Radit dan Evelin berada diluar Rumah Sakit, kejadian saat di kamar rawat Agustin menjadi pertanyaan besar dalam benak Radit.
"Aku... Tidak tahu harus menjelaskan darimana" ucap Evelin
"Darimanapun itu aku akan mendengarkannya"
Evelin menceritakan perihal masalah keluarganya mengapa Agustin tiba-tiba diklaim sebagai kakak tiri, ia tak menyangka bahwa Agustinlah kakak yang selama ini selalu ditebak-tebak olehnya. Bahkan ternyata Evelin sudah pernah bertatap muka dengan kakaknya.
Radit tak berbicara banyak, ia hanya merespon sewajarnya. Radit hanya perlu waktu untuk mencerna semua penjelasan Evelin.
"Kamu kenal Siska?"
Evelin melirik ke arah Radit karena sudah beberapa detik Evelin menunggu jawaban ternyata tak kunjung terdengar, Radit terlihat mengangguk dan menatap ke arah depan.
"Kalau yang kamu bicarakan Siska Anastasia, dia adikku"
Ceritanya begitu berbelit-belit semua orang yang berada di dekatnya ternyata memiliki hubungan dengannya, mengetahui bahwa Agustin adalah kakak tirinya, Radit yang selama ini menjadi kekasihnya adalah teman Agustin, dan fakta baru bahwa ternyata Siska temannya adalah adik Radit, adik dari kekasihnya? Mengapa bisa seperti ini?.
"Dia temanku"
"Jadi selama ini kalian berteman?" Radit menyembunyikan rasa terkejutnya.
"Tapi aku tak tahu bahwa kamu adalah kakaknya, aku tak tahu sama sekali"
"Seberapa dekat kamu dengan Siska? Apa kamu terlibat dalam hal ini?"
Mulut Evelin terasa terkunci, ia sulit berbicara. Radit menunggu beberapa detik sampai ia rasa waktunya habis.
"Aku harap, aku mengenalmu dengan baik" Radit menghela nafas lalu membuangnya sembarang, ia berdiri dari duduknya lalu berjalan menjauhi Evelin.
***
Laki-laki yang sudah berumur itu terlihat mengepalkan kedua tangannya saat mengetahui kabar buruk mengenai anaknya.
Tak perlu menunggu hari esok, kini ia sudah di perjalanan menuju hotel prodeo tempat yang kini ditinggali anaknya.
Sesampainya di sana laki-laki itu langsung mencari anaknya.
Plakk
"Kau benar-benar tak punya harga diri, aku membesarkanmu bukan untuk melihatmu seperti ini"
Laki-laki itu menatap putrinya dengan penuh amarah.
"Aku benar-benar kecewa! Aku sudah menabrak kedua orangtuanya. Dan sekarang kau mencoba membunuhnya?" ucap laki-laki itu sambil menangis dan memukul tembok berkali-kali.
"Aku malu! sangat malu. Kau keterlaluan Siska! Aku benar-benar kecewa memiliki anak sepertimu"
"Ayah" Siska merasa tersambar petir ketika mendengar ucapan Ayahnya, ia mencengkram kedua tangan ayahnya memohon agar ayahnya menarik kembali kata-katanya. Siska menangis tersedu-sedu dan berkali-kali meminta maaf dengan suara yang parau dan terbata-bata.
Laki-laki itu menghempaskan tangannya dengan kasar dari tangan putrinya yang sedaritadi terus menggenggam dan meminta maaf padanya.
"Kau pantas mendapatkan semua ini" ucap laki-laki itu dengan tegas dan berlalu meninggalkan tempat itu.
Belum sempat ia memasuki mobil, Radit datang menghampirinya.
"Ayah, bagaimana dia?"
Laki-laki itu menundukan kepalanya, wajahnya terlihat penuh dengan kekecewaan.
"Ayah tak bisa berlama-lama melihat kondisinya seperti itu"
Radit mengelus pundak ayahnya, mencoba membuat ayahnya tegar padahal dirinya sendiripun begitu rapuh, ia memeluk ayahnya begitu lama mencoba mencari kenyamanan untuk menenangkan satu sama lain.
"Bagaimana keadaan Chelsea?" tanya ayah Radit setelah perasaannya mulai membaik.
"Dia baik-baik saja, selama ini dia amnesia dan dia sudah mengingat semuanya"
"Amnesia?" ayahnya menatap nanar, pandangannya kosong.
"Semua ini gara-gara ayah" lanjutnya, laki-laki itu memukuli dadanya berkali-kali.
"Ayah, semua ini takdir, takdir yang sudah terjadi. Dan semua itu diluar keinginan kita" ucap Radit mencoba meyakinkan ayahnya, Radit merasa serba salah saat ini, ia hanya ingin membuat sang ayah merasa lebih baik.
***
"Jadi sekarang kamu sudah tahu siapa aku?" tanya Rio dengan senyuman manis di wajahnya.
Tangannya tak henti-hentinya terus menggenggam tangan Chelsea.
"Sepertinya aku harus bersyukur mengalami kejadian mengerikan ini"
"Kamu harus bersyukur bisa mengingat kembali, itu saja, lupakan kejadian yang mengerikan dan ingatlah kejadian yang membuat hatimu tenang juga senang" Rio menganggapinya dengan benar, Chelsea mengangguk dan tersenyum.
"Kenapa kamu membenci ku saat pertama kali bertemu? Dan kenapa kamu tak menjelaskan semua ini padaku" Chelsea meminta penjelasan.
"Aku menunggumu setiap hari, setiap minggu bulan dan tahun. Tapi kamu tak pernah datang. Dan saat kamu datang ternyata kamu bersama Agustin, kalian seperti sepasang kekasih" jelas Rio
"Begitukah? Aku tak memiliki hubungan apapun dengan Agustin. Dan aku tak mengenal dirimu, tapi aku selalu ingin berada di dekatmu, aku rasa begitu" Chelsea menimbang-nimbang perkatannya.
"Suttttt... Kamu bicara panjang lebar, istirahatlah, besok pagi kita akan berkemas pulang" Rio tersentak sesaat, namun ia segera mengalihkan pembicaraan.
"Hmm... Jadi selama ini kamu menungguku? Kenapa tidak mencari perempuan lain saja?" Chelsea tak mendengarkan Rio. Ia sedikit menatap Rio dengan tatapan menyelidiki.
"Kamu kira aku bisa berpaling dengan mudah?" mendengar jawaban itu Chelsea tersenyum.
"Aku tahu kamu tak mencintaiku" ucap Rio tiba-tiba.
Senyum Chelsea pudar seketika mendengar perkataan Rio.
"Benarkah?" tanya Chelsea. Muncullah ide gila dalam pikirannya untuk menjahili Rio.
"Hmm"
"Baiklah. Aku tak..."
Belum sempat Chelsea melanjutkan perkataannya, Rio menutup mulut Chelsea dengan jari telunjuknya.
"Kamu benar-benar tak mencintaiku?" Rio bertanya dengan sungguh-sungguh, kedua matanya membulat.
Rio melepaskan tangannya perlahan "Aku tak akan pernah meninggalkanmu lagi. Aku akan mengucapkan itu" ujar Chelsea, ia tertawa setelah mengatakannya.
"Istirahatlah" titah Rio dengan tatapan tak berpaling dari gadis itu. Jangan tanyakan perihal perasaan Rio, ia sungguh begitu damai saat ini.
.
.~Tobecontinue~
KAMU SEDANG MEMBACA
CHELSEA [Completed]✔
Teen FictionKatanya sejauh apapun dan diujung dunia manapun mereka berada jika keduanya ditakdirkan bersama maka mereka akan bersama. Seperti itukah? Lalu bagaimana dengan takdir seorang gadis bernama Chelsea yang benar-benar sudah kehilangan segalanya, keluarg...