P A R T - 20

61 6 0
                                    

Aku pulang Itulah ciri khas Chelsea ketika datang kerumah membuka pintu dan menyapa semua orang yang berada di dalam rumah. Tapi beberapa hari ini setiap ia datang ataupun pergi. Ia tak pernah mengucapkan sepatah katapun. Mengendap-ngendap, melihat sekeliling, berjalan pelan tanpa suara. Dia melakukan semua itu semata agar dirinya bisa menjauh dari Agustin.

Seperti yang sekarang sedang di lakukannya. Ia baru saja pulang bekerja dan berusaha memasuki rumah tanpa menimbulkan suara yang terlalu terdengar dan menandakan adanya orang. Begitupun Rio yang saat ini sedang bersamanya, Rio paham betul apa maksud Chelsea. Rio mengikuti Chelsea dari belakang dan menutup pintu perlahan.

Yang menjadi pertanyaan besar ketika Chelsea sudah berada di rumah adalah

Dimana ia tidur??

Seandainya ada ruangan kosong dirumah ini, ia akan lebih memilih tidur di ruangan kosong itu. Meskipun itu ruangan yang sudah lama tak terpakai? Itu tak masalah bagi Chelsea. Ia hanya ingin menjaga jarak dengan Siska dan memberikan Siska waktu untuk memaafkan Chelsea.

Sejak kejadian di taman saat bersama Rio, sikap Rio pada Chelsea mulai berubah tak sedingin dulu, lihat saja sekarang ketika Chelsea akan menaiki tangga dan ketika Rio akan memasuki kamar. Laki-laki itu sempat-sempatnya melirik pada Chelsea dan bahkan memberikan senyuman. Laki-laki memang sulit di tebak!.

Chelsea tak menatapnya terlalu lama ia takut perasaan aneh muncul, tetapi jika boleh jujur pada diri sendiri perasaannya terhadap Rio memang sudah terasa aneh sejak pertama kali bertemu, saat Rio cuek padanya, bahkan saat Rio memakinya. Dan saat kemarin di taman? Ia menepis pikirannya yang mulai berjalan kemana-mana.

Sebelum Chelsea memasuki kamar ia harus menyiapkan mentalnya, mentalnya harus kuat menghadapi Siska. Telinganya harus tahan mendengarkan ocehan-ocehan yang keluar dari mulut Siska.

Lampu kamar belum menyala, suasana kamar begitu gelap. Chelsea mengambil senter yang berada di dekat lemari.

"Siska?"

Tak ada tanda-tanda Siska di kamar. Kemana dia!

***

"Satu gelas lagi"

Siska terlihat frustasi, Rambutnya acak-acakan, matanya sembab karena menangis berjam-jam, warna kulitnya yang putih terlihat begitu pucat karena kurang tidur, matanya berubah menjadi kemerah-merahan karena pengaruh minuman yang sudah ia teguk berkali-kali.

"Siska lo udah minum banyak. udah, kita harus pulang" gadis yang saat ini bersamanya sepertinya sudah terlihat tak tenang melihat keadaan Siska yang sudah di luar batas, ia menarik Siska keluar dari tempat terkutuk itu.

"Evelin! Bawa... Agustin... Kesini" suruh Siska pada Evelin. Dengan sekuat tenaga Evelin menopang tubuh Siska, meskipun berjalan dengan sempoyongan, Evelin tetap menarik tubuh Siska agar segera keluar dari sana.  Tubuh Siska benar-benar berat, Evelin sempat merasa kesusahan ketika membawa Siska ke dalam mobil. Tetapi jika Evelin membiarkannya disana maka Evelin akan mendapatkan masalah yang lebih besar.

Sesampainya di parkiran ia mengalami kesulitan saat hendak akan memasukan Siska kedalam mobil "Mas... Mas... saya minta tolong, tolong bukakan pintu mobil ini mas"

Dengan terpaksa Evelin meminta bantuan pada seorang pejalan kaki yang seumuran dengannya. Dengan Cepat laki-laki itu menghampiri Evelin dan membukakan pintu mobil.

"Terimakasih mas"

Siska kini sudah duduk di dalam mobil tak lupa Evelin memakaikannya sabuk pengaman,
nafasnya terengah-engah karena cape menopang beban berat, Dahinya mulai berkeringat. Layaknya setelah Olahraga
Evelin langsung memasuki mobil dan menutup pintu. Mesin mobil sudah menyala bertanda bahwa mobil itu akan segera melaju.

"Harusnya gue gak usah anter lo kesini" gumam Evelin.

Sesekali Evelin melihat ke arah Siska, ia khawatir melihat kondisi Siska yang seperti ini.

"Lo harus lupain Agustin, masih banyak laki-laki di luar sana" ucap Evelin pada Siska yang konyolnya tak akan bisa terdengar oleh Siska.

Laju mobilnya ia percepat, karena memang sudah larut malam.

***

Drrt... Drrt

From : Radit

Chelsea!
Aku tunggu di belakang dekat kolam renang yaa...

To : Radit

Dit... Kamu tahu Siska kemana? Dia gak ada di kamar.

Chelsea menunggu balasan Radit beberapa menit sebelum keluar kamar. Balasan yang di harapkan tak kunjung datang. Chelsea menggunakan sandal berbulu agar mengurangi rasa dingin yang saat ini menjalar di sekujur tubuhnya, Ia juga memakai Jaket tebal entah mengapa malam ini terasa begitu dingin baginya.

To : Radit

Dit. Kamu Dimana? Aku udah di kolam

Terkejut bukan main ketika Radit mengagetkan dirinya dari belakang, untung saja Chelsea tak berteriak. Chelsea masih berdiri di sana, di tepi kolam dan mencoba untuk menormalkan kembali detakan jantungnya.

"Kamu mau aku nyebur ke kolam?"

"Maaf... Maaf, aku cuma bercanda"

"Bercandanya jelek!"

Chelsea menjawabnya dengan datar, ia benar-benar tak menyukai hal-hal jahil seperti ini dan terutama agar Radit tak mengulanginya lagi.

"Yah... Malah cemberut, maaf maaf deh, Aku bercanda seriusan"

"Kalo aku nyebur gimana?"

"Kan sekarang baik-baik aja"

Chelsea berdecak kesal saat Radit selalu saja ngeyel ketika berbicara.

"Sorry yahh"

"Iya"

Merekapun saat ini sedang duduk di kursi dekat kolam renang. Chelsea merasa akrab dengan Radit, dari ke tiga orang yang ada dirumah ini hanya Radit satu-satunya orang yang menjadi tempat bagi Chelsea untuk menceritakan segala hal tentang hidupnya. Bahkan ia sudah menganggap Radit sebagai kakaknya sendiri, ya... karena memang Chelsea tak mempunyai kakak ataupun adik. Dan selama ini ia belum pernah berbagi cerita sedetail ini dengan orang lain selain Radit.

***

Jarak antara kamar Agustin dan ruang tamu memang lumayan dekat, sehingga suara bel pun sangat terdengar jelas oleh Agustin.

Dan kini tidurnya terganggu oleh suara bel yang berbunyi di tengah malam begini. Ia malas beranjak keluar, tetapi jika bukan ia yang membukakan pintu siapa lagi? Bahkan saat ini ia sedang menunggu seseorang yang membukakan pintu tapi nyatanya? Bel itu terus saja berbunyi.

Dengan rasa malas Agustin berusaha bangkit dari tidurnya dan beranjak membuka pintu. Ketika pintu di buka munculah dua orang perempuan, yang mana perempuan yang satu terlihat berantakan dan yang satunya lagi terlihat sempoyongan dan kesusahan memapah perempuan yang terlihat kacau itu.

"Tolong bantuin gue, ini berat banget"

Mata Agustin yang semula terasa sulit dibuka tiba-tiba terbuka sempurna ketika melihat siapa yang datang dengan kondisi yang kacau balau.

Siska?

.
.

~Tobecontinue~

CHELSEA [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang