!"
Anak laki-laki itu tak henti-hentinya mengejar temannya yang sedang membawa topinya.
Aura bahagia menyelimuti kedua anak itu. Suara canda tawa memenuhi setiap waktu yang mereka miliki ketika bersama.
"Chelsea, Rio, sini nak!"
Suara lembut wanita berusia 29 tahun terdengar jelas di telinga anak-anak yang sedang bermain itu.
Kedua orangtua Rio sedang mengemasi barang-barangnya dan memasukannya ke dalam koper besar "Nak kita harus pulang hari ini ada pekerjaan yang harus ayah dan ibu lakukan"
"Pulang hari ini?" raut wajah Rio mulai berubah.
"Kapan-kapan ibu janji kita akan ke sini lagi".
Perkataan ibunya sedikit menenangkan hati Rio, karena setidaknya ia masih memiliki harapan untuk bertemu lagi dengan Chelsea.
"Mil, terimakasih, kerja sama kita berjalan dengan lancar" ucap Sarah ibunya Rio.
"Aku pun sangat berterimakasih padamu sudah menerima tawaranku dan sudah menjadi partner kerja yang hebat" jawab Milia ibunya Chelsea sambil mengacungkan kedua jempolnya.
Mereka adalah teman dekat yang bertemu di perkuliahan. Mereka bekerja sama mengerjakan beberapa bisnis.
Sementara Chelsea yang saat ini sedang mendengarkan ibunya berbicara membuatnya tak mengerti pembicaraan macam apa itu. Rio tersenyum manis pada Chelsea dan menggenggam tangannya mengajaknya keluar rumah.
"Bagaimana kalau kita jodohkan saja mereka, lihat mereka sepertinya tak bisa dipisahkan" ucap Hendri ayah Rio yang kini terkekeh melihat anak laki-lakinya melekat seperti lem ketika bersama Chelsea.
Milia dan Sarah terlihat saling memandang dan mengangguk-anggukan kepalanya.
Pembicaraanpun terasa mulai serius ketika Musab datang menghampiri mereka.
"Kita tunggu sampai mereka dewasa"
Milia menatap ke arah suaminya lalu tersenyum dan beralih melihat kedekatan Chelsea dan Rio.
"Baiklah! Mari kita pulang aku sudah menyimpan koper kedalam bagasi mobil" ajak Hendri pada Sarah.
Kini Sarah dan Hendri terlihat melangkahkan kakinya keluar rumah, Milia dan Musab pun mengikutinya.
"Sudah mainnya, ayo kita pulang"
Rio mendengar suara ayahnya dan bergegas.
"Kau harus berjanji kita akan bertemu lagi dan bermain lagi" tegas Rio pada Chelsea.
"Aku berjanji"
Mereka terlihat saling menautkan kedua jari kelingkingnya, berjanji tanpa menautkan jari kelingking rasanya kurang afdol.
Kedua anak itu berlari menghampiri orangtuanya. Rio sudah memasuki mobil dan mobil itu mulai melaju perlahan.
Lambaian tangan dari dalam mobil itu dengan cepat Chelsea respon.
***
"Bu aku ingin bertemu dengan Rio" rengek Chelsea pada ibunya yang sedang memotong sayuran di dapur.
Sudah satu minggu Chelsea tak bertemu Rio, hatinya tak nyaman.
"Kau ingin bertemu dengannya? Hmm baiklah, bagaimana kalau akhir bulan ini kita ke rumahnya?"
"Akhir bulan? Kapan bu?"
"2 minggu lagi, 14 hari"
"14 hari? Lama sekali bu"
"Jadi kapan Chelsea ingin bertemu dengannya?"
"Besok"
"Besok? Itu terlalu cepat nak, kita belum memesan tiket. Bagaimana jika hari minggu??"
Chelsea berpikir sebentar, menimbang-nimbang tawaran ibunya.
"Baiklah bu, yeyyy"
Chelsea melompat-lompat kegirangan, ibunya yang sedang memotong sayuran hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum.
***
"Ada lagi yang akan kamu bawa sayang?"
"Tidak ayah! Ayo kita berangkat" ucap Chelsea begitu semangat.
Chelsea sudah berada di dalam mobil, ia mendengarkan ibunya sedang menelepon tante Sarah dan memberi tahu bahwa mereka akan berangkat.
Chelsea...
"Iya, bu?"
Handphone yang kini sedang di pegang oleh ibunya tiba-tiba di berikan pada Chelsea.
"Tante Sarah" sapa Chelsea
"Chelsea ini aku, benarkah kau akan kesini?? Benarkah??" suara yang begitu bahagia terdengar jelas di telinga Chelsea.
"Rio?? Aku akan kesana Rio, kita akan bermain lagi" mereka tahu bagaimana cara menciptakan sebuah keceriaan.
Mesin mobil sudah menyala, Mereka bersiap-siap akan segera berangkat. Selama di perjalanan Chelsea tak henti-hentinya terus berbicara dengan Rio di telpon.
"Sayang... Sini handphonenya, sudah 1 jam kamu menelpon. Nanti batrenya abis loh" Chelsea cengengesan pada ibunya lalu mengucapkan beberapa kata pada Rio dan memutuskan sambungan telponnya.
"Kemari sayang"
Titah ibunya pada Chelsea yang saat ini berada di kursi belakang, anak itu menghampiri ibunya, mencondongkan wajahnya.
Sebuah Kecupan mendarat di pipi Chelsea "Ibu menyayangimu nak". Dengan cepat Chelsea pun mengecup pipi kanan ibunya.
"Ayah? tidak di cium?" suara ayahnya membuat Chelsea terkekeh bahkan saat ini ibunya pun tertawa. Chelsea mengecup pipi kiri ayahnya yang saat ini sedang mengendari mobil.
"Chelsea sayang ibu dan ayah"
Anak itu merangkul orangtuanya yang duduk di kursi depan. Satu kecupan berhasil mendarat di telapak tangan Chelsea.
"Tanganmu dingin sayang" Ibunya meniup tangan Chelsea yang dingin.
"Pakai ini"
Ibunya memberikan sarung tangan pada Chelsea ia pun segera memakainya.
Keadaan tiba-tiba berubah dalam sekejap. Lampu mobil dari arah berlawanan sangat menyoroti mobil milik Ayahnya dan itu benar-benar sangat menyilaukan sekali.
Entah berapa detik kejadian itu terjadi, Chelsea menjerit sekeras mungkin dan setelah itu ia tak bisa melihat apa-apa.
.
.~Tobecontinue~
KAMU SEDANG MEMBACA
CHELSEA [Completed]✔
Ficção AdolescenteKatanya sejauh apapun dan diujung dunia manapun mereka berada jika keduanya ditakdirkan bersama maka mereka akan bersama. Seperti itukah? Lalu bagaimana dengan takdir seorang gadis bernama Chelsea yang benar-benar sudah kehilangan segalanya, keluarg...